Beban Lebih Berat dari Ronaldo, Saatnya Messi Tinggalkan Barcelona demi Kesehatan Mental
INDOSPORT.COM – Memikul beban lebih berat dari Cristiano Ronaldo, rasanya sudah saatnya Lionel Messi untuk meninggalkan Barcelona demi kesehatan mentalnya.
Kegagalan Barcelona memenangi LaLiga Spanyol serta harus melihat Real Madrid yang menjadi juaranya, rasanya itu sudah menjadi titik kulminasi tertinggi dari amarah Lionel Messi. Kemurkaannya pun ia luapkan selepas pertandingan Barcelona melawan Osasuna.
"Kami tak mau mengakhiri musim seperti ini, tapi segalanya memang menunjukkan kekurangan kami. Tim saat ini sangat tidak menentu, sangat lemah, dan punya intensitas rendah. Kami kehilangan banyak poin dan laga ini merangkum segalanya," ucap La Pulga dilansir laman Give Me Sports.
Menyebut Bacelona sebagai tim yang sangat lemah di publik, rasanya sudah menjadi puncak keputusasaan, kekecewaan, kemarahan Lionel Messi terhadap tim asal Catalan itu. Bagaimana tidak, di musim ini, Messi terlihat berbeda dengan musim sebelum-sebelumnya.
Lebih vokal dan kerap mempertunjukan gesture tidak senangnya dengan situasi yang ada di Barcelona. Melihat muaknya Lionel Messi dengan Barcelona, mungkin sudah saatnya ia meninggalkan tim asal Catalan itu demi kesehatan mentalnya.
1. Saatnya Messi Tinggalkan Barcelona
Jangan bandingkan beban yang dipikul Lionel Messi dengan Cristiano Ronaldo, soalnya itu sangat berbeda. Meski sama-sama menjadi tumpuan untuk tercipta gol dan menjadi megabintang, tapi letak perbedaan beban Messi dan Ronaldo ada pada ban kapten yang melingkar di lengan.
Memang benar, Ronaldo juga adalah kapten dari Portugal, tetapi ia bukan pemimpin sebenarnya baik itu di Real Madrid atau Juventus. Tentu ini sangat berbeda bebannya dengan Messi yang sudah menjadi kapten baik itu di Argentina dan Barcelona.
Ketika Ronaldo dibebani target untuk mencetak gol dan menjadi pembeda dalam setiap pertandingan karena status bintangnya. Lionel Messi mengambil beban sebagai pencetak gol, megabintang, pemberi assists, hingga peran seorang kapten.
Bahkan peran kapten yang dilakonkan Messi jauh lebih berat dari kapten pada umumnya. Jika normalnya seorang kapten itu menjalankan tugas sebagai perpanjangan tangan pelatih, mengayomi teman-temannya, hingga menyemangati tim di lapangan, tugas Messi lebih dari itu, kawan.
Messi seolah-olah memiliki kuasa atas Barcelona dengan menyarankan seorang pelatih atau meminta manajemen untuk memecatnya, memberi saran tentang siapa saja pemain yang harus didatangkan, hingga arahan soal siapa masuk starting line up.
Namun menurut stasiun radio Spanyol, Cadena Ser, Messi sendiri sebenarnya sudah muak dengan tuduhan kalau ia memiliki kuasa besar atas Barcelona. Belum lagi friksinya dengan Antoine Griezmann, pelatih Quique Setien, hingga presiden Josep Maria Bartomeu.
Semua orang tahu kalau Messi dan Griezmann terakhir terlihat sudah bisa saling melemparkan senyuman dan berpelukan. Tapi sebelum itu, terutama di awal musim, Messi terlihat tidak akur dengan Griezmann bahkan sempat nyaris bertengkar hebat.
Messi juga disebut bermasalah dengan Setien yang ia anggap tak memiliki taktik jitu untuk mengangkat peforma Barcelona. Oleh karena itu, Messi pun kerap terlihat mengacuhkan arahan taktik dari asisten Setien, dan itu bukan tindakan yang tepat bagi seorang kapten.
Sedangkan dengan Bartomeu, Messi sendiri sudah terlalu kenyang memakan janji manis dari sang presiden. Mulai dari ingin memulangkan Neymar (malah mendatangkan Griezmann) hingga ingin memecat Ernesto Valverde demi memberi tempat pada Xavi (yang datang itu Setien).
Belum lagi jika merunut pada awal kariernya yang disebut bakal pindah ke Inter Milan, padahal dirinya hanya ingin bertahan di Barcelona. Jangan lupakan juga soal penggelapan pajak yang sempat membuatnya ingin hengkang dari Barcelona karena sudah menyita semua energinya.
Tidak ada lagi kapten tim manapun selain Messi yang bisa memiliki suara tentang siapa pelatih dan pemain yang akan didatangkan. Sebenarnya jika hanya memberi saran, rasanya sah-sah saja, tapi kalau sudah di tahap bisa menentukan, maka itu menjadi masalah.
Padahal tugas sejatinya Messi sebagai kapten yaitu mengayomi, perpanjangan tangan pelatih hingga menyemangati teman-temannya malah jadi tak dilakukannya. Jika Messi mengayomi rekan-rekannya, tidak akan ada cerita Griezmann bertengkar dengannya.
Lagipula sudah menjadi rahasia umum kalau Messi hanya dekat kepada Luis Suarez saja. Soal perpanjangan tangan pelatih, rasanya juga itu tidak dilakukan Messi karena ia sendiri tak sepaham dengan Setien.
Lalu untuk menyemangati teman-temannya di atas lapangan, untuk seorang yang introvert atau biasanya diam seperti Messi, bertindak vokal bukanlah identitasnya. Sehingga ketika Barcelona sedang tertinggal, sangat jarang terlihat Messi memberi semangat pada rekan-rekannya.
Bahkan menurut laporan dari Tribuna, fans Barcelona pun mulai berpikir jika Messi bukanlah sosok yang tepat untuk menjadi kapten. Bagi mereka, ketika Barcelona tertinggal di lapangan, yang dilakukan Messi malah menunjukan wajah sedih seolah kehilangan harapan.
Beban berat yang dipikul Messi seperti terlihat sudah berlebihan hingga tugas aslinya malah tak diamalkan dengan baik. Bisa jadi, melihat seringnya Messi murka musim ini, menjadi pertanda kalau ia mulai Lelah dan stres karena sudah mulai menyentuh kesehatan mentalnya.
Solusinya? Barcelona perlu melakukan pembenahan besar-besaran dalam artian jika memang ingin Messi sebagai kapten, maka beban yang diberikan harus sesuai kapasitasnya. Dengan begitu, Messi bisa lebih fokus pada tugasnya sebagai kapten, pelayan, pencetak gol, dan megabintang.
Jika Barcelona tidak bisa melepaskan ketergantungannya terhadap Messi, sedangkan internalnya masih bobrok (ada isu terjadi korupsi di manajemen), rasanya sebaiknya sang bintang lebih baik pergi. Soalnya itu semua demi kesehatan mental Messi yang sudah menangung beban terlalu berat.
Jangan sampai Lionel Messi menjadi joker di Barcelona, orang baik yang tersakiti akibat beban terlalu berat dipikulnya.