Liga Indonesia

Banjir Kartu, Arema FC Anggap Permainan Keras Masih Normal

Rabu, 31 Januari 2018 13:53 WIB
Kontributor: Ian Setiawan | Editor: Matheus Elmerio Giovanni
© Ian Setiawan/INDOSPORT
Paulo Sergio meminta wasit mengganjar Hanif Sjahbandi dengan kartu merah, bukan hanya kartu kuning. Copyright: © Ian Setiawan/INDOSPORT
Paulo Sergio meminta wasit mengganjar Hanif Sjahbandi dengan kartu merah, bukan hanya kartu kuning.

Kerasnya duel Arema FC versus Bhayangkara FC memang menyisakan raut kekecewaan dari pihak lawan. BFC menilai permainan yang disuguhkan Arema berada di luar konteks sepakbola yang ideal.

Namun bagi Arema FC, jalannya pertandingan dengan tensi tinggi itu masih normal. Dan secara umum, berbagai kontak fisik yang terjadi sepanjang 90 menit itu dinilai masih berada dalam jalur kewajaran.

"Pertandingan tadi masih normal. Ya memang begitu sepakbola di sini," kata Pelatih Arema FC, Joko Susilo menanggapi keluhan Bhayangkara FC.

Standar penilaian normal dari Joko Susilo adalah dengan tingginya resiko yang dialami kedua tim. Arema sendiri diganjar 4 kartu kuning dan menyebabkan Arthur Cunha dan Thiago Furtuoso, absen berlaga di perempatfinal karena sanksi akumulasi. Sementara Bhayangkara FC juga bermain keras, lewat ganjaran 3 kartu kuning yang dijatuhkan Wasit Annas Apriliandi asal Bandung.

© Ian Setiawan/INDOSPORT
Hendro Siswanto dan Purwaka Yudhi saat adu kaki berebut bola dengan pemain Bhayangkara FC Copyright: Ian Setiawan/INDOSPORTHendro Siswanto dan Purwaka Yudhi saat adu kaki berebut bola dengan pemain Bhayangkara FC

"Kalau melakukan pelanggaran keras, sanksinya kan memang kartu kuning. Kalau lebih keras dua kali, ya kartu merah," ungkapnya.

"Saya kira ini masih wajar, karena pertandingan tadi ibarat laga final dengan tensi yang tinggi," imbuhnya.

© Ian Setiawan/INDOSPORT
Hendro Siswanto dan Purwaka Yudhi saat adu kaki berebut bola dengan pemain Bhayangkara FC Copyright: Ian Setiawan/INDOSPORTHendro Siswanto dan Purwaka Yudhi saat adu kaki berebut bola dengan pemain Bhayangkara FC

Sementara soal sikap Simon McMenemy yang berulang kali mencak-mencak di depan bench, dianggapnya sebagai sebuah ekspresi manusiawi. Semua pelatih akan melakukan hal serupa jika keinginannya melihat permainan yang bagus dari anak asuhnya, tidak berjalan lancar di lapangan.

"Saya juga demikian. Jadi, berteriak di tepi lapangan adalah sifat manusia yang tak lepas dari salah. Meski hal itu memang tidak baik," urai Joko Susilo.

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom
85