Kiprah Timnas Indonesia di Piala Asia, Tak Pernah Lolos Grup hingga Gol Fenomenal Widodo C Putro
INDOSPORT.COM - Timnas Indonesia akan berpartisipasi di Piala Asia 2023 yang akan digelar di Qatar pada bulan Januari 2024 mendatang.
Mereka tergabung di Grup D bersama Jepang, Irak, dan Vietnam. Laga perdana skuad Garuda bakal digelar pada 15 Januari 2024 di Stadion Ahmad bin Ali Stadium, Al Rayyan.
Ini adalah kali pertama bagi Timnas Indonesia tampil di Piala Asia lagi setelah absen sejak edisi 2011 lalu karena berbagai alasan.
Selain tidak lolos kualifikasi, sepak terjang Indonesia di ajang ini juga sempat tersandung hukuman larangan bermain FIFA.
Namun kini para penggemar sepak bola di Tanah Air bisa tersenyum lagi karena tim nasional negara tercinta sudah kembali ke kompetisi bergengsi ini.
Sebagai informasi, ini adalah kali kelima Timnas Indonesia lolos kualifikasi Piala Asia, setelah terakhir kali tampil di edisi 2007 lalu.
Lantas, seperti apa kiprah Timnas Indonesia selama empat kali tampil di Piala Asia sebelum edisi 2023 ini? Ternyata, tidak pernah lolos fase grup.
1996
Merupakan kali pertama Timnas Indonesia tampil di Piala Asia. Bermain di Uni Emirat Arab, Widodo Cahyono Putro dkk waktu itu finis di peringkat terbawah Grup A.
Mereka hanya berhasil mengemas 1 poin dari 3 laga melawan tuan rumah, Kuwait, dan Korea Selatan.
1. Ada Gol Fenomenal Widodo C Putro
Ya, saat itu Timnas Indonesia mengumpulkan satu hasil imbang, sedangkan dua pertandingan lainnya berakhir dengan kekalahan.
Meski begitu, Piala Asia 1996 menyimpan sejumlah cerita menarik dari skuad Garuda, terlepas dari kegagalan mereka melaju ke fase gugur.
Salah satunya gol salto Widodo Cahyono Putro ke gawang Kuwait pada 4 Desember 1996 di Stadion Mohammed Bin Zayed, Uni Emirat Arab.
Umpan silang dari Ronny Wabia dari sayap kanan pun langsung disambarnya sambil membelakangi gawang, membuat kiper Kuwait, Khaled Al Fadhli, tidak berkutik.
Gol paling menakjubkan dalam sejarah Piala Asia itu pun membuka keran gol Timnas Indonesia saat menghadapi Kuwait hari itu.
Ronny Wabia menjadi penyumbang gol kedua Timnas Indonesia dan menyulap kedudukan menjadi 2-0. Namun sayang, Kuwait malah menyamakannya menjadi 2-2.
2000
Timnas Indonesia kembali lolos ke putaran utama Piala Asia 2000 yang digelar di Lebanon. Lagi-lagi, mereka gagal lolos dari penyisihan grup.
Sama persis dengan pencapaian di edisi 1996, skuad Garuda finis di peringkat terbawah grup, yang kali ini juga diisi Kuwait dan Korea Selatan, ditambah China.
Namun yang paling sangat disayangkan, adalah kiprah Timnas Indonesia yang gagal mencetak satu pun gol dari tiga laga mereka.
Bahkan dari tiga partai tersebut, Timnas Indonesia kebobolan 7 gol masing-masing dari Korea Selatan dan China. Dengan Kuwait, mereka main imbang 0-0.
2. Piala Asia 2004 dan 2007
2004
Jauh sebelum Piala Asia 2023, Timnas Indonesia juga pernah berpartisipasi di edisi 2004 yang digelar di China.
Sedikit lebih baik, skuad Garuda finis di posisi tiga klasemen namun belum cukup membawa mereka lolos ke fase gugur.
Dari tiga laga masing-masing menghadapi China, Bahrain, dan Qatar, Timnas Indonesia mencatatkan satu hasil imbang dan dua kekalahan.
Salah satu kenangan terburuk dari edisi ini adalah kekalahan telak dari China dengan skor 0-5 pada matchday kedua grup di Beijing.
Sepanjang partisipasinya di Piala Asia 2004, Timnas Indonesia membukukuan 3 gol melalui Ponaryo Astaman, Budi Sudarsono, dan Elie Aiboy.
2007
Selanjutnya beranjak ke Piala Asia 2007, di mana Indonesia menjadi salah satu tuan rumah bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Berada di Grup D, Timnas Indonesia finis ketiga di bawah Arab Saudi dan Korea Selatan. Mereka pun mengantongi poin yang sama dengan Bahrain.
Dari tiga laga yang dilakoni, Timnas Indonesia mengantongi satu kemenangan (lawan Bahrain) dan sisanya berakhir dengan kekalahan.
Di edisi ini pula, nama Ismed Sofyan juga sempat menjadi kambing hitam banyak pihak usai dianggap sebagai biang kerok kekalahan melawan Arab Saudi.
Gara-gara pelanggaran yang dilakukannya, tim lawan berhasil membukukan gol dan ujung-ujungnya menang 2-1.
Padahal saat itu, Timnas Indonesia bisa lolos dari fase grup jika bermain imbang. Setelah bertahun-tahun, Ismed Sofyan ternyata masih terus mengingatnya.
Meski ada rasa sedih dan kecewa, ia sudah menerima fakta bahwa saat itu ada banyak orang yang menyalahkannya.