Ketika Stefano Pioli Temukan Formula Ketajaman Lini Depan AC Milan
INDOSPORT.COM - Stefano Pioli akhirnya sukses menemukan formula terbaik untuk memperbaiki ketajaman lini depan AC Milan di Serie A Italia.
AC Milan berbangga usai berhasil mengalahkan tuan rumah Lazio dengan skor telak 3-0 pada lanjutan pekan ke-30 Serie A Italia, di Stadion Olimpico, Minggu (05/07/20), dini hari WIB.
Melawan tim peringkat kedua, AC Milan sanggup mendominasi jalannya pertandingan dengan 58 persen penguasaan bola. Tiga gol Rossoneri diceploskan oleh Hakan Calhanoglu (23'), Zlatan Ibrahimovic (34'), dan Ante Rebic (59').
Hasil ini membawa Milan untuk sementara naik ke posisi enam klasemen dengan 46 poin. Romagnoli dkk belum terkalahkan di empat laga terakhir Serie A dengan meraih tiga menang dan satu seri.
Bukan cuma soal catatan kemenangan yang luar biasa, melainkan juga produktivitas AC Milan yang meningkat tajam. Sebelum jeda pandemi, AC Milan memiliki masalah serius pada lini depan.
I Rossoneri cuma mengemas 28 gol dari 26 pertandingan Serie A Italia. Saat itu Milan tertinggal jauh dari Napoli (41 gol), Atalanta (70), Roma (51), Lazio (60), Juventus (50), dan Inter (49) dalam periode pertandingan yang sama.
Sebelum pekan ke-27, AC Milan cuma dua kali mencetak tiga gol dalam satu pertandingan, yakni kala mengalahkan Udinese dan Bologna dengan skor tipis 3-2. Selebihnya Milan cuma menang tipis 1-0, 2-1, dan sering kali berakhir imbang 1-1, 0-0, dan sisahnya menelan kekalahan.
Di Serie A, AC Milan bahkan tidak memiliki striker tajam yang menjadi goal gater. Sampai pekan ke-26, top skor AC Milan di Serie A musim ini adalah Ante Rebic dengan 6 gol.
Di posisi kedua ada Theo Hernandez dengan 5 gol diikuti oleh Hakan Calhanoglu dengan 4 gol. Jelas ada masalah serius pada lini depan AC Milan.
Akan tetapi, situasi ini mendadak berubah drastis ketika Serie A Italia digulirkan kembali pada pekan ke-27 setelah sekitar tiga bulan terhenti. Pelatih AC Milan, Stefano Pioli, berhasil mengubah AC Milan menjadi tim yang ofensif.
Mendadak Tajam
AC Milan telah menjalani empat laga sejak Serie A Italia kembali digulirkan pada pekan ke-27, 22 Juni lalu. Dalam empat pertandingan ini Milan menyapu tiga kemenangan dan satu hasil imbang.
Hebatnya, dari empat laga AC Milan berhasil menyarangkan 11 gol dan hanya kebobolan 3 gol. Statistik ini adalah yang terbaik sepanjang musim ini.
Pada laga pekan ke-27 Milan membantai Lecce dengan skor telak 4-1. Lalu disusul dengan kemenangan meyakinkan 2-0 atas AS Roma di pekan ke-28, serta meraih hasil imbang 2-2 dari SPAL, dan teranyar membantai Lazio dengan skor 3-0.
Semua penyerang AC Milan sukses mencetak gol dalam kurun empat laga ini. Yang paling impresif tentu saja adalah Ante Rebic yang menyumbang 3 gol dari 4 laga.
Disusul oleh Hakan Calhanoglu dan Rafael Leao masing-masing membuat 2 gol, serta diikuti Samu Castillejo dan Zlatan Ibrahimovic dengan masing-masing satu gol. Sisahnya gol dibuat oleh gelandang serang Giacomo Bonaventura.
Kredit pun patut diberikan kepada pelatih AC Milan, Stefano Pioli. Lalu, bagaiaman cara Pioli mengubah Milan menjadi tim yang ofensif?
1. Racikan Ampuh Stefano Pioli
Salah satu kelemahan AC Milan musim ini adalah sulitnya menemukan Starting XI yang stabil dalam pertandingan. Hampir tiap laga Milan selalu bongkar pasang pemain dan bereksperimen dengan formasi.
Namun, selepas jeda pandemi, AC Milan mulai menemukan starter pemain terbaik mereka. Semua diawali dengan mengandalkan empat pemain kunci mereka yakni Alessio Romagnoli dan Simon Kjaer (bek) dan duet Ismael Bennacer dan Franck Kessie di posisi gelandang bertahan (double pivot).
Keempat pemain ini tak hanya membantu Milan bertahan, namun juga menjadi pondasi yang memudahkan para gelandang dan pemain sayap untuk menyusun serangan yang nyaman.
AC Milan sendiri kini nyaman menggunakan formasi 4-2-3-1. Di tangan Pioli, Samu Castillejo kembali ke performa terbaiknya untuk menjadi gelandang sayap yang ditakuti.
Sementara Hakan Calhanoglu digeser ke kiri untuk memberikan ruang kepada Giacomo Bonaventura yang baru sembuh dari cedera di posisi gelandang serang tengah.
Formasi ini ternyata sangat efektif karena Milan juga memiliki dua bek sayap yang memiliki kemampuan penetrasi bagus yakni Theo Hernandez (kiri) dan Andrea Conti (kanan).
Dinamika lini tengah dan sayap membuat serangan AC Milan menjadi berbahaya. Jangan lupakan pula peran Lucas Paqueta yang dalam beberapa laga terakhir sanggup menggantikan peran Bonaventura dengan cukup baik.
Sementara eksperimen paling mencolok dari Pioli adalah dengan menempatkan Ante Rebic sebagai striker tunggal di depan. Padahal, pemain asal Kroasia ini memiliki posisi asli sebagai penyerang sayap.
Namun, kepercayaan itu sanggup dibayar Rebic dengan gelontoran golnya sebulan terakhir ini. Stefano Pioli juga beruntung karena para pemain pelapis seperti Rafael Leao, Zlatan Ibrahimovic (baru pulih dari cedera), dan Alexis Saelemaekers bisa memainkan beberapa posisi di lini depan.
Dalam laga lawan Lazio dini hari tadi Stefano Pioli melakukan sedikit perubahan pada barisan lini depan di mana Rebic ditarik menjadi gelandang serang kanan dan Calhanoglu ditempatkan di tengah.
Sementara posisi kiri diisi oleh Lucas Paqueta yang tampil cukup bagus. Untuk lini depan, Stefano Pioli menempatkan Rafael Leao.
Leao dan Rebic seakan bertukar peran dari penyerang sayap menjadi striker tengah. Meski ada perubahan, Stefano Pioli tetap pada pakem formasi 4-2-3-1.
Racikan ini terbukti sangat berhasil membuka potensi terbaik skuat AC Milan saat ini. AC Milan seakan bisa menantang tim manapun di Serie A. Seandainya Stefano Pioli sudah menemukan formula ini sejak awal, mungkin posisi mereka di klasemen Serie A Italia akan jauh lebih baik ketimbang saat ini.