INDOSPORT.COM - Pelatih kepala tim NBA San Antonio Spurs, Gregg Popovich mengkritik keras sikap Donald Trump soal penanganan aksi protes terkait kematian George Floyd.
Sejak insiden polisi yang membunuh George Floyd, Senin (25/05/20) lalu, isu rasisme di Amerika Serikat semakin memanas. Terjadi aksi protes di penjuru Amerika yang meluas hingga ke Gedung Putih.
Ketika aksi protes yang mengecam kematian George Floyd berlangsung di Gedung Putih pada Jumat (29/05/20) malam, Trump bahkan sampai mengungsi ke bunker. Sebelumnya Trump sendiri sempat melontarkan ancaman ke demonstran melalui akun Twitternya.
Nah, Gregg Popovich kemudian menegaskan bahwa reaksi yang dikeluarkan oleh Trump di tengah memanasnya aksi protes itu yang membuat suasana semakin di luar kontrol.
"Sulit dipercaya, jika Trump memiliki otak, bahkan itu 99% sinis, dia akan keluar dan mengatakan sesuatu untuk menyatukan orang," ucap Popovich dikutip dari Huffington Post.
"Dia tidak peduli untuk menyatukan orang. Betapa gilanya dirinya. Semuanya harus tentang dirinya. Semua harus yang menguntungkannya secara pribadi. Tidak pernah tentang kebaikan bersama, itu yang hanya dia lakukan," tegasnya.
Pelatih yang membawa lima gelar juara NBA untuk Spurs itu menambahkan bahwa sejatinya Trump hanya perlu mengatakan kata sederhana, seperti 'Black Lives Matter'.
Namun, hal itu tidak dilakukan oleh Trump. Sehingga, Popovich menyebut Trump sebagai penghancur bangsa dan pengecut karena hanya bisa bersembunyi di bunker, alih-alih mengatakan kata dukungan untuk persatuan seperti 'Black Lives Matter'.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom