INDOSPORT.COM – Sumbangsihnya untuk dunia bulutangkis Indonesia tak perlu diragukan lagi bahkan sempat menolak tawaran untuk kembali ke China, dia adalah Liang Chiu Sia.
Lahir di Cirebon pada 9 September 1950, Liang Chiu Sia memilih meninggalkan Indonesia untuk pulang ke tanah leluhurnya di China selepas lulus SMP. Namun langkah Liang Chiu Sia pulang ke China tak diikuti oleh ganda putra legendaris Indonesia, Tjun Tjun yang merupakan adiknya.
Berdasarkan data yang dipaparkan oleh peneliti studi politik dari Flinders University Colin Brown dalam atikelnya dimuat jurnal Indonesia, “Playing the Game: Ethnicity and Politics in Indonesian Badminton”. Menyebutkan salah satu faktor utama hengkangnya orang Tionghoa karena situasi politik dalam negeri yang tak menentu.
Tak terkecuali Liang Chiu Sia yang dalam tanda kutip memilih mengungsi ke China dan akhirnya menetap di sana. Di China, ternyata Liang Chiu Sia menggoreskan tinta emas dalam kariernya sebagai pemain bulutangkis negeri tirai bambu.
Bersama Zheng Huiming, Liang Chiu Sia berhasil menyabet medali emas ganda putri Asian Games 1974. Di sektor tunggal putri sendiri, Liang Chiu Sia sendiri berhasil menjadi juara kejuaraan Asia 1976, turnamen invitasi bulutangkis Asia 1976 dan emas di Asian Games 1978.
Namun sayang semua prestasi Liang Chiu Sia tidak tercatat secara resmi karena negara China saat itu masih belum masuk dalam keanggotaan IBF atau yang sekarang dikenal BWF. Ketika China masuk IBF pada 1981, Liang Chiu Sia memilih untuk pensiun tak lama setelah itu.
Setelah itu, Liang Chiu Sia memilih pergi ke Hong Kong dan menjadi warga negaranya setelah menikahi pebalet di sana bernama Zhang Dayong. Pada 1982, Liang Chiu Sia akhirnya kembali ke Indonesia untuk menemani tim bulutangkis Hong Kong.
Seketika itu juga, kedatangannya ke Indonesia saat itu telah merubah jalan hidupnya karena ia merasakan homesick yang teramat dalam. Apalagi sang adik, Tjun Tjun terus mendesak Liang Chiu Sia untuk menetap di Indonesia.
Singkat cerita pada 1985, Liang Chiu Sia benar-benar kembali ke Indonesia setelah dibujuk oleh Departemen Negara Pemuda dan Olahraga, Departemen Tenaga Kerja, Komite Olahraga Nasional Indoenesia (KONI) dan PBSI untuk melatih sektor putri bulutangkis.
“Waktu itu sebetulnya ada sekitar 13 pemain. Tapi memang Susy Susanti yang paling ulet, paling enggak mau kalah, enggak malas, ngotot mainnya,” kenang Liang Chiu Sia, seperti yang dinukil dari Historia.
Liang Chiu Sia memang lebih dikenal sebagai guru Susy Susanti hingga akhirnya beragam penghargaan dapat diraih. Mulai dari medali emas Olimpiade Barcelona 1992 hingga juara dunia 1993, merupakan gelar yang disabet Susy Susanti berkat tangan dingin sang guru, Liang Chiu Sia.
Liang Chiu Sia pun akhirnya bertahan di pelatnas hingga 2000 sebelum akhirnya memilih untuk pulang lagi ke Hong Kong sebagai guru privat bulutangkis. Tapi Liang Chiu Sia sudah kadung cinta dengan Indonesia sehingga membuatnya memilih pulang lagi ke Indonesia.
Bahkan tawaran menggiurkan dari China pun ditolak oleh Liang Chiu Sia yang memang sangat mencintai Indonesia, tempat ia dilahirkan. Sempat comeback sebagai pelatih tunggal putri Indonesia, Liang Chiu Sia kini sudah tidak ada lagi di jajaran pelatih pelatnas PBSI.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom