INDOSPORT.COM – Siapa sangka jika ganda putra terbaik China yaitu Fu Haifeng, ternyata memiliki darah Indonesia, mari kita lacak bersama-sama.
Fu Haifeng adalah salah satu ganda putra terbaik yang pernah dimiliki oleh tim bulutangkis China. Berpasangan dengan Cai Yun, Fu Haifeng menjadi salah satu rival dari Hendra Setiawan saat masih bersama Markis Kido.
Perlu diketahui jika di era 2000-an, Hendra Setiawan bersama Markis Kido adalah ganda putra andalan Indonesia. Namun, usaha Kido/Hendra untuk mencapai puncak kariernya selalu mendapatkan halangan serius dari Cai Yun dan Fu Haifeng.
Di mana berdasarkan data dari BWF, rekor pertemuan antar kedua pasangan lebih memihak ke Cai Yu/Fu Haifeng dengan skor 6-3. Tak heran bila pasangan Cai Yun dan Fu Haifeng berhasil menyabet sejumlah gelar bergengsi pada masanya.
Mulai dari All England (2005 dan 2009), BWF World Championships (2006, 2009, 2010, dan 2011), Piala Thomas (2004, 2006, 2008, 2010, dan 2012), Piala Sudirman (2005, 2007, 2009, dan 2011) serta Olimpiade 2012.
Khusus untuk Fu Haifeng, ia pernah memecahkan rekor dunia sebagai pemilik smash tercepat yang mencapai 332 kilometer per jam. Smash itu dilakukan oleh Fu Haifeng pada 3 Juni 2005 pada ajang Piala Sudirman di Beijing, China.
Siapa sangka jika pemilik smash mematikan serta ganda putra terbaik China, Fu Haifeng, memiliki darah Indonesia dalam dirinya. Bagaimana kisahnya?
Darah Indonesia dalam Diri Fu Haifeng
Berdasarkan laporan dari Sohu Sports, kakek dari Fu Haifeng migrasi ke Indonesia pada usia 16 untuk melakukan perdagangan. Sempat tinggal lama di Indonesia, lahirlah ayah dari Fu Haifeng bernama Fu Mingying.
Namun dikarenakan adanya konflik bernada rasial terhadap etnis Tionghoa, keluarga Fu Haifeng pun pulang ke China. Keluarga Fu Haifeng pun menempati sebuah daerah di Hui Lai, kampung petani Nanshan, China.
Saat itu, daerah Nanshan memang menjadi tempat mengungsinya para etnis Tionhoa dari Indonesia guna menghindari kerusuhan. Di kampung tersebut, ayah Fu Haifeng yaitu Fu Mingying menjalani hidup sebagai petani sekaligus pelatih bulutangkis.
Lalu pada tahun 1983, lahirlah Fu Haifeng di Guangdong yang nantinya akan dididik oleh Fu Mingying untuk menjadi pebulutangkis profesional. Singkat cerita, Fu Mingying akhirnya sempat naik pangkat menjadi pelatih tim bulutangkis China dan menyaksikan sang anak bermain.
Memiliki darah Indonesia membuat Fu Haifeng pun ingin belajar kebudayaan dari negeri kita. Salah satu bentuk penyesalan terbesarnya adalah ia tidak diajari oleh ayahnya untuk berbicara Bahasa Indonesia.
Padahal saat kecil, Fu Haifeng sering mendengarkan percakapan Bahasa Indonesia yang dilakukan ayah dan kakeknya. Namun demikian, Fu Haifeng kini telah berhasil mengucapkan satu kata dalam Bahasa Indonesia yaitu makan.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom