Forum Komunikasi Suporter Indonesia (FKSI) mengecam keras akan kembali jatuhnya korban dari kalangan suporter di pertandingan sepakbola. Bagi mereka, kejadian ini cerminan masih bobroknya sepakbola Indonesia.
FKSI angkat bicara atas tragedi kerusuhan yang terjadi pasca laga Persita Tangerang melawan PSMS Medan. Dalam laga yang berlangsung di Stadion Mini Persikabo, Cibinong, Kabupaten Bogor, seorang suporter Persita, Banu Rusman meregang nyawa.
Banu tewas setelah mendapat pemukulan oleh oknum suporter PSMS Medan. Atas insiden ini Ketua FKSI, Richard Achmad Supriyanto meradang.
"Terkait bentrok yang terjadi di Stadion Cibinong, dengan alasan apapun tidak dibenarkan bahwa melakukan pengeroyokan itu dibenarkan," ucap Richard, Junat (13/10/17).
"Kejadian ini menjadi catatan buruk bagi sepakbola kita, yang selalu suporter menjadi korban," tambah dia.
- Kemenpora Minta Penjelasan PSSI soal Serangan Anggota TNI yang Tewaskan Suporter Persita
- Kirim Duka untuk Persita, Presiden Pasoepati Minta PSSI Evaluasi Kompetisi
- Mantan Top Skor Piala Dunia Junior Sayangkan soal Insiden Tewasnya Suporter Persita Tangerang
- Pelatih PSMS Medan Ikut Berduka Atas Tewasnya Suporter Persita
Kini pria yang juga mantan Ketua Umum The Jakmania ini berharap PSSI selaku induk federasi sepakbola Indonesia melakukan evaluasi, khususnya keberadaan militer di kalangan sepakbola Indonesia.
"PSSI harus mengevaluasi keberadaan aparat keamanan untuk dikembalikan ke barak. Serta PSSI harus mengkaji betul hasil pelaksanaan pertandingan Liga 2," tegas Richard.
"Selama satu musim ini menjadi cacatan penting FKSI bahwa pelaksanaan kompetisi Liga 1 dan Liga 2 masih amburadul, tidak proporsional," bebernya.
Kini demi memutus kejadian serupa terulang, Richard berharap pemerintah mengambil sikap. Setidaknya pemerintah dapat memanggil PSSI sebagai bentuk pertanggungjawaban. "Pemerintah dalam hal ini harus segera memanggil PSSI terkait banyak kejadian kekerasan di sepakbola yang langsung maupun tidak langsung," tutupnya.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom