Loyalitas Dana White yang Bikin UFC Jadi Sarana Propaganda Donald Trump
INDOSPORT.COM – Saat ini Amerika Serikat tengah melakukan pemilihan presiden (Pilpres), yang mempertarungkan pasangan petahana Donald Trump dan Mike Pence (Partai Republik) melawan Joe Biden dan Kamala Harris (Partai Demokrat).
Kedua pihak sama-sama menggandeng sederet publik figur seperti selebritas dan atlet untuk menarik simpati masyarakat dan golongan tertentu.
Donald Trump sendiri dalam masa kepemimpinannya sebagai Presiden AS ke-45, banyak dikritik secara terang-terangan oleh atlet-atlet top.
Seperti atlet sepak bola wanita AS, Megan Rapinoe yang menolak undangan ke White House usai menjuarai Piala Dunia. Begitu pula dengan bintang LA Lakers, LeBron James, yang kerap melayangkan kritikan ke Trump terutama soal masalah rasialisme.
Namun di balik banyaknya kritikan yang dilemparkan oleh olahragawan ternama dari NBA, NFL, dan cabor lainnya, rupanya Donald Trump memiliki kedekatan erat dengan dunia MMA, terutama Ultimate Fighting Championship (UFC).
Jasa Besar Donald Trump di Awal Berdirinya UFC
Hubungan manis keduanya bermula pada 2001 silam, ketika UFC masih berjuang untuk membangun reputasi. Saat itu, reputasi UFC memang jelek usai senator Arizona, John McCain, menyebut MMA sebagai olahraga ‘sabung ayam’.
MMA dan UFC juga berada di titik nadir karena dilarang di 36 negara bagian dan susah payah mendapat penghasilan dari pay per view, sejak 1990-an.
Namun kemudian, Donald Trump menjadi pebisnis pertama yang memberi kesempatan untuk mempromosikan UFC. Bahkan ia mempersilakan Presiden UFC, Dana White, untuk menggelar UFC 31 dan 32 di Trump Taj Mahal Casino Resort di Atlantic City.
Event itu langsung sukses dan UFC berganti kepemilikan. Di akhir 2001, mereka mulai memindahkan venue pertarungan ke Las Vegas. Meski kerja sama dengan Trump berakhir, persahabatan loyal mulai terjalin antara Trump dan White.
“Saat kami membeli perusahaan ini, tak ada venue yang mau menerima kami,” tutur Dana White dalam konferensi pers UFC 5, empat tahun kemudian, sebagaimana dikutip The Guardian.
“Donald Trump menjadi orang pertama yang bilang, ‘Kita akan menggelar duel di sini’. Trump memberi kami kesempatan pertama, kemudian kami pindah ke lokasi yang lebih besar di Meadowlands. Dia adalah salah satu orang pertama yang duduk di sana.”
Kesetiaan White kepada Trump terus berlanjut. Pada kampanye Pilpres 2016, White berbicara di Konvensi Nasional Partai Republik dan memberikan pujian serta dukungannya untuk Trump maju sebagai Presiden AS.
1. UFC Jadi Platform Sempurna untuk Donald Trump
UFC pun menjadi panggung sempurna di dunia olahraga bagi Donald Trump untuk menarik simpati. Tak ada atlet-atlet yang protes dengan berlutut seperti banyak yang dilakukan atlet NBA dan NFL.
Nyaris tak ada juga petarung yang terang-terangan melempar serangan kritik. Ronda Rousey sempat melempar kecaman, tapi kini ia sudah meninggalkan UFC untuk dunia gulat.
Saat UFC 249 menjadi event pertama yang diadakan di masa pandemi, tak mengejutkan saat Donald Trump tampil di siaran ESPN untuk mengapresiasi upaya UFC untuk kembali aktif mengadakan duel.
Kedekatan bos UFC dengan Trump juga membuat sederet atlet ikut aktif berkampanye jelang Pilpres AS 2020 ini. Bahkan beberapa di antaranya memegang peran penting dalam kampanye Trump yang menyasar kelompok Amerika Latin.
Beberapa atlet UFC yang ikut berkampanye dalam ‘Latino for Trump’ di antaranya adalah Tito Ortiz, Henry Cejudo, dan Jorge Masvidal. Secara tidak langsung mereka berhasil meningkatkan jumlah suara dari komunitas Hispanik di daerah-daerah kunci, seperti Florida.
Mengutip laporan exit polls Edison Research yang dilansir Al Jazeera, secara nasional Trump meraih dukungan dengan proporsi lebih tinggi dari pemilih non-kulit putih, ketika dibandingkan dengan Pilpres 2016.
UFC juga memiliki rencana untuk membuat seri dokumenter untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-25. Salah satu episodenya akan fokus pada sejarah Trump dengan UFC.
Tak ada liga olahraga lain di Amerika Serikat yang memberikan dukungan nyata dan usaha dalam mempromosikan Donald Trump sepanjang Pilpres 2020 dan menjadi perpanjangan tangan untuk menyebarkan ideologi politiknya.