Daniel Agger dan Penderitaan yang Dipendamnya di Liverpool
INDOSPORT.COM - Daniel Agger adalah salah satu pemain yang paling disayang oleh para suporter klub Liga Inggris, Liverpool.
Pria yang berasal dari Denmark tersebut juga termasuk pengabdi yang setia lantaran hanya membela dua klub saja sepanjang kariernya sebagai pemain sepak bola profesional. Dua klub itu adalah Liverpool dan Brondby.
Daniel Munthe Agger didatangkan The Reds pada bursa transfer Januari 2006 silam saat masa kepelatihan Rafael Benitez. Tidak butuh waktu lama baginya untuk jadi jantung hati publik Anfield.
Jika bicara fisik, orang awam tentu setuju apabila Agger disebut sebagai salah satu pemain sepak bola dengan wajah rupawan. Ditambah lagi, tubuh yang dipenuhi tato seolah menambah kesan manly yang melekat padanya.
Dalam kurun waktu kurang lebih delapan tahun membela The Reds, Agger berhasil menjelma sebagai favorit para penggemar. Bahkan sampai detik ini ketika ia sudah tidak lagi berada di Liverpool, kehadirannya masih sangat dirindukan.
Agger memiliki gaya permainan yang elegan dengan mengandalkan kaki kirinya sebagai aset utama. Ia tipe pemain yang tidak ragu untuk maju ke lini tengah sambil mendribel bola. Ya, dia bukan seorang bek yang ortodoks.
Sayangnya, diari Daniel Agger di Liverpool juga diwarnai kepahitan, terlebih lagi saat era Brendan Rodgers yang menjabat menggantikan Kenny Dalglish pada tahun 2012. Sudah bukan rahasia lagi kalau keduanya sempat berada dalam situasi yang kurang menyenangkan.
Ada dua momen yang membuat hubungan Agger dan Rodgers memburuk. Yang pertama, setelah pertandingan melawan Southampton pada tahun 2013.
Waktu itu, ia melakukan kesalahan yang mengakibatkan The Reds kebobolan gol. Agger mendapat respons dingin dari sang pelatih, padahal kondisinya waktu itu tengah cedera dan memaksakan bermain.
“Setelah pertandingan, dia tidak mau bicara dengan saya, rasanya ada sesuatu yang salah, dan saya jadi orang pertama yang mengakui kesalahan. Mungkin dia merasa saya tidak bermain bagus,
“Mamadou Sakho, Kolo Toure, dan Martin Skrtel sepertinya lebih baik dari saya. Sebenarnya wajar saja karena hal terpenting bagi Liverpool adalah memenangkan pertandingan dan itu juga penting bagi saya,” kata Agger dalam sebuah wawancara pada tahun 2016.
Namun satu hal yang paling membuat Agger kecewa adalah perlakuan Brendan Rodgers padanya. Pelan-pelan posisinya di Liverpool seolah hanya dianggap sebelah mata.
“Dalam 42 hari saya yang awalnya jadi pilihan utama dan wakil kapten, menjadi bek tengah keempat. Jadi saya benar-benar memikirkannya,” jelasnya.
Perseteruan Daniel Agger dan Brendan Rodgers tidak berhenti sampai di situ saja. Kali ini, Agger seolah sudah kehilangan kesabaran.
1. Daniel Agger dan 'Penderitaan' yang Dipendamnya
Pada Februari 2014, kemarahan Daniel Agger meledak setelah Brendan Rodgers mengkritik dirinya dan Martin Skrtel karena membiarkan striker lawan dari Swansea City mengambil alih penguasaan bola secara dominan.
“Yang lain diam tapi saya berdiri dan berkata, ‘Bagaimana bisa Anda berdiri di situ dan berkata demikian padahal kami hanya melakukan apa yang Anda lakukan sepanjang minggu,’” kata Agger ketika mengingat momen saat jeda half time tersebut.
“Rodgers melihat ke arah saya dan berkata, ‘terserah’, lalu saya ditarik keluar lapangan 12 belas menit kemudian,” tambahnya lagi.
Enam bulan kemudian, Agger pun hengkang ke mantan klubnya, Brondby. Dalam memilih pelabuhan baru, ia mengaku ingin bermain di negara yang kompetisi liganya tidak terlalu keras dan melelahkan.
Pasalnya, hari-hari Agger di Liverpool juga penuh kepahitan lantaran kerap dilanda cedera. Ia bahkan berkali-kali harus mengonsumsi painkiller atau obat antiperadangan untuk meminimalkan rasa sakitnya.
Ditambah lagi, ia tidak mendapat perhatian dan kasih sayang yang sepadan dari Brendan Rodgers. Dengan hati yang berat, Agger akhirnya memilih pergi dan meninggalkan para suporter The Reds yang sudah telanjur mencintainya.
Terlepas dari postur tubuhnya yang kekar dan bertato, Agger menyimpan kepedihan tersendiri soal kondisi kesehatannya. Punggungnya sudah bermasalah sejak tahun 2007 yang membuatnya naik meja operasi pada tahun 2009.
Kondisi ini pun memengaruhi performanya bersama Liverpool. Pada musim 2010-2011, ia hanya mencatatkan 21 penampilan saja. Bahkan, manajer The Reds saat itu, Roy Hodgson, meski tidak ‘sejahat’ Rodgers, sempat menggusur Agger dengan Martin Skrtel.
Agger pernah berkata bahwa ia hanya bisa bermain sekitar 70 sampai 80 persen dari kapasitasnya. Terus-terusan mengonsumsi obat antiperadangan secara tidak langsung memengaruhi kondisi jangka panjang kesehatannya.
Belum lagi, faktor kelelahan juga membuat Agger mengonsumsi sejumlah kafein untuk membantunya bertahan selama pertandingan.
Kini, Daniel Agger sudah pensiun dari dunia sepak bola. Ia memutuskan berhenti pada tahun 2016. Tak ayal karena kecintaannya terhadap dunia tato, selepas gantung sepatu, Agger pun membuka studio tato.