INDOSPORT.COM – Menjelang Olimpiade Tokyo 2020, Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) kembali mengenang pebulutangkis non unggulan yang mampu memenangkan medali emas, salah satunya Taufik Hidayat.
Cabang olahraga bulutangkis menjadi salah satu event yang paling dinantikan di Olimpiade Tokyo yang akan berlangsung mulai tanggal 23 Juli hingga 8 Agustus 2021.
Ada 173 atlet pebulutangkis yang akan mengikuti Olimpiade Tokyo 2020. Menurut rilis Federasi Badminton Dunia (BWF), terdapat 87 atlet putra dan 85 pebulutangkis putri dari 50 negara berbeda.
Di antara para peserta ini, tentu saja ada banyak pemain non unggulan yang bermimpi bisa memenangkan medali walaupun langkah mereka akan sulit tercapai saat menghadapi lawan elite.
Dalam sejarah Olimpiade, hanya ada lima pemain yang telah menjadi peraih medali emas meskipun mereka tidak diunggulkan, dua di antaranya dari nomor ganda.
Menurut BWF, keberhasilan para pemain yang tidak terduga ini mungkin bisa menjadi inspirasi kepadapara peserta di Olimpiade Tokyo yang tidak diunggulan untuk bisa memenangkan medali.
Nah, BWF melalui artikelnya yang dirilis pada hari Minggu (18/07/21) mengklaim tiga pemain spesial yang dianggap sebagai non unggulan namun mempersembahkan medali emas di Olimpiade.
Pertama, pasangan ganda campuran asal Korea Selatan, Kim Dong Moon/Gil Young Ah, yang memenangkan medali emas di edisi Olimpiade Atlanta 1996.
Kim Dong Moon/Gil Young Ah mendapat peluang besar untuk memenangkan emas setelah juara dunia Thomas Lund/Marlene Thomsen absen dalam debut mereka di Olimpiade.
Kala itu, Kim/Gil datang ke AS sebagai peringkat kelima dunia. Mereka mampu memenangkan semua pertandingan dalam game langsung.
Namun di final, mereka harus bertarung lebih keras melawan rekan senegaranya yang menjadi unggulan teratas, Ra Kyung Min/Park Joo bong, dengan kemenangan tiga set 13-15 15-4 15-12.
Kedua, Taufik Hidayat, legenda tunggal putra Indonesia yang dianggap BWF sebagai pemain yang paling mengejutkan dalam daftar ini. Taufik Hidayat memenangkan medali emas di Olimpiade Athena 2004.
Empat tahun sebelumnya, Taufik Hidayat merupakan unggulan pertama di edisi Sydney namun kalah di perempat final. Namun padatahun 2004, Taufik Hidayat terseret arus Indonesia yang kehilangan konsistensi di turnamen-turnamen major.
Sempat mengalami serangkaian masalah jelang Olimpiade bergulir, Taufik menunjukan jika dirinya mampu meraih prestasi tertinggi bersama pelatih tercinta Mulyo Handoyo.
Taufik akhirnya bisa mencapai partai puncak dan mengalahkan unggulan ketujuh asal Korea Selatan, Shon Seung Mo, dan membawa pulang medali emas.
Keberhasilan ini membangkitkan kepercayaan diri Taufik Hidauat. Di tahun berikutnya, legenda yang kini berusia 38 tahun itu memenangkan Kejuaraan Dunia.
Sebanyak 15 medali emas berhasil diraih Taufik di berbagai ajang bergengsi termasuk Olimpiade Athena 2014 dan Kejuaraan Dunia BWF 2005 di Anaheim.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom