x

'Sepak Bola Pulang ke Rumah', Ketika Euro 1996 Khianati Inggris

Rabu, 9 Juni 2021 15:44 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
Tidak cuma punya skuad mumpuni, Timnas Inggris di Euro 1996 seakan didukung oleh semesta karena 'sepak bola pulang ke rumah', sebelum akhirnya terkhianati

INDOSPORT.COM -  Tidak cuma bermodal tuan rumah dan skuad yang mumpuni, Timnas Inggris di Euro 1996 seakan didukung oleh semesta karena 'sepak bola pulang ke rumah', sebelum akhirnya terkhianati. 

Dalam hitungan hari, pesta sepak bola terakbar di Eropa, Euro 2020, akan segera bergulir. Kompetisi empat tahunan di benua biru ini akan kick off pada 11 Juni 2021 hingga penutupan pada 12 Juni 2021. 

Partai pembuka akan dimainkan tanggal 11 Juni waktu setempat atau tanggal 12 waktu Indonesia. Fase penyisihan akan berakhir pada 24 Juni dengan memainkan 36 pertandingan dari 24 tim. 

Salah satu tim yang paling dinanti performanya adalah Inggris. Sepanjang sejarah sepak bola dunia, siapa yang tidak mengenal Timnas Inggris, yang sudah sangat terkenal dengan para pemain elitenya.

Baca Juga
Baca Juga

Namun siapa sangka sepak terjang The Three Lions tidak sehebat nama-nama besar yang ada di dalamnya. Mereka bahkan terakhir memenangkan ajang Piala Dunia pada tahun 1966. Sementara itu, untuk Euro sendiri, Timnas Inggris berhasil mencatatkan prestasi terbaiknya sebagai peringkat ketiga pada tahun 1968.

Sebelum Euro 2020, Timnas Inggris hanya mampu mencapai fase 16 besar pada gelaran tahun 2016 lalu. Dari sekian banyak memori yang dilalui Timnas Inggris di Piala Eropa mungkin belum ada yang paling berkesan selain Euro 1996. 

Inggris menjadi tuan rumah gelaran Euro edisi 1996. Inggris menyisihkan Portugal, Belanda, dan Austria untuk memperebutkan tuan rumah. 

Euro 1996 yang digelar di Inggris memiliki makna khusus bagi penduduk Negeri Elizabeth. Mereka memberikan sebutan "Football's Coming Home" atau "sepak bola kembali ke rumah" untuk kompetisi tahun itu. 

Ya, Inggris memang menanggap sepak bola lahir di negara mereka. Sebagai pemilik kompetisi sepak bola tertua di dunia (Piala FA), Inggris akhirnya kembali menggelar hajatan besar si kulit besar setelah Piala Dunia 1966.

Euro 1996 sendiri dikenang sebagai salah satu edisi yang paling sukses menyedot perhatian. Bagaimana tidak, jumlah penonton yang hadir telah menjadi sebuah rekor. 

Sepanjang turnamen, sebanyak 1,27 juta penonton datang ke stadion dari 31 pertandingan. Bila dirata-rata maka tiap pertandingan disaksikan oleh 41 ribu penonton di stadion. 

Baca Juga
Baca Juga

Situasi ini jelas berdampak pada skuad The Three Lions. Mereka tidak cuma bermodal tuan rumah, tetapi juga memiliki skuad yang mumpuni. Sayang, Euro 1996 telah 'mengkhianati' mereka. 


1. 'Sepak Bola Pulang ke Rumah', Ketika Euro 1996 Khianati Inggris

Logo Timnas Inggris.

Pertandingan akbar sudah tersaji di fase grup dalam tajuk Derby Britania. Inggris melawan Skotlandia di babak penyisihan grup A. 

Inggris yang dibesut oleh Terry Vanables memiliki pemain ikonik, Paul Gascoigne. Kehadiran Paul Gascoigne sebetulnya mendapat pertentangan. 

Sebagai bad boy yang gemar mabuk-mabukan, Gascoigne dianggap tak layak bergabung dengan skuad Inggris. Namun, Gascoigne sukses membungkam mulut para pengritik. 

The Three Lions membuka keunggulan lewat Alan Shearer pada menit 53'. Keunggulan Inggris digandakan lewat aksi Paul Gascoigne. 

Gascoigne melakukan aksi individu dengan menipu bek Skotlandia, Colin Hendry, dan menceploskan bola ke gawang. Inggris memenangi Derby Britania Raya dengan skor 2-0. 

Antusiasme penggemar sepak bola di Inggris semakin menjadi-jadi. Pertandingan makin seru terjadi di partai terakhir penyisihan. 

Mereka berhadapan dengan tim favorit, Belanda. Laga itu pun dikenang sebagai salah satu pertandingan terbaik dalam sejarah Euro. Di laga itu Inggris tampil luar biasa dan menang dengan skor 4-1 lewat gol-gol Gascoigne, McManaman, Sheringham, dan Shearer. 

Kemenangan itu disambut sukacita oleh penduduk Inggris. Mereka menganggap tahun itu sepak bola benar-benar pulang ke rumah. 

Di fase gugur Inggris bersua dengan Spanyol. Di babak ini Inggris harus melalui laga yang sulit. 

Inggris tak bermain dengan maksimal dan Spanyol tampil ngotot. Namun, dengan susah payah Inggris tetap berhasil lolos ke semifinal. 

Harapan publik sepak bola Inggris semakin besar dan berharap tahun itu mereka berhasil merebut trofi juara. Akan menjadi hal yang sempurna kembali menjadi juara di negeri sendiri. 

Namun harapan mereka harus sirna. Inggris tampil antiklimaks. Euro 1996 telah 'mengkhianati' Inggris dan menyakiti hati banyak orang di Negeri Ratu Elizabeth. 

Bersua Jerman di semifinal, Inggris sebetulnya unggul cepat terlebih dahulu pada menit ke-3 lewat Alan Shearer. Namun, 13 menit kemudian Jerman mampu membalas lewat Kuntz. 

Skor 1-1 pun bertahan hingga usai perpanjangan waktu. Pertandingan harus dilanjutkan ke babak adu penalti. 

Pada babak ini jantung pendukung The Three Lions dibuat berdebar-debar. Lima penendang masing-masing tim mampu menjalankan tugasnya dengan baik. 

Para pencetak gol di tim Inggris adalah Shearer, Platt, Pearce, Gascoigne, dan Sheringham. Namun di penendang keenam, Gareth Southgate gagal menjalankan tugasnya dengan baik. Jerman pun menghukumnya lewat gol dari Moller dan berpesta juara di akhir laga. 

Gareth Southgate yang saat ini menjadi pelatih Timnas Inggris tentu masih ingat momen itu dan tak ingin mengulanginya lagi di Euro 2021. 

InggrisPaul GascoigneEuro 2020EuroEuro 1996

Berita Terkini

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom