Menerka Siapa Tunggal Putra Indonesia yang Layak Disebut GOAT, Rudy Hartono?
INDOSPORT.COM - Menelaah siapa sosok tunggal putra bulutangkis Indonesia yang layak disebut GOAT (Greatest of All The Time).
Jagat bulutangkis Indonesia sendiri memang sempat ramai belakangan ini, terlebih saat salah satu media olahraga India memuat artikel tentang sosok GOAT di dunia bulutangkis.
Melansir laman firstpost.com, disebutkan empat nama yang dijadikan kandidat sebagai pebulutangkis GOAT di sektor tunggal putra. Keempat nama tersebut adalah Rudy Hartono, Lin Dan, Poul-Erik Hoyer, dan Lee Chong Wei.
Hadirnya empat nama tersebut langsung menuai dilema bagi pecinta bulutangkis Tanah Air lantaran banyak tunggal putra Indonesia lain yang seharusnya ikut masuk mendampingi Rudy Hartono.
Salah satunya adalah Taufik Hidayat. Pebulutangkis kelahiran Bandung tersebut tercatat mampu beberapa kali menjuarai turnamen level BWF Grand Prix Gold dan BWF/IBF Grand Prix semasa aktif bermain.
Selain itu, Taufik Hidayat juga pernah menjuarai Kejuaraan Dunia, medali emas Olimpiade, serta dua kali Piala Thomas pada 2000 dan 2002.
Laman firstpost.com sendiri memiliki beberapa alasan saat memasukan Rudy Hartono sebagai salah satu kandidat GOAT versi mereka.
Alasan yang paling kuat adalah legenda tunggal putra Indonesia tersebut telah memenangkan 8 gelar All England dari 10 kesempatannya tampil di final.
Tidak hanya itu, Rudy Hartono juga berhasil menjadi Juara Dunia 1980 dan terlibat dalam kemenangan tim bulutangkis Indonesia empat kali beruntun di gelaran Piala Thomas 1970, 1973, 1976, dan 1979.
Berbekal catatan gelar tersebut, membuat media India tidak ragu memasukan nama Rudy Hartono sebagai calon pebulutangkis terbaik sepanjang masa.
Namun jika berbicara fakta dan raihan gelar, sejatinya atlet bulutangkis tunggal putra Indonesia banyak yang layak menerima predikat GOAT tersebut.
1. Rudy Hartono Sang GOAT Tunggal Putra Indonesia
Jika dirangkum dalam lima daftar pebulutangkis putra terbaik Indonesia, maka akan muncul nama-nama legendaris seperti Liem Swie King, Alan Budikusuma, Haryanto Arbi, Taufik Hidayat serta Rudy Hartono.
Melihat dari segi raihan gelar, kelima pebulutangkis tersebut hampir meraih semua medali juara mulai dari kompetisi internasional BWF hingga ajang Olimpiade.
Menariknya, lima pebulutangkis tersebut seolah melanjutkan titah kejayaan dari tunggal putra Indonesia sebelumnya. Di mulai dari era Rudy Hartono yang diteruskan Liem Swie King hingga ke zaman Taufik Hidayat.
Walau sempat menguasai panggung bulutangkis dunia, namun kelima pebulutangkis ini punya beberapa gelar juara yang lebih unggul dari yang lain.
Seperti Rudy Hartono, meski dijuluki raja All England dengan raihan delapan gelar namun ia belum sempat mencicipi medali emas Olimpiade.
Catatan berbeda dengan Alan Budikusuma, meski belum pernah juara di All England namun ia berhasil meraih emas Olimpiade tahun 1980 lalu.
Sedangkan Liem Swie King yang mempersembahkan empat trofi Piala Thomas Indonesia, belum sekali pun meraih gelar juara dunia. Ia hanya mampu meraih runner-up edisi 1980 dan 1983.
Kesamaan gelar juara dari kelima pebulutangkis tunggal putra terbaik Indonesia ini adalah Piala Thomas, di mana hampir kelimanya pernah satu kali membawa Merah-Putih menjadi juara.
Bahkan Rudy Hartono dan Hariyanto Arbi menjadi pendulang trofi terbanyak, yakni empat gelar. Selain itu, mereka semua sempat bertengger di peringkat pertama ranking BWF saat masih aktif bermain.
Jika terpaksa harus memilih satu yang terbaik dari lima tunggal putra Indonesia diatas, tampaknya Rudy Hartono bakal berada di urutan teratas.
Meski belum sempat mendapat medali emas Olimpiade, namun hal tersebut tidak akan merubah status Rudy Hartono sebagai yang terbaik. Pasalnya, cabang bulutangkis belum menjadi bagian resmi Olimpiade saat Rudy aktif bermain sehingga tidak ada kesempatan baginya untuk mendapat gelar juara.
Sejatinya bulutangkis ada di Olimpiade 1972, namun saat itu masih dalam tahap uji coba sehingga gelar juara atau medali emas yang diraih tidak dihitung dalam tabel akhir perolehan medali.
Dalam pertandingan uji coba tersebut, Rudy Hartono ikut berpartisipasi dan keluar sebagai juara usai mengalahkan Svend Pri di final.
Jika medali emas dalam Olimpiade 1972 dihitung, artinya Rudy Hartono sudah meraih semua gelar mayor yang pernah dimenangkan pebulutangkis tunggal putra Indonesia lainnya. Mulai dari All England, Asian Games, Piala Thomas, Kejuaraan Dunia hingga medali emas Olimpiade.
Berdasarkan fakta tersebut, tidak berlebihan jika Rudy Hartono layak mendapat gelar GOAT tunggal putra Indonesia. Apalagi ia sempat mendapat beberapa penghargaan internasional, seperti Guinness Book of Records sebagai tunggal putra dengan jumlah gelar All England terbanyak sepanjang sejarah.
Capaian yang semakin membuktikan bahwa Rudy Hartono adalah seorang legenda di dunia bulutangkis. Tidak hanya di Indonesia, melainkan juga panggung dunia.