5 Fakta Jarang Diketahui soal Lin Dan, Sang Legenda yang Akhirnya Pensiun
INDOSPORT.COM – Pebulutangkis legendaris asal China, Lin Dan, akhirnya resmi gantung raket. Di balik kariernya yang hebat selama 20 tahun, ada lima fakta yang jarang diketahui publik soal dirinya.
Sebuah kabar mengejutkan diungkapkan oleh legenda bulutangkis dunia, yakni Lin Dan yang mengumumkan pengunduran dirinya dari Timnas Bulutangkis China setelah 20 tahun berada di sana.
Dilansir dari situs olahraga china.org.cn, pengumuman tersebut dibuat Lin Dan melalui sosial media pribadi miliknya di Weibo.
“2000 hingga 2020, 20 tahun sudah saya jalani. Sekarang, saya harus mengucapkan selamat tinggal kepada Timnas China. Ini benar-benar sulit untuk dilakukan," tulis Lin Dan.
Sementara menurut Asosiasi Bulutangkis China (CBA), Lin Dan telah mengajukan permohonan pensiun secara resmi beberapa hari yang lalu.
Keputusan Lin Dan untuk gantung raket mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, ia sendiri sempat mengutarakan keinginannya merebut medali emas di ajang Olimpiade, yang sayangnya harus ditunda tahun depan.
Keberadaan Lin Dan di timnya sangat luar biasa, terbukti ia telah berkontribusi memberikan 34 kemenangan dan 1 kekalahan bagi Timnas Bulutangkis Negeri Tirai Bambu di Piala Thomas dan memiliki peran penting dalam lima kemenangan beruntun di Piala Sudirman.
Terlepas dari prestasinya yang segudang itu, Lin Dan memiliki beberapa fakta yang selama ini belum pernah diketahui oleh publik. Berikut ini INDOSPORT merangkum lima fakta tersebut:
1. Pebulutangkis Top Dunia di Usia 19 Tahun
Lin Dan sudah berhasil naik peringkat pada tahun 2002, tepatnya di Malaysia Open 2002, dia berhasil merangsek ke peringkat dunia nomor 2. Pada tahun itu, dia memenangkan Korea Open, gelar pertamanya.
Gelar itu diraih usai menundukkan beberapa pemain top seperti Taufik Hidayat, Wong Choon Hann, Hendrawan, dan Xia Xuanze.
Pada akhir tahun 2003, Lin Dan memenangkan tiga gelar secara beruntun, yakni Jerman Open, Denmark Open, dan Hong Kong Open. Tiga gelar ini mengantarkannya jadi pebulutangkis nomor 1 dunia pada awal tahun 2004 di usia 21 tahun.
Pada tahun itu pula, dia memenangkan lima gelar Open, termasuk All England.
2. Mengubah Gaya Bermain
Selama periode 2001 hingga 2004, Lin Dan memegang pegangan raketnya agak terlalu tinggi, biasanya gaya ini dilakukan oleh para pemain ganda. Namun, gaya ini bisa mengurangi kemampuannya membuat pukulan sudut yang lebih curam.
Gaya ini membuat dia kalah di babak pertama Olimpiade 2004. Kemudian pada 2005, dia mengubah pegangan raketnya, dengan cara menempelkan lengan di bagian bawah pegangan sehingga posisi raket lebih rendah di pegangan.
Gaya itu membuat Lin Dan berkembang, terutama dalam hal menyerang yang lebih ganas dan cepat. Usai Olimpiade 2008, dia jadi pemain lengkap dengan serangan yang diambil lewat perhitungan akurat.
3. Jebolan Atlet Tentara
Ketekutanan dan sikapnya yang pantang menyerah rupanya buah dari pelatihan militer yang pernah dijalani Lin Dan. Bakat pria 36 tahun itu pernah dibina oleh Tim Olahraga Tentara Pembebasan Rakyat usai memenangkan Kejuaraan Junior Nasional di usianya yang ke-12 tahun.
Lin Dan sendiri seorang perwira sampai dia meninggalkan militer pada tahun 2015. Sekarang, dia bisa tampil lebih terbuka, tidak terikat oleh instansi militer mana pun.
Meski begitu, Lin Dan tidak melepaskan kutipan favoritnya selama menjalani militer, yakni “Berjuang Sampai Akhir Dunia”. Meski terdengar sederhana, nyatanya kutipan itu amat memenangaruhi karier sang pebulutangkis
Dalam permainan bulutangkis, dia menggabungkan teknik perang pikiran taktis yang sangat bagus, seperti menunda permainan, menciptakan sorotan, mematahkan ritme lawan dengan mengganti kok atau menolak pindah.
1. Lin Dan Tunjukkan Sikap Tenang Meski Kalah
4. Kalah Bukan Berarti Menyerah
Lin Dan juga kerap menuai kekalahan di pertandingan, namun dia tidak seperti sebagian besar pemain yang akan menyerah atau mengalami trauma. Satu kekalahan paling menyakitkan yakni saat bermain di Olimpiade 2004.
Dia tersingkir di babak pertama oleh Ronald Susilo dari Singapura. Usai kekalahan itu, dia justru tampil lebih kuat dengan memenangkan Olimpiade edisi berikutnya, yakni tahun 2008.
Pada ajang Malaysia Open 2006, Lin Dan unggul 20-13 melawan Lee Chong Wei di babak final. Namun, Lee mengambil alih permainan untuk memenangkannya. Bila pemain lain akan hancur, Lin Dan justru menerima kekalahan itu dengan tenang.
Lin Dan masih memiliki sikap ksatria dalam beberapa tahun terakhir kendati dia kerap gagal memenangkan gelar bergengsi bulutangkis. Usai kalah dari Lee Chong Wei di semifinal Olimpiade 2016, dia memenangkan Malaysia Open 2017 dengan menaklukkan legenda Malaysia itu di final.
5. Atlet Segudang Prestasi
Setiap kali Lin Dan hadir di turnamen bergensi, kehadirannya selalu diprediksi akan mengambil alih gelar juara. Di usia 28 tahun, Lin Dan sudah memenangkan semua gelar juara di bulutangkis.
Sebut saja Olimpiade, Kejuaraan Dunia, Piala Dunia, Thomas Cup, Piala Sudirman, Final Super Series Masters, All England, Asian Games, dan Kejuaraan Asia.
Semua gelar itu menjadikan dia pemain satu-satunya yang mencapai prestasi tersebut. Usai kemenangannya di Malaysia Open 2017, dia juga jadi satu-satunya pemain yang memenangkan semua gelar turnamen Open.