INDOSPORT.COM – Menjadi idola baru di kompetisi basket Amerika Serikat, NBA, Tacko Fall juga merupakan sosok yang secara terbuka sering menentang sikap dan kebijakan Presiden Donald Trump.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump sering kali memantik kontroversi lewat pernyataan dan kebijakannya, yang beberapa kali dianggap menyudutkan masyarakat beragama Islam.
Baik itu yang ada di Amerika Serikat ataupun yang hendak datang ke Negeri Paman Sam itu. Seperti ketika dalam awal kepemimpinannya, Trump melarang kedatangan orang dari tujuh negara muslim di dunia.
Sikap Trump tersebut juga kemudian semakin menambah xenophobia atau ketakutan tanpa dasar kepada golongan tertentu, yang dialami tak sedikit masyarakat Amerika Serikat terhadap muslim atau pemeluk Islam dan juga orang berkulit hitam.
Namun, bagusnya memang, juga masih banyak ditentang mayoritas masyarakat Amerika Serikat lainnya yang menentang sejumlah kebijakan kontroversial Trump. Salah satunya pebasket NBA Tacko Fall.
Pria bernama lengkap Elhadji Tacko Sereigne Diop itu beberapa kali dengan lantang mengkritik kebijak Trump yang cenderung menyudutkan masyarakat Muslim. Misalnya, ketika Presiden dari Partai Republik itu menutup sejumlah masjid pasca adanya terror di California dan Prancis yang melibatkan ekstrimis Islam tahun 2015 lalu.
Tacko di usia yang masih 20 tahun saat itu, dengan cukup bijak mengkritik Trump dengan memintanya berfikir lebih jernih. Sebab, teror tersebut jelas bukan mencerminkan umat Muslim secara keseluruhan.
"(Trump) hanya perlu berpikir. Karena tidak semua Muslim seperti itu. Itu bukan pendekatan yang tepat (menutup masjid dan melarang muslim amsuk Amerika Serikat)," kata Tacko Fall dikuti dari Orlandosentinel.
Tacko mencontohkan, meski beragama Islam dan berkulit hitam, dirinya sejak kecil dibesarkan dalam lingkungan yang damai dan jauh dari radikalisme di Ibukota Senegal, Dakar.
Sikap Tacko yang dengan berani menyuarakan sikapnya menentang kebijakan Presiden Donald Trump di hadapan publik pada akhirnya memang tak berpengaruh terhadap pamornya di NBA. Alih-alih bikin masyarakat di Amerika Serikat menjadi xenophobia, Tacko kini justru jadi idola baru kompetisi Basket Nasional Amerika, NBA.
NBA Rookie of the Year
Lahir di Dakar 10 Desember 1995, Tacko Fall semasa remaja lebih menyukai sepak bola dibandingkan dengan olah raga basket yang kini ditekuninya.
Namun, satu kunjugannya ke Amerika Serikat pada tahun 2011 merubah segalanya. Mendapatkan kesempatan berlatih bersama NBA Hall of Famer, Hakeem Olajuwon, yang juga seorang Muslim dari Nigeria di Houston, Texas, Tacko Fall kemudian jatuh hati dan memilih basket sebagai olah raga kegemarannya.
Dengan tinggi 2.29 m, dengan mudah Tacko mendapatkan perhatian di dunia basket, diawali dengan kiprahnya saat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Amerika Serikat. Memperkuat Jamie's House Charter and Liberty Christian Prep, Tacko saat itu menjadi perhatian pemandu bakat karena tingginya yang jauh dibanding anak SMA lainnya.
Begitupun ketika masuk ke jejang perkuliahan. Menjadi bagian University of Central Florida, Atcko yang berposisi sebagai center menadi bintang kompetisi basket antar Universitas di Amerika Serikat (UFC) dalam dua tahun beruntun. Sebelum akhirnya di tahun 2017, dirinya mendapatkan penghargaan sebagai American Athletic Conference Defensive Player of the Years 2017.
Bersama penghargaan itu, namanya juga masuk dalam jajaran NBA Draft, hingga akhirnya membawanya berlabuh ke klub Boston Celtic pada tahun 2019 lalu.
Sejak bergabung dengan Celtics pada bulan Juni, Fall telah menjadi idola banyak suporter. Sebab, dengan tampilan postur mencolok, kualitasnya di lapangan juga terbukti apik. Terlihat dari catatan rata-rata 7,2 poin, empat rebound dan 1,4 blok dalam lima pertandingan Liga Musim Panas yang berhasil dikemasnya.
Bahkan, penampilan pria yang fasih membaca Al-Quran itu di sepanjang NBA musim 2019/20 ini membuat namanya berada dalam daftar terdepan pemain yang diunggulkan bisa membawa meraih penghargaan NBA Rookie of the Year.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom