Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi harus menelan hasil buruk di dua turnamen sekaligus. Menariknya, di kedua turnamen tersebut, Angga/Ricky sama-sama terhenti di babak semifinal.
Langkah Angga/Ricky menuju babak final pun dihentikan oleh pasangan yang sama yakni pasangan ganda putra asal Thailand, Bodin Isara/Nipitphon Phuangphuapet.
Pasangan Thailand tersebut disebut sudah banyak mengalami kemajuan secara permainan. Padahal sebelumnya, mereka justru kerap melakukan banyak kesalahan di pertandingan.
“Pemain Thailand ini banyak majunya. Perkembangannya banyak, terutama Nipitphon. Biasanya setiap pertandingan kalau yang diincar itu Nipitphon, pasti mati dan banyak error-nya, tapi sekarang dia banyak kemajuan,” kata pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi dalam rilis PBSI yang diterima INDOSPORT.
Sebelumnya di dua pertemuan pertama kedua pasangan tersebut, Angga/Ricky selalu bisa menaklukkan Isara/Phuangphuapet. Dengan demikian, rekor pertemuan dua pasangan ini menjadi imbang 2-2.
“Menurut saya kekalahan Angga/Ricky di Denmark karena permainan mereka tidak keluar. Tidak ada keberanian dari mereka. Tapi, kekalahan di Prancis ini, mereka dapat banyak hikmah dan pelajaran. Kekalahan Angga/Ricky di Prancis masih bisa dipertanggungjawabkan,” lanjut Herry.
Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi harus terhenti di babak semifinal France Open 2016.
“Kalah di game pertama, Angga/Ricky bisa mengubah pola di game kedua dan berhasil. Di game ketiga juga sempat unggul walaupun akhirnya kalah. Sebenarnya bisa menang, cuma mungkin unsur hoki saja,” kata Herry lagi.
Berkaca dari dua turnamen tersebut, Herry pun mengevaluasi dan telah menyiapkan program tambahan untuk memperbaiki penampilan atletnya.
“Menurut saya, ada dua aspek yang harus diperbaiki Angga/Ricky, yaitu dari segi fisik dan tekniknya. Terutama Angga, masalah kekuatan tangan dan kaki harus ditambah lagi. Untuk Ricky sudah bagus, tapi tidak ada salahnya untuk ditambah lagi agar lebih mantap di lapangan,” ungkap Herry.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom