Persija Jakarta akhirnya kembali ke rumahnya usai berhasil menekuk PSMS Medan 1-0 dalam laga leg kedua semifinal Piala Presiden 2018 di Stadion Manahan, Solo pada Senin (12/02/18) ini.
Rumah yang dimaksud adalah Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Ya, usai kemenangan tersebut, tim berjuluk Macan Kemayoran itu dipastikan akan melaju ke babak final yang rencananya akan dihelat di stadion megah tersebut. Persija sendiri hingga kini belum mengetahui siapa lawannya di babak final lantaran menunggu hasil laga antara Bali United vs Sriwijaya FC.
Maklum, Persija sendiri hingga kini masih masuk dalam klub musafir, dimana mereka tak punya markas sendiri untuk mengadakan laga. Beberapa kali, laga yang mesti dilakoni oleh Persija diadakan di stadion lain yang letaknya justru di luar Jakarta.
Persija hingga kini masih seringkali kesulitan menggunakan SUGBK. Sebagian besar masalah yang melatarbelakangi kesulitan tersebut terkait dengan keamanan. Terlebih lagi, SUGBK sendiri seringkali menjadi lokasi gelaran sejumlah kegiatan yang riskan terjadi bentrok dengan jadwal Persija sendiri.
Jika menilik ke masa lalu, Persija sendiri pernah sempat selama empat musim di ajang Indonesia Super League (ISL), mengelar laga mereka sendiri dan menjadikan SUGBK sebagai kandang mereka. Terhitung, 43 laga sudah dimainkan Persija di SUGBK.
Sebelum menempati SUGBK, Persija sendiri sempat berkandang di Stadion Lebak Bulus. Namun karena stadion tersebut tak memenuhi standar untuk mengadakan ajang ISL, maka Persija pun akhirnya sementara menempati SUGBK.
Persija sebagai salah satu klub raksasa di sepakbola Indonesia rupanya tak melulu mencatat kemanangan ketika mereka bermain di SUGBK. Setidaknya tecatat ada dua laga di SUBGK yang dimana Persija menelan kekalahan telak.
Sejak tahun 2000, kekalahan menyakitkan pertama yang terpaksa harus ditelan oleh Persija di SUGBK adalah ketika mereka berhadapan dengan Persipura Jayapura pada ajang final Liga Indonesia 2005 atau tepatnya pada September 2005. Saat itu, Persija dikalahkan Persipura dengan skor 2-3.
Kala itu, Persija dinahkodai pelatih kawakan asal Moldova, Arcan Iurie, sementara Persipura masih dibawah asuhan Rahmad Darmawan yang saat ini melatih Sriwijaya FC. Banyak yang memprediksi Persija bakal keluar sebagai pemenang. Faktor 'tuan rumah' tentunya menjadi pemicunya.
Namun siapa sangka, Korinus Fringkew dan kawan-kawan sanggup keluar dari tekanan dan membalikkan keadaan.Di laga tersebut, Persija sempat unggul lebih dulu 2-1. Dua gol tersebut dicetak oleh Agus 'Si Jepang' Indra dan Francis Wawengkang alias Enal. Persipura menyumbangkan Boaz Solossa sebagai pencetak gol.
Petaka terjadi di menit ke-82. Saat pendukung Persija siap merayakan kemenangan, Fringkew justru berhasil menyamakan kedudukan menjadi 2-2 usai mengecoh Hendro Kartiko yang kala itu menjadi andalan di bawah mistar gawang Macan Kemayoran. Di babak tambahan, terlihat kedua tim mulai kelelahan. Hanya Dewi Fortuna saja yang bisa menentukan siapa yang bakal menjadi pemenang sekaligus juara Liga Indonesia.
Dan Dewi Fortuna yang dimaksud adalah Ian Kabes. Lewat skema permainan cepat, memanfaatkan kelelahan yang menimpa Skuat Persija, Kabes mencuri kemenangan di menit 112 lewat golnya. Skor menjadi 3-2 untuk Persipura, dan tim asal Jayapura itu berhasil keluar sebagai juara untuk pertama kali setelah menunggu dari tahun 1980.
Tak hanya sampai disitu, selang beberapa bulan kemudian di tahun yang sama, Persija kembali gagal meraih trofi Copa Dji Sam Soe 2005 atau Piala Indonesia. Bermain di SUGBK, Persija kalah dramatis 3-4 dari Arema Malang lewat perpanjangan waktu
Arema kembali membuktikan kedigdayaannya pada Liga Super Indonesia (ISL) musim 2009/2010 kala melumpuhkan tuan rumah Persija Jakarta dengan skor 5-1 di SUGBK. Laga sendiri berjalan sangat ketat dan menguras tenaga serta emosi dari pemain maupun penggemar yang berada di tribun.
Dikabarkan ada sekitar 140 ribu penonton yang hadir, angka ini belum termasuk penonton yang tertahan di luar stadion. Hal itu sekaligus mencatatkan rekor penonton terbanyak sepanjang sejarah ISL.
Babak pertama, Arema berhasil unggul 0-2 dari Persija lewat tendangan Esteban Guillen dan Pierre Njanka. Namun memasuki babak kedua, Arema semakin menggila. Dua gol Roman Chmelo dan Noh Alam Shah semakin memperlebar jarak antara kedua klub tersebut. Bambang Pamungkas hanya mampu menyumbang satu angka yang sama sekali tak mengubah kekalahan Persija.
Dengan kembalinya Persija ke SUGBK, akankah semangat mereka bermain di kandang sendiri akan membakar skuat asuhan Teco tersebut di babak final? Atau kah mengalami hal serupa seperti yang pernah terjadi sebelumnya, ketika berhadapan dengan Persipura maupun Arema? Kita tunggu saja laganya nanti.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom