AC Milan Menukik Tajam, Stefano Pioli Ulangi Jejak Kelam di Klub-Klub Lawasnya
INDOSPORT.COM - Stefano Pioli saat ini sedang mengalami masa-masa sulit di klub Liga Italia (Serie A), AC Milan.
Penampilan anak-anak asuhnya bisa dibilang cukup mengecewakan dalam beberapa waktu terakhir, hingga kini kesulitan merangkak ke papan atas klasemen.
Bahkan, mereka belum merasakan kemenangan di tujuh pertandingan terakhir di semua kompetisi, termasuk takluk dari Torino di Coppa Italia dan Inter Milan di Piala Super Italia.
Di liga pun, AC Milan sudah kalah tiga kali beruntun masing-masing dari Lazio (0-4), Sassuolo (2-5), dan Inter Milan (0-1).
Sampai tulisan ini dibuat, Olivier Giroud cs bertengger di peringkat enam klasemen Liga Italia 2022-2023 dengan 38 poin dari 21 pertandingan.
Raihan hingga lewat tengah musim ini pun tidak ayal membawa kekecewaan tersendiri bagi AC Milan setelah keberhasilan mereka meraih scudetto musim lalu.
Semangat yang menggebu-gebu, serta optimisme yang tinggi usai ‘buka puasa’ gelar sejak 11 tahun lalu, kini nampaknya tidak sejalan dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Sepak terjang Stefano Pioli pun mau tidak mau kembali disorot, seperti pertama kali ia merapat ke AC Milan pada 2019 lalu.
Saat itu, tidak banyak yang meragukan serta menyangsikan portofolionya sebagai pelatih, karena CV-nya yang biasa-biasa saja.
Selain Inter Milan, Lazio dan Fiorentina, ia lebih banyak tercatat sebagai pelatih tim-tim nonraksasa seperti Salernitana, Modena, Grosseto, Chievo, Bologna, Parma, dan Piacenza.
1. 'Tren' Stefano Pioli
Meski dipandang sebelah mata, Stefano Pioli ternyata bisa membuktikan diri dengan membawa AC Milan meraih mahkota Serie A liga Italia 2021-2022.
Hanya saja, rapornya di Liga Champions terhitung mengecewakan, mengingat AC Milan yang dahulu jagoan di kancah Eropa, kini masih melempem setelah kembali ke panggung elite ini.
Pada 2021-2022, mereka finis sebagai juru kunci Grup B dengan raihan 4 poin dari 6 pertandingan dan otomatis gagal melaju ke babak gugur.
Musim ini, dengan predikat peraih scudetto, AC Milan tentu layak berharap tampil lebih baik, apalagi mereka sudah berhasil melewati babak penyisihan grup.
Namun langkah untuk melaju jauh di Liga Champions 2022-2023 tidak akan mudah. Rossonori harus melewati hadangan Tottenham Hotspur terlebih dahulu di 16 besar bulan Februari ini.
Stefano Pioli juga harus memperbaiki rapornya yang mulai memburuk setelah membawa AC Milan sukses musim lalu di Liga Italia.
Krisis yang dialami AC Milan sejak awal musim 2022-2023 pun tidak berbeda jauh dengan perjalanan pelatih berusia 57 tahun ini saat membesut mantan klubnya dulu, Inter Milan.
Berdasarkan catatan La Gazzetta dello Sport, Stefano Pioli menduduki kursi pelatih utama Inter Milan selama 182 hari, mulai 8 November 2016 hingga 9 Mei 2017.
Pada waktu itu, ia mengawali eranya dengan cukup baik, melalui tujuh kemenangan beruntun yang kemudian menciptakan asa untuk lolos kulaifikasi Liga Champions.
Namun saat paruh kedua musim, ia justru terseok-seok, hanya meraup 2 poin dari 7 pertandingan, hingga akhirnya dipecat sebelum 2016-2017 berakhir.
2. Akankah Jatuh ke Lubang yang Sama?
Situasi yang kurang lebih serupa juga terjadi saat ia membesut Lazio selama periode 2014 hingga 2016.
Meski membawa mereka lolos ke play-off Liga Champions dengan finis ketiga di Liga Italia 2014-2015, Stefano Pioli tampil melempem setelah itu.
Kekalahan kontra Bayer Leverkusen, Chievo, dan Napoli, membuat Lazio saat itu cukup kelabakan saat mengawali musim 2015-2016.
Namun ‘Gong’ yang membuat nasib Stefano Pioli akhirnya tidak termaafkan lagi di Lazio, terjadi saat Le Aquile dihantam 4-1 oleh AS Roma pada 3 April 2016.
Catatan serupa Stefano Pioli bersama AC Milan musim ini ternyata tidak hanya sebatas ‘mirip’ dengan apa yang terjadi di Inter Milan dan Lazio pada masa lampau.
Masih ada Bologna dan Parma, di mana pelatih asal Italia tersebut juga tersok-seok tidak lama setelah merapat.
Di Bologna, Stefano Pioli berhasil membawa tim asuhannya bertahan di Liga Italia dengan mengakhiri musim 2012-2013 di peringkat 13.
Akan tetapi, ia justru dipecat di pertengahan musim 2013-2014 setelah meraih 1 kemenangan saja dari 9 pertandingan.
Kemudian di Parma, justru lebih parah lagi mengingat ia baru datang pada Juni 2006 namun sudah harus angkat kaki pada Februari 2007.
Lantas, kira-kira bakal seperti apa nasibnya di AC Milan kali ini? Apakah ia akan melanjutkan tren jatuh di lubang yang sama, atau bisa memutus ‘kutukan tersebut?
Sumber: Sempre Milan