Jafro Megawanto: Dari Tukang Lipat Parasut Sampai Medali Emas Asian Games 2018
Jafro Megawanto dilahirkan pada 18 Maret 1996 dan kini berusia 22 tahun. Jafro mulai akrab dengan paralayang di usia 13 tahun.
Keakraban atlet bertinggi 173cm itu dengan paralayang berawal karena rumah Jafro berlokasi tak jauh dari tempat pendaratan paralayang. Berawal dari situ, kemudian Jafro menjadi paraboy atau tukang melipat parasut saat kelas 2 SMP dengan upah 5 ribu rupiah.
“Awal mula saya mengenal paralayang itu, awalnya saya menjadi tukang lipat parasut. Setelah itu ada manajer merekrut saya untuk menjadi atlet. Setelah itu, saya disekolahkan dan diinstruksikan di sekolah paralayang sampai akhirnya dapat lisensi,” ujarnya.
Setelah menjadi paraboy, Jafro mulai memiliki mimpi untuk menjadi pilot paralayang. Impian Jafro tersebut sempat mendapat halangan dari orang tuanya.
Orang tua Jafro memintanya untuk berhenti latihan Paralayang. Karena, biaya untuk latihan paralayang tidak sedikit.
Namun, kemauan keras dari Jafro akhirnya membuat ia menjadi atlet yang berprestasi baik di dalam maupun luar negeri.
Paragliding Ecoroshi World Cup di Kanada menjadi ajang internasional pertama yang diikuti Jafro. Meski menjadi debutan, Jafro sukses menyabet peringkat kedua pada ajang itu.
Pada tahun 2017 lalu Jafro mengikuti Kejuaraan Dunia Akurasi Paralayang di Albania. Pada kejuaraan itu, Jafro meraih peringkat ke-25 dan di nomor tunggal, dan peringkat 4 di nomor beregu.
Dan puncaknya di Asian Games 2018, Jafro Megawanto mempersembahkan 2 medali emas bagi Merah Putih.
Ikuti terus berita seputar sepak bola dan olahraga lain serta serba-serbi Asian Games 2018 hanya di INDOSPORT
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom