x

Arsenal Boleh Juara Community Shield namun Temukan Peran Terbaik Havertz Masih Jadi PR Sulit

Senin, 7 Agustus 2023 17:45 WIB
Editor: Izzuddin Faruqi Adi Pratama
Dengan tiga pemain baru Declan Rice, Kai Havertz, dan Jurrien Timber di starting XI, Arsenal sukses memenangkan trofi pertama mereka di 2023/2024. (Foto: Reuters/Peter Cziborra)

INDOSPORT.COM - Dengan tiga pemain baru Declan Rice, Kai Havertz, dan Jurrien Timber di starting XI, Arsenal sukses memenangkan trofi pertama mereka di 2023/2024.

Pada Minggu (06/08/23) lalu, The Gunners mengalahkan Manchester City di ajang Community Shield via adu penalti (4-1) usai berimbang 1-1 di waktu normal.

Arsenal jelas dianggap sebagai underdog di Wembley mengingat Manchester City adalah kesebelasan dengan treble winners musim lalu dan jelang dibukanya 2023/2024 mereka juga sudah memperkuat diri dengan banyak belanja.

Hal itu seolah kian terbukti setelah Cole Palmer membawa The Citizens unggul lebih dulu di menit ke-77 dengan tendangan pisang indahnya yang membuat kiper Aaron Ramsdale hanya menggapai angin saat hendak melakukan penyelematan.

Beruntung bagi Arsenal karena Leandro Trossard yang tembakannya di penghujung masa injury time membentur kaki Manuel Akanji sebelum masuk ke gawang dan mengecoh Stefan Ortega.

Baca Juga

Di babak adu penalti, hanya ada eksekutor Manchester City yang berhasil melaksanakan tugasnya yakni Bernardo Silva sementara di kubu Arsenal justru tidak ada yang gagal.

Jadilah Arsenal keluar sebagai pemenang Community Shield 2023 yang sekaligus jadi partai kompetitif pertama pembuka musim di Inggris.

Hanya saja fans Meriam London jika boleh jujur mungkin masih belum sepenuhnya puas dengan performa anak-anak asuh Mikel Arteta terutama Kai Havertz.

Dipasang sebagai penyerang tengah menggantikan Gabriel Jesus yang harus kembali absen lama akibat cedera lutut, bintang anyar yang baru dibeli dari Chelsea itu bermain di bawah harapan.

Sebelum digantikan oleh Fabio Vieira hanya tiga menit jelang waktu normal usai, Havertz dianggap minim kontribusi.

Baca Juga

Selain bermain tanpa gol maupun assist, pemain asal Jerman tersebut juga gagal menuntaskan satupun dribel dari 2 percobaan, tidak bisa mengkreasikan peluang, kalah dalam 7 duel dari 7 kesempatan, dan melewatkan 2 kesempatan emas mencetak angka.

Mungkin ketidakmampuan Haverzt memenangkan perebutan bola terutama yang di udara (4) masih bisa dimaklumi mengingat ia bukan 'nomor 9' murni dengan fisik ideal namun nilai minus lainnya di laga kontrak Manchester City cukup mengkhawatirkan.

Apalagi jika mengingat Arsenal sudah menggelontorkan 75 juta Euro untuk mendaratkannya ke Emirates Stadium. Nominal yang menjadikannya rekrutan termahal ketiga sepanjang sejarah klub di bawah Declan Rice (116 juta Euro) dan Nicolas Pepe (80 juta Euro).

Akhirnya pertanyaan soal dimana posisi terbaik dari Kai Havertz kembali mencuat. Ia memang sudah menghabiskan banyak menit sebagai ujung tombak namun di awal kariernya, pria 24 tahun itu adalah gelandang tengah maupun serang.

Arsenal dan Arteta sebaiknya memang harus segera memecahkan masalah ini sebelum tudingan jika mereka sudah membuang ratusan miliar hanya untuk mendatangkan pemain yang bahkan mereka tidak tahu bagaimana cara memaksimalkannya.

Baca Juga

1. Havertz Pun Bingung?

Kai Havertz

Kai Havertz mulai berevolusi menjadi striker di penghujung musim 2019/2020 saat ia masih berkostum Bayer Leverkusen. Perubahan tersebut diinisiasi oleh manajer Peter Bosz untuk mengakali cedera yang dialami penyerang andalan Die Werkself kala itu, Kevin Volland.

Hal itu dilakukan mengingat insting gol penggawa timnas Jerman itu memang tinggi usai membuat 20 gol dari 42 laga sepanjang 2018/2019.

Hasilnya sangat bagus. Dari tujuh pertandingan lintas ajang yang merigistrasikannya sebagai penyerang tengah, Havertz sukses menyarangkan delapan gol dan satu assist.

Akhirnya ketika pindah ke Chelsea pada bursa transfer musim panas 2020, The Blues pun ikut-ikutan sering mengoperasikan Havertz sebagai 'nomor 9' meski pada awalnya ia didatangkan untuk memperdalam kualitas lini tengah.

Puncak sukses Havertz sebagai penyerang untuk Chelsea adalah di musim 2021/2022 dimana 14 gol dan enam assist mampu ia kantongi dari 47 pertandingan. Setelahnya, entah kenapa efektifitas taktik tersebut menjadi berkurang.

Baca Juga

Musim lalu di Liga Inggris ia hanya punya tujuh gol dari 35 pekan yang diikuti. Tambahan satu assist tidak bisa mengkatrol statistik medioker tersebut.

Seringnya membuang peluang emas jadi alasan kenapa produktivitas Kai Havertz menurun tajam. FBref mencatatkan jika sebenarnya di Liga Inggris ia memiliki angka harapan gol (xG) sebanyak 11,6 yang artinya performa si pemain berada jauh di bawah ekspektasi.

Tidak heran jika kemudian perdebatan soal dimana posisi terbaik Havertz di lapangan ramai jadi topik di kalangan fans Chelsea. Hanya saja sebelum jawaban ditemukan, yang bersangkutan keburu hengkang ke Arsenal.

Dengan mahar mahal yang berani dibayarkan, Arsenal dan Mikel Arteta diduga sudah punya kunci untuk membuka lagi potensi terpendam Havertz yang sempat digadang-gadang bakal menjadi salah satu pemain terbaik dunia.

Sayangnya tidak demikian. Semasa pramusim, Arteta mengindikasikan jika ia pun masih meraba-raba soal peran dan posisi yang paling pas untuk 'mainan' terbarunya tersebut.

Baca Juga

"(Havertz) memberikan kami kualitas yang berbeda terutama saat menghadapi pressing tinggi dan menjadikannya target man," beber Arteta seperti yang dikutip dari Evening Standard.

"Kita lihat saja nanti. Sekarang kami memainkannya sebagai gelandang serang namun seiring berjalanya waktu akan ada kesempatan dimana kami menggesernya ke posisi lain," tambahya lagi.

Dari komentar Arteta di atas, ada kemungkinan jika Havertz sendiri yang menawarkan dirinya untuk bermain sebagai penyerang. Padahal di 2020 silam ia sempat berujar pada media jika dirinya lebih pantas dijadikan gelandang tengah bertipe 'nomor 8' seolah kini ia tengah menghadapi krisis identitas.

"Saya bermain di banyak posisi sebelumnya namun di tengah adalah tempat terbaik saya. Di sisi sebelah kanan. Saya bukan nomor 10 klasik namun saya senang jika bisa banyak memainkan bola dan menikmati pertandingan," ujar Havertz pada One Football.

Menarik untuk menanti bagaimana nantinya Arsenal melibatkan Kai Havertz begitu Liga Inggris 2023/2024 dimulai. Terutama jika Gabriel Jesus sudah kembali fit dan semakin besar kans Mikel Arteta menduetkannya bersama Martin Odegaard di lini sentral.

Baca Juga
ArsenalCommunity ShieldLiga InggrisKai HavertzIndepth

Berita Terkini

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom