Pada perhelatan Liga Primer Inggris musim lalu, pria Italia, Antonio Conte sukses membuat tren anyar di sepakbola Negeri Ratu Elizabeth tersebut. Eks pemain dan pelatih Juventus itu membawa formasi baru yakni 3-4-3. Dikutip dari Skysports.com (02/08/17), formasi 3-4-3 menjadi lebih populer saat ini. Setelah kalah dari Arsenal dengan tiga gol tanpa balas pada September 2016 lalu, titik balik Chelsea dimulai dengan formasi ini.
Mengoptimalkan Victor Moses dan Marcos Alonso di sektor sayap, stabilitas lini belakang Chelsea cukup kuat meski hanya dikawal tiga bek. Dua gelandang tengah yang tidak hanya bertugas sebagai pengatur serangan namun juga penyeimbang lini tengah dari gempuran lawan terbukti menyulitkan klub lain kalahkan Chelsea. Tugas ini diemban dengan apik oleh Kante dan Matic.
Sejak Oktober, pondasi ini terbukti membuat Chelsea mampu memenangkan 27 laga dari 32 pertandingan mereka. Artinya Chelsea hanya kalah 3 kali setelah kekalahan telak mereka dari Arsenal. Capaian gemilang Chelsea dengan formasi asing di Liga Inggris itu sebenarnya sudah mendapat berdampak bagi pelatih lain.
Pelatih Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino misalnya mencoba untuk menggunakan formasi itu dibeberapa pertandingan Spurs, termasuk saat 3-4-3 Spurs lebih ampuh dibandingkan 3-4-3 Chelsea. Spurs mampu menang dua gol tanpa balas dari Chelsea pada Januari 2017 lalu.
Salah satu eks bek Liverpool yang saat ini jadi pengamat di salah satu media olahraga ternama Inggris, Jamie Carragher menyebut bahwa Chelsea memberikan banyak pelajaran banyak bagi pelatih lain, termasuk soal kelemahan formasi itu.
"Melawan Chelsea dengan formasi seperti itu, ruang kosong akan selalu berada di sektor sayap belakang mereka dan Spurs sukses memanfaatkan itu," kata Carragher kala itu.
-Pernyataan Carragher ini diamini oleh gelandang Spurs, Dele Alli. Gelandang Timnas Inggris itu menyebut memang dua gol kemenangan Spurs disebabkan karena mereka mampu mengeksplorasi sayap belakang Chelsea. "Kami memainkan bola-bola panjang di sektor sayap belakang mereka karena ditinggal pemain mereka yang naik membantu serangan. Sektor itulah yang perlu Anda eksploitasi saat bertemu Chelsea." kata Alli.
Bagi sejumlah pelatih, mematikan formasi 3-4-3 ialah mengganggu skema permainan mereka dan mengeksploitasi ruang kosong yang tercipta. Formasi 3-4-4 sendiri membangun skema serangan dengan mengandalkan distribusi bola dari lini tengah serta menjaga kedalaman di lini tengah saat akan mendapat serangan balik.
Distribusi bola di formasi 3-4-3 tentu saja dilakukan hanya satu pemain dan untuk Chelsea, Eden Hazard-lah pemain yang menunaikan tugas tersebut. Kekurangan inilah yang dimanfaatkan betul oleh Manchester United saat juga mengalahkan Chelsea. Berbeda dengan Spurs, Mourinho mendorong Ander Herrera sebagai pemain pengganggu bagi Hazard.
Sejumlah tim lain pun sebenarnya sudah memiliki formula yang tepat untuk menjinakkan formasi 3-4-3 milik Chelsea, tidak hanya Spurs dan Man United, tim sekelas Palace pun berhasil mengalahkan formasi tersebut. Sam Allardyce yang jadi pelatih Palace mengusung formasi 4-2-3-1 untuk mengalahkan 3-4-3 Chelsea. Ia menarik Benteke mundur ke sayap kiri dan membiarkan Towsend dan Zaha bergerak bebas di sektor sayap dan tengah.
Nah, apakah musim depan lebih banyak klub yang mampu jinakkan 3-4-3 Chelsea atau malah Conte sudah memiliki revolusi anyar di taktiknya tersebut, kita tunggu saja nanti di laga pekan pertama Liga Primer Inggris musim 2017/2018 pada 12 Agustus 2017 nanti atau di laga Community Shield antara Arsenal vs Chelsea pada 06 Agustus 2017.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom