INDOSPORT.COM - Petenis kulit hitam muda, Coco Grauff di usianya yang baru menginjak 16 tahun sudah berhasil mengukir prestasi dengan menembus peringkat 50 besar Women Tennis Association (WTA), yakni 49 di kategori tunggal.
Penampilannya yang cekatan dan pantang menyerah lantas saja membuat jagat tenis menyandingkannya dengan Serena Williams dan Venus Williams.
Namun seperti kebanyakan petenis di generasinya, Coco Grauf juga mengidolakan Williams bersaudara serta menjadikannya panutan. Tetapi di balik itu semua ia tidak suka jika disandingkan dengan Serena maupun Venus.
Padahal banyak yang menyebut ia akan menjadi penerus petenis wanita berkulit hitam papan atas tersebut, selaras dengan dengan kualitas bermainnya di lapangan tenis.
Kendati sudah mampu menembus top 50 WTA, Coco mengungkapkan dia masih merasa belum pantas jika disamakan dengan Serena Williams yang sudah banyak menorehkan banyak gelar di dunia tenis.
“Pada saat yang sama, saya tidak suka dibandingkan dengan Serena atau Venus."
"Pertama, saya belum berada di level mereka dan rasanya belum terasa benar jika dibandingkan dengan kakak-beradik Williams dengan semua penghargaan mereka, terlebih saya sepertinya masih seseorang yang baru saja datang,” ungkap Coco dalam Podcast Behind The Racquet.
Bocah 16 tahun itu juga menjelaskan bahwa baginya yang terpenting saat ini yaitu mendobrak batasan untuk mengatasi segala hambatan di depannya serta ingin memecahakan banyak rekor.
Tanpa kedua wanita tersebut juga, Cori mengungkapkan tidak akan memiliki kesempatan untuk berada di level sekarang ini dan mereka juga dua wanita yang bisa menentukan jalurnya sendiri.
“Dengan semua torehan gelarnya, dan sedikitnya orang Afrika-Amerika di olahraga tenis tampaknya takkan terbesit sebelumnya untuk saya bergabung di dunia tenis dan apapun itu yang telah mereka lakukan, saya berpikir itu sebabnya saya tidak pernah bisa menjadi mereka,” pungkas Cori Gauff.
Di sisi lain memang dahulu tidak mudah menjadi seorang petenis berkulit hitam atau keturunan Afrika-Amerika. Contohnya Serena Williams.
Peraih Grand Slam wanita terbanyak itu kerap diperlakukan tidak adil oleh orang-orang di sekitarnya namun berkat kegigihannya ia berhasil mendobrak itu semua dan membuka jalan bagi petenis berkulit hitam lainnya.
Sebagai informasi, Cori yang lahir pada 13 maret 2004 itu juga berhasil mencetak sejarah. Ia meraih titel pertamanya di WTA pada 2019 silam. Sewaktu itu ia menjadi petenis termuda terlebih juga yang statusnya masih pelajar menjuarai turnamen WTA sejak 2004 pada final Linz Open 2019 di Tips Arena Linz, Austria.
Selain itu juga Cori pun pernah mengalahkan Venus Williams di babak pertama Wimbledon 2019. Padahal sebelum pertandingan tersebut, seminggu sebelumnya, Cori baru menjalani ujian sekolah secara online karena harus berpartisipasi di ajang tersebut.
Dari semua torehan yang berhasil ia raih, sontak saja ia memiliki amunisi untuk memenangkan Grand Slam di usia mudanya. Tentunya juga akan menarik seantero dunia tenis untuk melihat kapan dia bisa menyabet gelar bergengsi Grand Slam perdananya.
Penulis: Andre Febriansyah
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom