INDOSPORT.COM – Olahraga tenis tak lepas dari kontroversi. Sama seperti cabang olahraga lainnya, kontroversi di tenis juga tak jauh-jauh dari match fixing dan kasus doping.
Menjadi salah satu olahraga termahal dan tertua, sederet kasus sempat mengancam prestise tenis. Bahkan ada nama-nama atlet besar yang terlibat di dalamnya.
Berikut ini INDOSPORT rangkum tiga kontroversi besar di dunia tenis, sebagaimana dilansir Sports Finding.
Williams Bersaudara
Venus dan Serena Williams adalah dua nama paling populer dalam tenis wanita. Keduanya sudah mengumpulkan 30 gelar Grand Slam. Tak heran jika Venus dan Serena menjadi legenda hidup dunia tenis yang disegani saat ini.
Namun keduanya tak lepas dari kontroversi, tepatnya di sebuah turnamen bergengsi bertajuk Indian Wells di Amerika Serikat. Williams Bersaudara membuat kaget para penggemarnya saat Venus memutuskan mundur dari semifinal pada edisi 2001, empat menit sebelum laga dimulai.
Saat itu Venus harusnya bertanding melawan Serena. Venus dan sang ayah Richard yang juga pelatih mereka, disoraki oleh penonton. Begitu pula saat Serena melakoni partai final melawan Kim Clijsters. Meski menang, Serena dan ayahnya juga disoraki.
Mereka kemudian juga menuding penonton Indian Wells rasis. Venus dan Serena akhirnya memboikot Indian Wells dan absen dari turnamen itu selama 14 tahun.
Banyak spekulasi yang menduga Richard sengaja meminta Venus mundur untuk melancarkan langkah salah satu putrinya untuk menjadi juara. Apalagi saat itu mereka bungkam soal alasan mundurnya Venus.
Namun belakangan terungkap, Venus menderita cedera di lututnya dan sudah meminta mundur dari laga beberapa jam sebelumnya tetapi tak ada tanggapan dari panitia turnamen.
Match Fixing
Match fixing rupanya juga pernah terjadi di tenis. Pada 2019 lalu, media Jerman melaporkan bahwa ada sejumlah pemain yang terlibat dalam sejumlah skandal taruhan.
Menurut laporan, ATP menginvestigasi 140 orang yang terlibat dalam kasus tersebut dan menjadikannya skandal match fixing terbesar di dunia tenis. Tujuh orang di antaranya berasal dari Jerman, termasuk dua pemain yang mengaku sengaja kalah dalam pertandingan.
Sebagaimana dilaporkan DW, para pemain tenis profesional ini ternyata mendapatkan uang lebih besar dengan mengakali hasil pertandingan ketimbang menjadi juara di turnamen tersebut.
Tennisnet kemudian melaporkan, kasus ini adalah kerjaan dari mafia taruhan dari Armenia yang menyebar di tujuh negara di Eropa, seperti Belgia, Spanyol, dan Prancis.
Dalam penyelidikan FBI, seorang pemain yang masuk dalam peringkat 30 dunia yang sudah menang 3 turnamen ATP juga terlibat dalam match fixing ini.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom