x

Kabar Terkini Cai Yun, Ganda Putra China yang Segan pada Hendra Setiawan

Sabtu, 8 Juni 2019 19:52 WIB
Editor: Arum Kusuma Dewi
Cai Yun selebrasi usai menumbangkan Lee Yong Dae/Kim Sa Rang di Piala Thomas 2012.

INDOSPORT.COM - Seperti Indonesia, China tak pernah berhenti menelurkan bakat-bakat hebat di dunia bulutangkis. Bahkan, Negeri Tirai Bambu sukses mendominasi di semua sektor bulutangkis hingga saat ini.

Mereka pun punya sederet pemain berstatus legenda, misalnya saja Cai Yun/Fu Haifeng yang bisa disebut sebagai salah satu ganda putra tersukses dunia.

Bersama Fu Haifeng, Cai Yun menjadi raja ganda putra di era 2004. Keduanya bak pasangan yang saling melengkapi. Cai Yun dengan kecepatan dan Fu Haifeng dengan kekuatannya, mereka menjadi ganda putra yang mengerikan.

Selama berpasangan, Cai/Fu merebut medali emas Olimpiade 2012 dan empat kali jadi juara dunia (2006, 2009, 2010, 2011). Keduanya juga membawa China merebut lima gelar Piala Thomas (2004, 2006, 2008, 2010, dan 2012) serta lima gelar Piala Sudirman (2005, 2007, 2009, 2011, 2013).

Baca Juga

Ulang Tahun Penutup Karier yang Manis

Bibit bulutangkis Cai Yun mulai terlihat saat berusia enam tahun. Ia memilih berlatih bulutangkis untuk menghindari berlatih akordion, sebagaimana diceritakan laman Badzine.

Berkat dukungan dari sang pelatih, Cai Yun masuk ke tim daerah kelahirannya, Jiangsu pada 1993 dan kemudian masuk di tim kedua timnas China pada 1999.

Cai Yun awalnya diproyeksikan untuk bermain di sektor tunggal putra. Namun karena masalah jantung, ia akhirnya fokus ke ganda putra.

Pada Desember 2002, pemain kelahiran 19 Januari 1980 ini dipasangkan pelatih Tang Xin Fu dengan Fu Haifeng.

Pelan namun pasti, keduanya berkembang menjadi penambal tim China yang timpang di sektor ganda putra.  Dua tahun kemudian, Cai/Fu mendapatkan gelar perdananya, yakni Swiss Open.

Empat tahun kemudian, ketika Olimpiade berlangsung di tanah kelahirannya, Cai/Fu gagal melengkapi koleksi medali emas mereka. Ambisi pasangan ini takluk di tangan pasangan Indonesia, Hendra Setiawan/Markis Kido yang memang tampil brilian di final Olimpiade 2008.

Baca Juga

Barulah di Olimpiade edisi berikutnya, Cai/Fu menuntaskan rasa penasaran mereka dengan meraih medali emas dengan mengalahkan pasangan Denmark Mathias Boe/Carsten Mogensen di final.

Ini menjadi kado termanis karena bertepatan dengan satu dekade Cai Yun dan Fu Haifeng berpasangan di ganda putra. Apalagi mereka ikut menyumbang medali emas saat China menyapu bersih gelar di lima sektor bulutangkis Olimpiade 2012. 


1. Segani Hendra Setiawan

Cai Yun/Fu Haifeng, Hendra Setiawan/Markis Kido, dan Hwang Jiman/Lee Jaejin di podium Olimpiade 2008.

Berada di papan atas ganda putra dunia bersama pemain-pemain top lainnya membuat Cai Yun tak jemawa. Ia mengaku segan pada dua pesaing beratnya, Hendra Setiawan dari Indonesia dan Lee Yong-dae dari Korea Selatan.

Mengutip Aiyuke.com yang diterjemahkan Badmintalk, Cai Yun merasa beruntung bisa bersaing dengan dua pemain brilian tersebut.

"Di mata saya, kehebatan dan keunggulan Hendra Setiawan dan Lee Yong-dae adalah sumber dorongan bagi saya untuk terus bekerja keras dan tidak malas-malasan,” tuturnya.

Baca Juga

Bahkan Cai Yun mengandaikan Hendra Setiawan sebagai pembunuh berdarah dingin.

"Di lapangan dia sangat pandai menyembunyikan niatnya yang sesungguhnya, lalu tiba-tiba saja dengan cepat dan keras mengeluarkan pukulan yang mematikan," tambah Cai Yun.

"Dia (Hendra) membuatmu mati dengan tidak memahami mengapa bisa (mati).

Cai Yun/Fu Haifeng memang unggul head-to-head atas pasangan Hendra Setiawan/Markis Kido yakni 6 vs 3. Namun Hendra/Kido meraih kemenangan paling penting atas Cai/Yu, yakni di final Olimpiade 2008.

Bahkan setelah Hendra punya partner baru, yakni Mohammad Ahsan, Cai/Fu kalah di rekor pertemuan.

Kabar Terkini Cai Yun

Pada 2016, Cai Yun akhirnya mengumumkan pensiun sebagai pemain bulutangkis via akun media sosial Weibo. Ia resmi gantung raket di usia 36 tahun.  

Baca Juga

“Karier 19 tahun saya di tim nasional akhirnya berakhir. Saya masih ingat antusiasme di hari pertama saya naik kereta dan tiba di Beijing pada 28 April, 1999,” tulisnya.

“Saya sangat tenang sekarang dan menatap tantangan-tantangan baru di depan saya.”

Usai gantung raket, ia tak sepenuhnya meninggalkan dunia tepok bulu. Cai Yun memulai karier baru sebagai komentator dan berharap bisa terus mempromosikan bulutangkis lewat jalan barunya ini.

Terakhir kali, Cai Yun nongol sebagai komentator di Piala Sudirman 2019 pada bulan lalu, di mana China menang 3-0 atas Jepang di final. Bahkan ia sempat berfoto bersama komentator bulutangkis top, Gillian Clark.

Hendra SetiawanLu Kai/Cai YunMarkis Kido/Hendra SetiawanBulutangkisBerita Olahraga

Berita Terkini

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom