Kisah Jalan Terjal Hendrawan yang Gagal Bawa Emas untuk Indonesia di Olimpiade

Selasa, 18 Februari 2020 15:43 WIB
Penulis: Nadia Riska Nurlutfianti | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Badmintonphoto.com
Gagal membawa medali emas untuk Indonesia di ajang Olimpiade Sydney 2000 meninggalkan penyesalan besar di benak Hendrawan Copyright: © Badmintonphoto.com
Gagal membawa medali emas untuk Indonesia di ajang Olimpiade Sydney 2000 meninggalkan penyesalan besar di benak Hendrawan

INDOSPORT.COM – Gagal membawa medali emas untuk Indonesia di ajang Olimpiade Sydney 2000 meninggalkan penyesalan besar di benak Hendrawan selaku mantan pebulutangkis tunggal putra Tanah Air.

Kisah tersebut kembali diceritakan oleh Hendrawan kepada laman resmi PBSI, di mana dirinya harus melewati jalan terjal hingga akhirnya bisa tampil di pesta olahraga terbesar di dunia.

Kala itu, Hendrawan harus berjuang dengan tak hanya bersaing dengan atlet negara lain, namun juga rekan senegaranya. Pasalnya, ia harus bersaing dengan empat tunggal putra terbaik Tanah Air lainnya yakni Taufik Hidayat, Marlev Mainaky, Hariyanto Arbi, dan Budi Santoso untuk memperebutkan tiga slot ke Olimpiade 2000.

Namun perjuangannya untuk meraih tiket ke Olimpiade 2000 tak berjalan mulus. Ia sempat menderita penyakit tifus beberapa bulan sebelum olimpiade yang membuatnya harus absen di dua turnamen.

"Waktu itu saya saingan sama Budi dan Hari, masih ada lima turnamen, tapi saya kena tifus dan kehilangan kesempatan di dua turnamen. Jadi sisa turnamennya hanya All England, Swiss Openm dan Japan Open 2000,” ujar Hendrawan.

"Lagi ngejar poin ke olimpiade lalu sakit, itu rasanya down sekali. Saya berkomitmen untuk pulih atau kesalip teman sendiri. Untuk jadi pemain top dunia, atlet itu harus melewati batas tertentu, itu tantangannya, bisa atau tidak melewatinya? Atau mau menyerah dan pasrah dengan keadaan?" tambahnya.

Usai pulih dari tifus, fisik Hendrawan pun menurun. Untuk mengejar ketertinggalannya, saat itu Paulus, pelatih fisiknya, membuatkan program latihan bersama atlet lari DKI Jakarta saat itu. Hingga akhirnya ia bisa lolos ke Olimpiade 2000 bersama Taufik Hidayat dan Marlev Mainaky.

Sayangnya, perjuangan tersebut tidak berakhir memuaskan bagi Hendrawan lantaran ia gagal meraih medali emas dikalahkan Ji Xinpeng (China) di babak final dengan skor 4-15, 13-15.

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom

Hanya mampu meraih medali perak untuk Indonesia di Olimpiade Sydney 2000, membuat ia merasa gagal. Hendrawan merasa dengan target emas yang diberikan kepada tim bulutangkis, menjadi nomor dua artinya gagal. Saat itu Indonesia dapat emas dari ganda putra Candra Wijaya/Tony Gunawan.

"Di Indonesia, medali perak, perunggu itu artinya gagal, karena tradisi kita emas olimpiade. Saya sendiri memang merasa gagal. Waktu cerita dengan teman di cabor lain, dia bilang saya tidak boleh berpikir begitu, karena kita adalah olympian, masuk olimpiade saja nggak gampang, apalagi dapat medali," ucapnya.

"Tapi di bulutangkis kan nggak begitu, kami ditarget emas. Contohnya Tontowi (Ahmad)/Liliyana (Natsir), kalau waktu itu nggak dapat emas, pasti dibilang gagal juga. Karena target dan tradisinya sudah emas," tukasnya.

Meski demikian, berlaga di olimpiade dirasakan Hendrawan sebagai pengalaman luar biasa. Ia berharap bahwa pengalamannya tersebut bisa memotivasi para atlet lainnya untuk meraih prestasi gemilang di Olimpiade Tokyo yang akan berlangsung pada 24 Juli – 9 Agustus mendatang.

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom