Daftar Korban Belum Berhenti, Arema FC Lanjutkan Crisis Center Tragedi Kanjuruhan
INDOSPORT.COM - Klub Liga 1 Indonesia, Arema FC, mengambil kebijakan tetap melanjutkan crisis center untuk menampung keluh kesah dan pendataan para korban yang terimbas dalam Tragedi Kanjuruhan.
Sebelumnya, klub berlogo kepala singa itu sudah membuka posko untuk mendata para korban satu hari setelah insiden terjadi pada Sabtu (01/10/22) lalu.
Selama lebih dari dua pekan, Kantor Arema FC yang berada di Jalan Mayjend Pandjaitan Nomor 42 Kota Malang telah melayani pengaduan para korban terutama yang masih mengalami luka-luka.
Arema FC kemudian menutup posko pada Kamis (20/10/22). Namun, korban tragedi yang tak berhenti lantas membuat klub kembali membuka crisis center mulai Senin (24/10/22).
Pada tahap kedua ini, klub terus akan membuka crisis center dengan batas waktu sampai 10 November 2022 mendatang, atau tepat ketika peringatan 40 hari tragedi.
"Sejak awal Tragedi Kanjuruhan, kami bergerak cepat mengerahkan segala sumber daya yang ada, memberikan bantuan kepada korban, baik yang meninggal dunia maupun luka-luka," bilang Presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana.
"Setiap perkembangan (kondisi kesehatan para korban) kami ikuti dengan detail, untuk memastikan korban sudah tertangani apa belum," sambung dia.
Kebijakan ini juga tak lepas dari berbagai desakan yang dilakukan Aremania maupun publik Malang Raya di media sosial, yang prihatin dengan kondisi para korban.
Ternyata, masih ada sejumlah korban yang mengalami luka-luka yang ingin mengadukan nasibnya ke crisis center. Mayoritas mereka tidak tahu bahwa crisis center ada batas waktunya.
Harapan mereka pun bertepuk sebelah tangan ketika mendapati posko sudah ditutup pada Kamis (20/10/22) lalu. Dan setelah ramai, Arema FC kembali membukanya.
1. Tanggung Jawab Arema FC
Sehubungan dengan itu, Arema FC juga tak menepis bahwa tanggung jawab mereka tak hanya soal bantuan kepada keluarga para korban, baik yang meninggal dunia dan luka-luka.
Namun, mereka juga memperhatikan nasib dari keluarga yang turut terimbas tragedi. Dalam banyak kasus, seorang anak harus kehilangan orang tuanya.
"Dari data yang ada, kami melihat ada juga anak-anak dari korban yang membutuhkan bantuan. Kami melihat jauh ke depan bagaimana masa depan anak-anak ini," ungkap Gilang Widya Pramana.
"Oleh karena itu, kami memberikan bantuan pendidikan kepada anak-anak dari orang tua (yang menjadi) korban meninggal dunia," sambung pengusaha asal Probolinggo, Jatim tersebut.
Hingga saat ini, total jumlah korban yang meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan mencapai 135 orang. Korban terakhir adalah Farzah Dwi Kurniawan (20 tahun) yang meninggal dunia pada Minggu (23/10/22) malam.