Ketika Egoisme Tak Pernah Menang Melawan Dirk Kuyt
INDOSPORT.COM - Jika berbicara soal pemain sepak bola yang berkarakter unik, nama Dirk Kuyt jelas tidak boleh dilewatkan.
Mantan pemain Liverpool asal Belanda tersebut adalah salah satu yang terbaik di generasinya. Selain The Reds, Kuyt juga pernah membela FC Utrecht dan Feyenoord namun tidak pernah lupa dengan klub lawasnya, Quick Boys.
Bahkan, ia bersedia turun gunung setelah memutuskan pensiun pada tahun 2017 hanya demi membantu klub amatir Belanda tersebut yang kekurangan stok striker. Kacang tidak lupa kulitnya.
Dirk Kuyt lahir di Katwijk pada 22 Juli 1980 dari keluarga nelayan. Kemungkinan besar, ia akan melanjutkan jejak ayahnya melaut jika saja takdir tidak membawanya ke dunia si kulit bundar.
Quick Boys adalah klub pertama yang ia masuki saat masih berusia lima tahun. Penampilannya yang apik pun menarik minat FC Utrecht yang kemudian memboyongnya pada 1998.
Jelas saja Kuyt tidak pernah melupakan Quick Boys mengingat ia pernah begitu lama menimba ilmu di sana. Ya, 13 tahun bukan waktu yang sebentar.
Curahan perhatian dan kepedulian yang ditunjukkan Kuyt kepada Quick Boys tersebut mungkin hanya satu dari sekian kebaikannya sebagai pribadi sekaligus pesepak bola. Ke mana pun ia pergi, ia selalu dicintai oleh para suporter.
Setelah dari FC Utrecht, Kuyt pun bermain untuk Feyenoord yang merekrutnya pada 2003. Pada saat itu, ia bahkan masih menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang di Quick Boys.
“Saya selalu berkomunikasi dengan mereka. Ketika saya di Feyenoord, saya pergi ke sana setiap hari Sabtu karena banyak teman saya yang bermain di tim utama,” ucap Kuyt seperti pernah diwartakan laman lfchistory.net.
“Ketika saya berada di sana, saya bukan seorang pemain profesional. Saya hanya Dirk Kuyt, bocah yang berasal dari desa itu,” tambahnya lagi.
Kini Kuyt pun bisa mewujudkan keinginannya tersebut setelah pensiun dari sepak bola.
1. Dirk Kuyt yang Sangat Perhatian dan Tak Egois
Lahir dan dibesarkan di tempat sederhana membuat Kuyt tumbuh sebagai pribadi yang tidak egois. Bisa dibilang, ia tipikal yang sangat memerhatikan sesama - terkadang mendahulukan orang lain ketimbang dirinya sendiri.
Bahkan, ketika hijrah ke Liverpool, Kuyt sampai memastikan betul Quick Boys mendapat cipratan dana dari proses transfernya itu. Selain itu, lingkungan sekitar juga sangat berperan penting dalam penciptaan karakter pria yang kini berusia 40 tahun tersebut.
“Saya mendapatkan pelajaran seiring tumbuh dewasa. Orang-orang di Katwijk harus bekerja keras agar bisa hidup,” ucap Kuyt ketika mendeskripsikan kampung halamannya.
“Kebanyakan bekerja sebagai nelayan, termasuk ayah saya. Bisa dibilang saya adalah pemain tipikal dari Katwijk,” tambahnya.
Menggabungkan intelegensi bermain sepak bola, work rate yang impresif, dan didukung attitude yang apik membuat Kuyt dapat balasan yang sepadan. Pada musim 2006-2007, debutnya di Liverpool menuai hasil apik.
Ia jadi bagian skuat yang membantu The Reds meraih final Liga Champions kedua dalam kurun waktu dua tahun terakhir (2005 dan 2007). Ia menciptakan gol hiburan saat melawan AC Milan di Athena dan meraih reputasi sebagai pemain bintang setelahnya.
Pada tahun 2012, Kuyt pamit dari Liverpool dan hengkang ke Fenerbahce. Sekali lagi menunjukkan kesetiaan ke mantan klubnya, ia pun mendarat di Feyenoord lalu Quick Boys di penghujung kariernya.
Setelah gantung sepatu, Dirk Kuyt ditawari menjadi pelatih di Feyenoord setelah menangani tim U-19 mereka. Akan tetapi, ia menolak kesempatan tersebut lantaran ingin fokus mengurus anak-anaknya terlebih dulu.
Meski keinginannya melebarkan sayap di dunia kepelatihan sangat menggebu-gebu, Kuyt mampu menahannya demi buah hati kesayangan yang baru saja kehilangan keluarga utuh mereka.
Pasalnya, belum lama ini, Kuyt memutuskan bercerai dari Gertrude, wanita yang telah dikenalnya selama 22 tahun dan dinikahinya selama 17 tahun.
“Anak-anak adalah prioritas. Mereka jauh lebih penting dari saya ketimbang menjadi pelatih Feyenoord Rotterdam,” ucap Kuyt seperti diwartakan laman Mirror pada Juni 2020.
“Saya harus memberi tahu bahwa saya dan ibu mereka harus berpisah. Saya akan berusaha semaksimal mungkin dekat dengan mereka dan selalu ada ketika mereka butuhkan,” tambahnya.
Dirk Kuyt adalah sosok yang tidak memikirkan diri sendiri. Membantu Quick Boys sepenuh hati dan menahan hasrat besar demi anak-anaknya mungkin hanya dua dari banyak hal positif yang pernah dilakukannya dalam hidup.