Fakta Pilu Tragedi Kanjuruhan, Korban Tak Tertolong di Lokasi hingga Lebih Parah dari Hillsborough
INDOSPORT.COM - Berikut deretan fakta pilu di balik tragedi maut di Stadion Kanjuruhan Malang, usai laga Liga 1 2022-2023 yang mempertemukan Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Dunia sepakbola tanah air tengah berkabung. Ratusan nyawa melayang buntut chaos yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Tragedi tersebut bermula usai wasit meniupkan peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan antara Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Dalam derby Jatim tersebut, Singo Edan harus menelan pil pahit berupa ditundukkan rival bebuyutannya itu dengan skor 3-2.
Para fans Arema FC yang tak terima dengan kekalahan tim kesayangannya lantas melemparkan botol air mineral ke arah lapangan.
Alih-alih mereda, para suporter malah kian brutal saat pihak panpel pertandingan memperingatkan untuk tidak bertindak anarkis.
Kemudian polisi mengambil tindakan dengan menembakkan gas air mata ke arah suporter yang menyerang. Gas air mata membuat Aremania yang berada di tribune berlari membubarkan diri keluar stadion.
Suasana makin tak terkendali saat para suporter masuk ke arah lapangan. Gas air mata pun terus ditembakkan polisi.
Akibatnya, para suporter hingga pihak keamanan ikut menjadi korban lantaran berdesak-desakan hingga kehabisan oksigen. Hingga siang ini, tercatat korban meninggal lebih daro 127 orang. Sebagai catatan, korban bisa bertambah.
Berikut deretan fakta pilu di balik tragedi maut di Stadion Kanjuruhan Malang, usai laga Liga 1 2022-2023 yang mempertemukan Arema FC vs Persebaya Surabaya.
1. 1. Korban Tak Tertolong di Lokasi
Ratusan nyawa melayang akibat chaos yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang. Mayoritas dari mereka meninggal di lokasi.
"Berdasarkan data yang kami terima, korban jiwa yang meninggal dunia mencapai 127 orang," ujar Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta melalui press conferrence pada pukul 04.00 WIB.
Jumlah itu merupakan keseluruhan data dari korban yang meninggal dunia. Sebanyak 125 berasal dari suporter yang tak tertolong karena menghirup gas air mata.
"Sementara 2 diantaranya jumlah korban yang meninggal dunia itu, merupakan anggota kepolisian," sambung dia.
2. Lebih Buruk dari Tragedi Hillsborough
Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (01/10/22) mengingatkan kita akan kejadian Hillsborough.
Tragedi Hillsborough sendiri terjadi di Inggris pada 15 April 1989. Kala itu, pendukung Liverpool bertumbangan di Stadion buntut saling berjejal satu sama lain.
Insiden tersebut serupa dengan yang terjadi di Kanjuruhan, Malang. Di mana para suporter Arema FC meninggal di tempat lantaran berdesakan.
Bedanya, saat tragedi di Kanjuruhan, Malang jumlah korban jiwa yang meninggal melampaui tragedi pilu Hillsborough.
Jika Hillsborough mengakibatkan 96 orang meninggal dunia, jumlah korban tewas dalam tragedi di Kanjuruhan, Malang mencapai 127 orang.
Bahkan, jumlah tersebut bisa bertambah mengingat ada belasan korban yang meninggal namun tidak ada identitas.
2. 3. Didominasi Anak di Bawah Umur
Dalam rilis resmi pihak kepolisian, mayoritas korban meninggal dunia didominasi anak di bawah umur. Mulai dari usia 13 tahun hingga 19 tahun.
Berbagai informasi pun membenarkan jika Arema Kecil yang merupakan sebutan untuk pendukung Arema FC menjadi korban tragedi di Kanjuruan, Malang.
4. Disorot Media Asing
Sejumlah media Inggris ikut menyoroti tragedi sepak bola pasca laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan yang menelan 127 korban jiwa.
Berbagai media ternama Inggris seperti Mirror, Daily Star, The Guardian hingga Fox Sports menyoroti tragedi maut pada laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.
5. Liga 1 Ikut Kena Imbasnya
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo angkat suara terkait insiden kelam yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang di lanjutan Liga 1 Indonesia 2022-2023.
"Saya menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya 129 saudara saudara kita dalam tragedi sepakbola di Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur," buka Presiden Jokowi dalam keterangan resminya.
"Saya telah meminta Menkes dan Gubernur Jatim memonitor khusus pelayanan medis bagi korban yang sedang dirawat di RS agar mendapatkan pelayanan terbaik," tambah dia.
Imbas kerusuhan ini, Presiden Jokowi pun memerintahkan Menpora, Kapolri dan PSSI untuk melakukan investigasi kerusuhan ini. Selain itu dia meminta kepada PSSI untuk menghentikan sementara Liga 1 musim ini.
"Saya juga telah perintahkan kepada Menpora, Kapolri, dan Ketum PSSI untuk melakukan evaluasi menyeluruh tentang pelaksanaan pertandingan sepakbola dan juga prosedur pengamanan penyelenggaraannya."
"Khusus Kapolri saya minta melakukan investigasi dan mengusut tuntas kasus ini. Untuk itu, saya juga memerintahkan PSSI utk menghentikan sementara Liga 1 sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan," tegas Jokowi.