Sejarah Kontroversi AC Milan di Piala Winners, Ditimpuki Suporter Leeds United
INDOSPORT.COM - Daftar juara Piala Winners (1960-1999) barangkali menempatkan Barcelona sebagai kolektor trofi terbanyak (4), tapi ada prestasi spesial lain yang hanya bisa dicapai oleh satu tim saja sepanjang sejarah turnamen.
Prestasi yang dimaksud tercipta pada edisi 1972-1973. Pelakunya adalah raksasa Italia, AC Milan, sedangkan panggungnya yaitu final menghadapi Leeds United di Stadion Kaftanzoglio, Yunani, 16 Mei 1973.
Gol cepat Luciano Chiarugi saat pertandingan baru bergulir tiga menit via eksekusi tendangan bebas sudah lebih dari cukup untuk mengantarkan AC Milan menjadi klub pertama yang mampu menjuarai Piala Winners sebanyak dua kali.
Kesuksesan AC Milan 1972-1973 menggandakan trofi terdahulu yang dimenangi pada edisi 1967-1968 ketika menekuk Hamburg dua gol tanpa balas berkat sumbangsih penyerang sayap legendaris, Kurt Hamrin.
Namun, kejayaan AC Milan ternyata berbalut kontroversi dan berbau pengaturan skor. Wasit asal Yunani, Christos Michas, terindikasi menerima suap sehingga ia membuat sejumlah keputusan yang merugikan kubu Leeds United.
Selepas gol cepat AC Milan, Leeds memang cenderung lebih menguasai permainan serta penguasaan bola. Berbagai upaya dilakukan, tapi wasit hampir selalu mengabaikan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di area pertahanan I Rossoneri (Si Merah-Hitam), termasuk kotak penalti.
Sebaliknya, AC Milan mendapat banyak tendangan bebas. Kondisi ini memancing emosi penonton yang bersimpati kepada nasib Leeds United, sampai puncaknya mereka menghujani lapangan dengan benda-benda asing beberapa menit setelah bubaran laga.
Sasaran kemarahan penonton siapa lagi kalau bukan para pemain AC Milan yang sedang melakukan victory lap sambil menenteng trofi Piala Winners. Mereka seolah tak rela menyaksikan Leeds harus kalah secara licik.
“Kami mampu menguasai semua lini di atas lapangan. Bila ada seseorang yang berkata bahwa kami pantas mendapatkan tiga penalti, hal itu bisa dimaklumi,” cetus pelatih Leeds United, Don Revie.
Kontroversi ini kemudian berbuntut panjang setelah UEFA turun tangan. Gelar juara AC Milan memang tidak sampai dicabut, tapi wasit Michas mesti menerima hukuman berat berupa larangan bekerja seumur hidup atas dakwaan pengaturan skor dan penyuapan.
Terlepas dari kontroversi, Piala Winners 1972-1973 merupakan pembuka jalan kesuksesan AC Milan di tanah Yunani. Selanjutnya, Tim Merah-Hitam dua kali berhasil menjuarai Liga Champions (1994 dan 2007) di Negeri 1.000 Dewa.
Perinciannya, AC Milan menggulung Barcelona empat gol tanpa balas di final Liga Champions 1993-1994. Berselang 13 tahun kemudian, giliran Liverpool yang ditekuk 1-2 sekaligus menuntaskan dendam kesumat dua musim terdahulu di Istanbul (2005).
1. Anomali Jersey
Namun, kesuksesan di tanah Yunani edisi 1973 tergolong paling unik bila dibandingkan dengan 1994 dan 2007. Alasannya tidak lain adalah seragam yang digunakan AC Milan kala itu.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa AC Milan punya tradisi berbau klenik terkait pemilihan jersey untuk pertandingan final kejuaraan antarklub Eropa. Mereka cenderung mengenakan seragam kedua (away) yang biasanya berwarna putih.
Khusus di final Piala Winners 1973, AC Milan memakai jersey kebanggaan berwarna merah-hitam. Sebuah anomali yang sangat jarang terjadi dalam sejarah klub.
Susunan Pemain:
AC Milan (4-3-3): 1-Vecchi; 2-Sabadini, 4-Anquilletti, 5-Turone, 3-Zignoli; 6-Rosato (14-Dolci 59'), 8-Benetti, 10-Rivera; 7-Sogliano, 9-Bigon, 11-Chiarugi
Cadangan: -
Pelatih: Rocco
Leeds United (4-4-2): 1-Harvey; 2-Reaney, 5-Madeley, 6-Hunter, 3-Cherry; 7-Lorimer, 4-Bates, 10-Gray (12-McQueen 54'), 11-Yorath; 8-Jordan, 9-Jones
Cadangan: 14-Galvin
Pelatih: Revie
Stadion: Kaftanzoglio (40.154)
Gol: Chiarugi 5'
Wasit: Michas (Yun)
Kartu Kuning: -
Kartu Merah: Hunter 89' (L)