5 Alasan yang Buat Zinedine Zidane Layak untuk Dipecat Real Madrid
INDOSPORT.COM - Terdapat lima alasan mengapa Zinedine Zidane layak untuk segera dipecat dari kursi kepelatihan klub raksasa LaLiga Spanyol, Real Madrid.Â
Karier pelatih Zinedine Zidane di ujung tanduk gara-gara hasil tak maksimal yang diraih Real Madrid pada musim 2020-2021 ini. Kabar pemecatan Zidane pun terus menghiasi surat kabar.Â
Zinedine Zidane langsung menggebrak ketika ditunjuk menjadi pelatih kepala Real Madrid pada 2016. Pada periode pertamanya, juru taktik berkepala plontos itu langsung mempersembahkan sembilan trofi, termasuk di antaranya tiga gelar Liga Champions yang diraih secara beruntun.Â
Setelah periode yang sukses, pada 2018 Zidane putuskan undur diri bertepatan dengan perginya Cristiano Ronaldo ke Juventus. Namun, hanya berselang setahun, mantan playmaker top dunia ini dipanggil lagi untuk menggantikan Julen Lopetegui dan Santiago Solari yang gagal.
Di musim pertama pada periode keduanya melatihMadrid, Zidane menemui sejumlah kesulitan. Meksi begitu, gelar LaLiga Spanyol dan Supercopa de Espana berhasil diamankannya.Â
Sayangnya, peningkatan performa tak terjadi di musim kedua pada periode melatih Madrid. Los Blancos terlihat makin lemah dan meragukan.Â
Saat ini skuad asuhan Zidane tertinggal poin lumayan jauh dari pimpinan klasemen LaLiga Spanyol, Atletico Madrid. Di Liga Champions, mereka harus tampil tertatih-tatih. Sementara di ajang Copa del Rey, Madrid disingkirkan tim kasta ketiga.Â
Zinedine Zidane pun sepertinya layak untuk dipecat. Sebab, bukan hanya soal performa, ia juga menciptakan sejumlah masalah. Lebih lengkapnya, berikut ini kami rangkum 5 alasan yang buat Zinedine Zidane layak untuk dipecat Real Madrid.Â
1. Membuang-buang Uang dan Potensi
Salah satu alasan mengapa Zidane begitu sering menjadi sorotan adalah keputusannya untuk mencampakkan sejumlah bintang di Real Madrid.Â
Seperti diketahui, sejak menjuarai Liga Champions ke-13, Presiden Florentino Perez telah berbelanja 13 pemain anyar dengan total nilai tak kurang dari 558 juta euro yang mana sebanyak 315 juta habis di era Zidane.Â
Saat itu sejumlah bintang hadir di Santiago Bernabeu seperti Eden Hazard, Thibaut Courtois, Luka Jovic, Eder Militao, sampai Brahim Diaz. Namun, hanya Thibaut Courtois saja yang menjadi andalan Madrid.Â
Sisahnya, pemain seperti Eden Hazard hanya jadi penghangat bangku cadangan. Sementara bintang lainnya seperti Luka Jovic dan Brahim Diaz harus dipinjamkan ke klub lain dan ironisnya tampil bersinar.Â
2. Ruang Ganti Tidak Kondusif
Periode kedua kepelatihan Zidane dipenuhi masalah. Salah satunya adalah situasi ruang ganti.Â
Sejumlah media melaporkan Zinedine Zidane memiliki relasi yang buruk dengan sejumlah pemainnya. Kabarnya, Zidane tak lagi bicara dan mengambil jarak dengan pemain-pemain terbuang seperti Martin Odegaard, Luka Jovic, sampai Eder Militao.Â
Situasi ini sebelumnya pernah menimpa pemain-pemain bintang terlupakan Real Madrid seperti Gareth Bale dan James Rodriguez. Kedua bintang itu sendiri akhirnya memilih pindah ke Liga Inggris.Â
3. Ogah Introspeksi
Salah satu hal yang membuat Zidane terasa menyebalkan bagi sebagian fans Madrid adalah ketidakmauannya mengakui kelemahan-kelemahan Real Madrid.Â
Zidane sangat jarang mengakui timnya bermain buruk, walau demikian faktanya. Teranyar, Zidane tak mengakui kekalahan atas Athletic Bilbao di Supercopa de Espana.
"Ini bukanlah sebuah kegagalan. Gagal kalau tidak mencoba, tidak mencoba segalanya di lapangan. Hidup seperti itu, Anda tak bisa selalu menang," kata Zidane bersilat lidah. Â
4. No Ronaldo, No Party
Anggapan bahwa Real Madrid ketergantungan akan sosok Cristiano Ronaldo memang betul adanya. Semenjak ditinggal megabintang Portugal tersebut, Madrid seperti kehilangan arah.Â
Mereka tak lagi dominan seperti musim-musim sebelumnya. Hal ini secara tak langsung menunjukkan seberapa jauh kualitas Zidane.Â
Ternyata, tanpa Ronaldo, Real Madrid hanyalah tim besar biasa. Parahnya, gaya permainan El Real pun ikut terdampak.Â
Jika dianalisis, Real Madrid di zaman Ronaldo bermain sangat menyerang alias straght forward. Namun, selepas tanpa Ronaldo, Zidane membuat Madrid tampil lebih lambat.Â
Mereka lebih sering memainkan bola secara horizontal yang berakibat pada menurunnya produktivitas. Praktis, hanya Karim Benzema dan Sergio Ramos bintang yang benar-benar bisa jadi pembeda bagi Madrid.Â
5. Tak Lagi Diterima Suporter
Sosok Zinedine Zidane sangat melekat dengan Real Madrid. Baik itu saat jadi pemain maupun menjadi pelatih.Â
Ia pun jadi sosok idola bagi banyak suporter Los Blancos. Sayangnya, di periode kedua kepelatihannya ini, Zidane menjadi semacam public enemy.
Hal tersebut bisa dilihat dari sangat banyaknya komentar negatif para fans Madrid di media sosial dalam mengomentari sepak terjang pelatihnya tersebut. Para fans Real Madrid sepertinya belum terbiasa ketika klubnya sering kalah dan tampil tidak dominan di LaLiga Spanyol maupun Liga Champions. Â