Bagi Fitriani, sosok Susi Susanti ialah panutan dan idola yang membuatnya terus berkarir di bulutangkis,
“Yang saya jadikan panutan dan idola di bulutangkis adalah, mbak Susy Susanti. Mbak Susy itu pukulannya matang, rallynya bagus, pukulannya juga akurat, staminanya juga bagus,” jelas Fitriani yang baru meraih gelar juara Kejurnas untuk kali pertamanya.
Selain itu, menilai persaingan pemain-pemain muda nomor tunggal putri di ajang Internasional, Fitriani melihat bahwa sebenarnya Indonesia juga bisa bersaing. Bahkan Fitriani mengakui bahwa persaingan sendiri sudah terjadi saat di Pelatnas,
“Mereka (pemain asing) bisa, masa pemain Indonesia tidak bisa, pasti ada kesempatan. Kalau di pelatnas sendiri memang ada persaingan, pasti masih ketat. Karena masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, persaingan hampir sama. Cuma siapa yang lebih siap, itu yang menang,” sambung Fitriani.
Mengomentari jalannya pertandingan yang baru dia menangkan, Fitriani menilai bahwa mungkin stamina seniornya, Hana Ramadini pada set kedua sudah sedikit menurun. Dimana hal tersebut dapat dia maksimalkan dengan merebut set kedua dan ketiga,
“Kak Hana di game kedua banyak mati sendiri, mungkin juga sudah turun staminanya, jadi sering error sendiri. Tadi saya Cuma berusaha semaksimal mungkin, tadi ngerasa bisa ngontrol bola, fokus dan sabar,” sambung ia.
Mengomentari kekalahan pada set pertama, Fitrian sebenarnya sempat unggul. Hingga akhirnya dia kehilangan fokus dan bermain terburu-buru yang berujung pada banyaknya melakukan kesalahan sendiri,
“Set pertama Fitri sempat unggul, cuma di balik kekejar. Fitri hilang konsentrasi sama terburu-buru matiin,” tuntasnya.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom