PSM Makassar Juara Liga 1, Kesabaraan dan Kesetiaan Wiljan Pluim Berbuah Manis
INDOSPORT.COM - Tidak ada pemain PSM Makassar yang rasanya lebih pantas ketimbang Wiljan Pluim untuk merayakan gelar Liga 1 2022/2023.
Kesabaran dan juga kesetiaanya memperkuat Juku Eja untuk waktu yang lama layak diganjar dengan trofi juara liga yang akhirnya datang setelah enam musim lamanya bercokol di ibu kota Sulawesi Selatan.
Percaya atau tidak, Pluim adalah pemain asing dengan masa pengabdian untuk satu klub paling lama di Liga 1 saat ini.
Gelandang serang 34 tahun berpaspor Belanda tersebut sudah berbaju PSM sejak Agustus 2016.
Bahkan di PSM pun hanya ada satu pemain saja yang lebih senior darinya yakni Rasyid Bakri, rekan duetnya di lapangan tengah yang merupakan one man club dengan masa bakti 11 tahun sembilan bulan.
Bukan sesuatu yang biasa memang mengingat pemain asing di sepakbola Indonesia kerap kali menjelma menjadi kutu loncat.
Dari musim ke musim bisa saja mereka selalu berganti klub. Entah itu karena alasan performa yang kurang memuaskan atau justru permainan apiknya memikat kesebelasan lain yang lebih mapan.
Wiljan Pluim jelas berbeda. Bahkan ketika prestasi PSM di kasta teratas tanah air beberapa kali sempat jeblok.
Pasukan Ramang, julukan lain tim kembanggan warga Makassar tersebut, dalam satu dekade terakhir memang kerap terlibat dalam perebutan gelar juara atau beredar di papan atas namun sempat juga posisi mereka tidak patut dibanggakan.
Di Liga 1 2019, PSM Makassar finis di urutan 12. Bahkan di musim 2021/2022 lalu mereka nyaris terdegradasi usai menempati klasemen akhir 14 dengan dua poin saja yang memisahkan dari zona merah.
1. Dua Kali Cuma Nyaris Juara
Wiljan Pluim didatangkan PSM Makassar usai kontrak sang pemain setinggi 194 cm itu bersama klub Vietnam, Binh Duong FC, habis di Agustus 2016 silam.
Latar belakang pemain dari Belanda dengan pengalaman memperkuat Vitesse Arnhem, Roda JC, PEC Zwolle, dan Willem II membuatnya menarik banyak perhatian.
Kala itu baru berusia 27 tahun, Pluim diprediksi bisa menjadi bintang dominan di Liga 1. Terutama dengan bantuan Robert Rene Albert sebagai pelatihnya yang sama-sama berkebangsaan Belanda.
Sayangnya musim debut Pluim di Indonesia tidak begitu mulus. PSM 'cuma' finis di peringkat keenam dan gelar juara digondol Persipura Jayapura.
Barulah di Liga 1 2017 kemampuannya benar-benar terlihat. Dengan bantuan kompatriotnya, Marc Klok, sebagai rekrutan anyar Pluim mampu melesakkan 12 gol dan 13 assist.
PSM menduduki peringkat ketiga dan sebenarnya hanya tertinggal tiga angka dari Bhayangkara FC di puncak akhir. Duet Pluim dan Klok pun dianggap sebagai perpaduan lini tengah terbaik dengan potensi perkembangan mengerikan.
Terbukti di 2018 PSM kembali bicara banyak. Oleh Albert, Pluim dipercaya menjadi kapten tim menggantikan Hamka Hamzah dan hasilnya terbukti jitu.
Meski tidak bisa sesubur musim sebelumnya, namun Wiljan Pluim dengan torehan lima gol dan enam assist bisa mengantarkan klubnya menjadi runner-up Liga 1.
Gap satu poin dengan Persija Jakarta yang keluar sebagai juara gagal PSM kejar namun setidaknya Pluim masuk dalam barisang sebelas pemain terbaik musim 2018.
Kegagalan tersebut membuat PSM menjadi sedikit goyah di 2019 dengan terombang-ambing di papan tengah. Pluim masih tampil prima namun ia harus ditinggal oleh Albert yang memutuskan mundur dari posisinya karena alasan kesehatan.
2. Akhir Penantian
Di Liga 1, PSM Makassar cuma bisa meraih posisi 12 namun bersama Darije Kalezic selaku pelatih pengganti mereka bisa menggondol Piala Indonesia dengan Wiljan Pluim mencatatkan dua gol dan dua assist dari tujuh pertandingan.
Sayang karena ketidakcocokan Kalezic dengan manajemen klub serta konfliknya kontra Klok membuat Pluim harus kehilangan sosok pelatihnya tersebut dengan alasan pemecatan.
Semakin buruk usai Liga 1 2020/2021 terpaksa harus dihentikan setelah tiga pekan saja bergulir karena pandemi global. PSM pun ditinggalkan oleh Klok yang memutuskan hijrah ke Persija.
Tidak heran jika di 2021/2022 kapal PSM porak-poranda. Pluim sendirian tidak kuat untuk jadi tumpuan dan itulah kenapa mereka nyaris turun kasta ke Liga 2.
Beruntung di Liga 1 2022/2023 mereka bisa dibangkitkan dengan kehadiran Bernardo Tavares. Pelatih muda asal Portugal yang bisa mendatangkan pemain sesuai kebutuhan serta meracik taktik tepat untuk Juku Eja.
Untuk meringankan beban Wiljan Pluim dan mengisi kuota pemain asing, Tavares mendatangkan Everton, Yuran Fernandes, serta Kenzo Nambu. Ketiganya memegang peran integral dalam proses PSM menjadi juara.
Hanya saja peran pemain lokal bukan berarti tidak ada. Sumbangsih Ramadhan Sananta, Akbar Tanjung, Erwin Gutawa, juga Yakob dan Yance Sayuri tidak lebih kecil.
Tapi pemain terbaik PSM tetaplah sang kapten, Pluim. Ia menyumbangkan sepuluh gol dan sembilan assist serta jadi satu-satunya pemain dalam tim dengan sumbangsih minimal sembilan dalam dua kategori tadi.
Ia tidak masalah dipasangan dengan siapapun. Bersama Everton ia brilian, disandingkan dengan Sananta pun penampilannya masih menawan.
Sekali lagi selamat untuk PSM Makassar dan Wiljan Pluim atas sukses menjuarai Liga 1 2022/2023. Menarik untuk menanti bagaimana penampilan mereka untuk musim yang akan datang.
Baca berita sepakbola dan olahraga lainnya di Google News