Rasa frustrasi bisa dialami oleh siapa saja. Tak terkecuali pelatih sekaliber Massimiliano Allegri. Pelatih Juventus itu sempat berpikir untuk pergi ketika klub asuhannya kalah telak 1-4 dari Real Madrid di final Liga Champions musim lalu.
Hal ini terungkap dalam sebuah tulisan Allegri sendiri yang dirilis Theplayerstribune.com. Dalam pengakuannya itu, mantan pelatih AC Milan itu merasa bahwa perjalanannya bersama Juventus sudah berakhir.
“Saya meninggalkan Cardiff bersama tim untuk kembali ke Italia. Esok pagi, ketika saya sudah di rumah, saya bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah ini akhir semuanya? Inikah hasil paling jauh yang bisa saya berikan untuk tim?’ Saya berpikir sudah saatnya untuk menulis bab terakhir dari kisah saya bersama Juventus. Sebagian dari diri saya malah sudah berpikir untuk mundur secara terhormat,” ungkap Allegri.
Untunglah sebagian diri Allegri yang lain masih bisa memaksa untuk melakukan introspeksi. Allegri pun lantas berpikir kenapa dirinya mau menjalani karier sebagai pelatih. Saat itulah Allegri teringat dengan sosok kakeknya.
-“Ketika saya masih kecil, kakek selalu ada di pinggir lapangan setiap saya bertanding. Dia tidak pernah menanyakan hasil pertandingan menang atau kalah. Dia hanya peduli kalau saya merasa gembira. Karena itulah dia selalu berusaha datang setiap saya bertanding,” kenang Allegri.
Rasa cinta yang ditunjukkan sang kakek membuat Allegri punya kekuatan untuk melanjutkan perjalanannya bersama Juventus. Apalagi, pada dasarnya dia memang senang mengajar. Allegri akan bahagia ketika membuat orang lain bisa berkembang.
-“Saya tahu masih banyak yang harus dibuktikan. Dan saya juga masih punya banyak hal yang harus diajarkan kepada para pemain. Karena itu kini akan terus melanjutkan usaha dengan kerja keras,” pungkas Allegri.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom