Klub Liga 2 PSS Sleman harus menyudahi perjalannya untuk tembus ke Liga 1 pada babak 16 besar. Klub berjuluk Super Elang Jawa itu hanya mampu bertengger di posisi tiga klasemen Grup A Babak 16 besar Liga 2 dengan meraih delapan angka.
Setelah gagal menembus Liga 1, suporter PSS Sleman yang menamakan dirinya Brigata Curva Sud (BCS) menilai kalau CEO PT. Putra Sleman Sembada dan manajemen tim tidak bekerja dengan maksimal dalam mewujudkan impian klub untuk bisa bermain di kasta tertinggi sepakbola Indonesia.
Mereka juga merasa kalau manajemen klub saat ini tidak memiliki sosok yang punya integritas, dedikasi, dan segalanya seperti Alm. Suparjiono. Sehingga mereka dianggap gagal membawa PSS Sleman.
"Menurut kami PT PSS saat ini dipegang oleh orang-orang yang tidak mengerti sepakbola dan tata kelola namun hanya berorientasi bisnis," bunyi luapan BCS seperti dilansir bcsxpss.com.
"Kami mempertimbangkan salah satu aspek yang paling mendesak yaitu dibutuhkannya SDM yang mengerti dan paham tentang tata kelola sepakbola, namun juga siap dan berani berkomitmen membawa PSS Sleman ke Liga 1," sambung BCS.
Dalam tuntutannya, mereka menginginkan ada perubahan dalam manajemen klub yang berjuluk Super Elang Jawa itu. Bahkan BCS telah memiliki sosok yang tepat untuk membawa PSS Sleman, yakni Dr. H.M. Baryadi, M.M yang merupakan putra daerah asal Kabupaten Sleman.
Dipilihnya Baryadi menurut BCS karena memiliki track record yang bagus. Beliau mampu membawa salah satu klub di kasta tertinggi Liga Indonesia menjuarai Liga dua kali, Copa Indonesia sekali, dan pernah bermain di Liga Champions Asia.
Maka dari itu kami meminta PT PSS untuk serius mewujudkan tuntutan ini, apabila tuntutan ini tidak dipenuhi, maka semakin meyakinkan kami bahwa PT PSS sama sekali tidak memiliki kemauan dan keseriusan untuk membawa PSS Sleman berprestasi.
— Brigata Curva Sud (@BCSxPSS_1976) November 12, 2017
"Oleh karenanya, kami meminta secara tegas PT PSS untuk memberikan mandat sepenuhnya kepada beliau agar dapat bekerja secara maksimal dan profesional," jelas BCS.
Sebelumnya perwakilan suporter BCS sempat menemui jajaran pemegang saham dalam kurun waktu yang berbeda, mulai dari 12 Oktober 2017. Dalam beberapa kali pertemuan itu mereka menyimpulkannya sebagai berikut.
- Kinerja Manajemen PSS yang tidak maksimal.
- Adanya jurang pemisah antara PT PSS dengan manajemen tim yang menyebabkan kondisi di lapangan (kompetisi) tidak maksimal.
- Ketidaksiapan tim pelatih dalam mempersiapkan komposisi tim, terkhusus babak 16 besar.
- Kegagalan manajemen dan tim pelatih membangun tim yang solid baik di dalam maupun di luar lapangan.
- Tidak profesionalnya PT PSS dalam pengadaan sarana dan pra sarana penunjang (mess, kebutuhan pemain dan fasilitas lainnya).
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom