Pertemuan Borneo FC kontra Arema FC memang dalam kondisi berimbang secara head to head. Empat kali bertemu di turnamen resmi sejak 2015 lalu, kedua tim sudah saling mengalahkan, dan juga dua kali berakhir imbang.
Bagi Ricky Nelson pribadi, pertemuan kontra Arema FC menjadi yang kedua kali sepanjang karirnya. Dan di pertemuan pertama, Borneo FC di bawah kepelatihan Ricky Nelson, harus mengalami kenangan pahit saat dikalahkan secara telak 1-5 di Final Piala Presiden, 12 Maret silam.
“Bagi saya, itu menjadi pengalaman berharga. Tapi setidaknya saya sudah mengetahui kekuatan Arema," tutur Ricky Nelson.
Pelatih pengganti Dragan Djukanovic tersebut lantas tak mau mengungkit kekalahan menyakitkan di turnamen pramusim itu. Baginya, kekuatan kedua tim sudah banyak berubah di kompetisi Liga 1 jika dibandingkan dengan saat Piala Presiden.
“Kekuatan tim saat di turnamen maupun kompetisi jelas berbeda. Di kompetisi, hal-hal yang teknis maupun non teknis ikut berpengaruh," ungkapnya.
Hasrat untuk move on juga diutarakan Abdul Aziz Lutfi Akbar. Pemain yang baru kembali usai menjalani masa peminjaman di Kepri Jaya 757 FC itu begitu optimistis timnya bisa mencuri poin di markas Arema.
Apalagi, tim berjuluk Pesut Etam itu memiliki motivasi berlipat dengan keberhasilan menutup rangkaian 7 laga kandang di Liga 1 musim ini dengan catatan 100 persen kemenangan.
“Kita tahu Arema adalah tim besar, kuat, dan punya suporter fanatik. Tapi, kami tidak takut dengan nama besar itu,” kata Abdul Aziz.
"Karena mental pemain sedang tinggi dengan menyapu bersih semua laga kandang di putaran pertama ini," imbuh pemain yang bermain di Persiba Balikpapan tahun lalu tersebut.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom