x

Nostalgia di Balik Cara Frank Lampard Perlakukan Mason Mount

Selasa, 24 November 2020 20:35 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
Pelatih dan bintang muda klub Liga Inggris, Chelsea, Frank Lampard (kiri) dan Mason Mount.

INDOSPORT.COM – Ada nostalgia di balik cara Frank Lampard mengasuh dan memperlakukan Mason Mount. Nostalgia itu berkaitan dengan langkah pertama dalam karier pelatih Chelsea tersebut sebagai pemain.

Nama Mount kerap menjadi kritikan sejak awal musim 2020/21. Pada musim 2019/20, kehadirannya di lapangan hampir jauh dari nada-nada kritikan karena memang saat itu Chelsea tengah dalam hukuman larangan transfer.

Hukuman larangan transfer seakan ‘memaksa’ Lampard untuk memainkan Mount. Walaupun dalam beberapa pernyataannya, pelatih berusia 42 tahun ini memilih wonderkid Chelsea tersebut karena pemainnya pantas untuk bermain.

Baca Juga
Baca Juga

“Jika pemain muda menunjukkan apa yang bisa ia lakukan saat latihan dan mereka pantas mendapat kesempatan, sebagai contoh Mason Mount (yang) pantas mendapat kesempatan karena ia pantas,” ujar Lampard, Agustu 2019 silam.

Pada mulanya, memang Mount pantas dimainkan, apalagi jika mengingat kedalaman skuat Chelsea di lini tengah. Toh di awal-awal Liga Inggris, pemain berusia 21 tahun ini memang tampil apik.

Wajar jika pada musim 2019/20 atau musim lalu, kritikan yang hadir untuk Mount terkesan tak ada atau belum semasif pada musim 2020/21 ini.

Puncak kritikan kepada Mount hadir di awal-awal musim 2020/21 saat Lampard memainkannya sebagai winger kala para Christian Pulisic cedera. Padahal, di bangku cadangan ada nama Callum Hudson-Odoi yang berposisi natural sebagai winger.

Baca Juga
Baca Juga

Keputusan itu pun berbuah kritikan bahkan sindiran tajam. Sebab, Mount tak tampil lebih baik dan bahkan malah terlihat merusak permainan Chelsea kala itu.

Banyak yang menyindir bahwa Mason Mount adalah anak dari Frank Lampard sendiri. Sindiran ini lahir sebagai bentuk kritikan mengapa ia terus memainkan wonderkid Chelsea tersebut kendati  tampil buruk.

Hal ini lantas dibantah oleh Lampard sendiri. Jelang laga melawan Rennes (25/11/20), ia mengatakan mudah untuk mendiskreditkan Mount sebagai pemain dan menyindir wonderkidnya itu sebagai anaknya.

“Ketika saya mengatakan itu (kritik), saya tidak ingin menyulut api dengan orang-orang yang mengatakan bahwa Mason (Mount) adalah anak saya,” ucap Lampard.


1. Kritikan ke Mason Mount Adalah Deja Vu Lampard

Pemain Chelsea, Mason Mount tampak sedih setelah penalti yang gagal dalam adu penalti membuat mereka kalah atas Tottenham putaran keempat Piala Carabao di Stadion Tottenham Hotspur, (29/09/2020).

Apa yang dilihat Lampard dari beragam kritikan yang dilancarkan ke Mount sendiri layaknya sebuah nostalgia, atau lebih tepatnya Deja Vu saat dirinya menapaki jejak awal sebagai pemain.

Entah banyak yang tahu atau tidak, posisi Lampard kala masih menjadi pemain muda sama seperti Mount. Ia dikritik karena kerap tampil di tim utama West Ham United. Banyak yang menyebut kala itu, bahwa Lampard bermain karena kehadiran sang paman, Harry Redknapp sebagai pelatih.

Bahkan kritikan yang diterima Lampard didapatkannya secara langsung di depan wajahnya saat pihak West Ham menggelar sebuah konferensi bersama para pendukungnya.

Saat itu, salah seorang pendukung West Ham meragukan kapasitas Lampard saat muda dan membandingkannya dengan Scott Canham, pemain muda yang dilepas The Hammers.

“Saya ingin bertanya kepada Harry (Redknapp)apakah publisitas yang ia berikan ke Frank (Lampard) pantas? saya pikir ia tak cukup bagus dan saya juga berpikir beberapa tahun belakangan ini Anda melepas gelandang muda apik seperti Matt Holland dan Scott Canham dengan murah,” tutur orang yang hadir di acara tersebut.

Redknapp menjawab dengan mudah bahwa kedua pemain itu tak cukup bagus dan Lampard pemain yang pantas dan akan lebih hebat dari Scott Canham. Pernyataan sang paman pun dibantah oleh pendukung West Ham tersebut yang mengatakan ucapannya tidak benar.

Namun Redknapp tetap pada pendiriannya. Ia menanggalkan status kekeluargaannya dengan Lampard dan mengatakan bahwa keponakannya ini takkan bisa dibandingkan dengan Canham dalam prestasi di masa depan.

“Saya katakan kepada Anda sekarang tanpa ragu sedikitpun tentang prestasi yang akan didapatkan Frank (Lampard) di sepak bola dan prestasi yang akan didapatkan Scott (Canham),” tegas Redknapp.

Apa yang dikatakan Redknapp pun terbukti. Lampard terus bermain dan menjadi salah satu gelandang terbaik di dunia di sepak bola modern. Sedangkan Canham? Ia pensiun di 2007 saat Lampard di masa jayanya bersama Chelsea.

Cara sang paman mengendalikan kritikan dari internal klub kepadanya pun dicoba Lampard bersama Chelsea dan Mount. Tanpa disadari, mungkin apa yang dialami Lampard saat masih belia juga ia salurkan kepada Mount sehingga nantinya ada sebuah pembuktian untuk membungkam kritik tersebut.

Selebihnya, menarik dinantikan apakah Frank Lampard benar-benar akan Deja Vu dan melihat Mason Mount mengikuti jejaknya menjadi salah satu pemain terhebat di sepak bola?

ChelseaFrank LampardHarry RedknappWest Ham UnitedLiga InggrisSepak BolaMason Mount

Berita Terkini

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom