Modal 'Jenius' Tak Cukup untuk Andrea Pirlo Hadapi Cristiano Ronaldo
INDOSPORT.COM - Tak cuma jenius di lapangan, dibutuhkan keahlian khusus bagi seorang Andrea Pirlo untuk bisa menjinakan sifat egois dari megabintang Juventus, Cristiano Ronaldo.
Sebab Ronaldo sudah terbiasa menjadi pusat perhatian, baginya mencetak gol adalah yang terpenting dari perkembangan tim.
Situasi di internal Juventus tengah gawat. Hubungan pelatih Bianconeri, Andrea Pirlo, dan sang megabintang, Cristiano Ronaldo, sedang renggang.
Selama hampir sebulan terakhir Andrea Pirlo dan Cristiano Ronaldo menghiasi pemberitaan media olahraga Italia dan dunia. Perbincangan soal dua sosok ini mulai mencuat ketika Pirlo menarik keluar Ronaldo saat laga kontra Inter Milan pada awal Februari 2021.
Wajah sang pemain pun seperti tidak senang dengan keputusan pelatihnya tersebut. Akan tetapi, Pirlo menegaskan bahwa memainkan maupun menarik pemain adalah hak mutlak pelatih.
“Tidak ada klausul di kontrak yang mengatakan ia tidak dapat diganti. Dia tahu kalau dia adalah pemain penting bagi kami, tapi untuk bermain bagus dia harus terus berada di atas (fit),” ucap Andrea Pirlo kepada Rai Sport.
Situasi di Juventus semakin memanas sesudah itu, dengan berbagai macam pemberitaan yang menyebut Ronaldo kesulitan bermain di bawah bimbingan Pirlo. Mereka bukan partner pemain-pelatih yang cocok.
Kondisi ini jelas tidak diharapkan oleh Juventus. Padahal, Andrea Pirlo yang dijuluki jenius digadang-gadang bakal membentuk kombinasi yang bagus dengan Ronaldo.
Namun kenyataan di lapangan berbeda. Keangkuhan Ronaldo rupanya terlalu besar untuk kejeniusan Andrea Pirlo sekali pun.
1. Cara Andrea Pirlo Jinakkan Sifat Egois Ronaldo
Terlihat sangat jelas bahwa Cristiano Ronaldo tidak cocok bermain dalam kepelatihan Andrea Pirlo. Sebab, Pirlo yang dijuluki pelatih jenius bukanlah allenatore biasa.
Meski masih minim pengalaman dan beberapa kali melakukan kesalahan, namun Pirlo adalah pelatih dengan prinsip yang kuat serta visioner. Ketika berjumpa dengan Ronaldo yang hanya mementingkan dirinya sendiri, maka perselisihan pun tak terelakkan.
Tak ada yang menyangkal bahwa Cristiano Ronaldo adalah salah satu pemain terbaik dalam sejarah sepak bola dunia. Namun, ada satu kekurangan fatal yang dimiliki Ronaldo, yaitu kurangnya kemauan untuk mengerti kondisi tim.
Selama ini Ronaldo sudah sangat terbiasa menjadi pusat perhatian. Baginya mencetak gol adalah tujuan terpenting ketimbang perkembangan tim.
Tanpa sadar, Ronaldo menjadi sosok yang egois dan individualistis. Dan hal ini jelas tidak diterima oleh Andrea Pirlo.
Sebagai pelatih, Pirlo tentu akan lebih memikirkan kepada proses perkembangan tim secara keseluruhan ketimbang terus memberikan panggung kepada Ronaldo.
Apa yang dilakukan Pirlo tentu tidak salah. Wajar bagi seorang pelatih untuk berorientasi pada perkembangan tim.
Agak berbeda dengan Pirlo, pelatih-pelatih Ronaldo sebelumnya seperti Zinedine Zidane dan Sri Alex Ferguson memang begitu bergantung kepada sosok Ronaldo.
Mereka tak peduli meski pun di tim itu juga ada pemain bagus yang perlu mendapat kepercayaan diri dengan mencetak gol. Hal ini yang tidak ingin ditiru oleh Pirlo.
Dalam laga melawan Inter misalnya, adalah wajar bagi Pirlo untuk menarik Ronaldo demi laga penting melawan AS Roma di Serie A. Namun, hal itu tidak dimengerti oleh Sang Megabintang yang hanya ingin mengejar ambisi hattrick.
“Saya berkata padanya kalau dia itu butuh istirahat karena kami punya laga penting pada hari Sabtu (lawan AS Roma). Dia sudah bermain di banyak laga berturut-turut, beristirahat akan lebih baik,” ujar Pirlo kala itu.
Ronaldo semestinya harus segera sadar bahwa ada nasib tim keseluruhan yang bisa jadi korban dari keegoisannya. Juventus tentu tidak ingin bergantung sepenuhnya kepada pemain yang sudah berusia 35 tahun.
Tak cuma itu, Juventus tentu ingin yang terbaik dari pemainnya dalam setiap laga. Jika ada pemain yang menghabiskan energinya untuk sesuatu yang tidak penting, maka itu menjadi tanggung jawab pelatih untuk meluruskan, dalam hal ini adalah Andrea Pirlo.
Ternyata, kejeniusan di lapangan saja tak cukup bagi seorang Andrea Pirlo. Ia dipaksa untuk menjadi pelatih kolot nan konservatif dengan ketegasan tinggi untuk menjinakan sifat egois Cristiano Ronaldo.