INDOSPORT.COM - Ahmad Nur Hardianto cukup beruntung bisa merasakan militansi dua suporter di Jawa Timur. Hal itu ia rasakan dengan menjalani kariernya di Arema FC, setelah sempat diorbitkan Persela Lamongan.
Menurutnya, dua klub Jatim itu sama-sama punya suporter yang militan dalam mendukung klubnya masing-masing. Yang berbeda adalah tingkat tekanan, saat menyikapi hasil akhir pertandingan.
"Di Lamongan dan Malang sama. Jadi, saya kira wajar kalau ada tekanan-tekanan dari suporter seperti itu," ujar striker yang memulai karir profesional bersama Persela di musim 2017 lalu tersebut.
"Tapi lek nang kene luwih nemen (tapi kalau yang di sini lebih terasa),"imbuh Hardianto, merujuk pada besarnya tekanan yang hadir dari Aremania saat menyikapi hasil negatif Arema FC.
Ia pun memilih untuk fokus pada tugas pokoknya sebagai salah satu andalan di lini depan.
Beragam teriakan dari suporter termasuk cemoohan, dijadikannya suntikan motivasi untuk selalu memberikan hasil terbaik kepada tim, apa pun pertandingannya.
Kiat itu cukup sukses dijalankannya, seperti saat melawan Barito Putera. Pada laga pertama Grup E itu, Hardianto sukses menyumbang satu dari tiga gol kemenangan 3-2, setelah sempat tertinggal dua kali oleh lawan.
"Saya sikapi dengan enjoy, dan fokus pada pertandingan. Melawan Barito saya masuk di babak kedua, dan ikut mencetak gol," tutur salah satu striker alumni Timnas U-23 di bawah besutan Luis Milla di tahun 2017 lalu itu.
Koleksi satu golnya di Piala Presiden, sama dengan yang ditorehkan Konate Makan, Ricky Akbar Ohorela, Hendro Siswanto, Hamka Hamzah, Arthur Cunha dan Riky Kayame, di bawah Dedik Setiawan dengan dua golnya.
Ikuti terus Berita Sepak Bola Indonesia dan Berita Olahraga lainnya di INDOSPORT.COM