Ketika Lionel Messi Sudah Menjadi Racun yang Merusak Internal Barcelona
INDOSPORT.COM – Lionel Messi adalah dewa sepak bola bagi Barcelona, tapi sepertinya ia kini sudah menjelma sebagai racun yang merusak internal klub.
Dengan satu golnya saat Barcelona ditahan imbang Atletico Madrid, maka sudah sahlah Lionel Messi mencetak 700 gol di sepanjang kariernya. Tak hanya gol, torehan trofi dalam sedekade terakhir juga begitu banyak yang disumbangkan Lionel Messi untuk Barcelona.
Namun, patut dicermati jika dalam beberapa bulan terakhir, kondisi internal Barcelona bak seperti kapal yang tiang penyangganya sudah retak dan menunggu untuk karam. Tak adanya harmonisasi antara pemain, pelatih, hingga manajemen membuat Barcelona terlihat seperti klub tak bergairah.
Bagaimana tidak, hasil imbang melawan Atletico Madrid dini hari tadi membuat jarak yang memisahkan Barcelona dengan Real Madrid semakin lebar. Jangan heran jika di akhir musim, Barcelona gagal memenangi LaLiga Spanyol lagi karena kalah saing dengan Real Madrid.
Dengan mata telanjang, tentu kita bisa melihat bagaimana konflik di tubuh internal Barcelona sudah begitu kompleks sehingga berpengaruh terhadap peforma tim di atas lapangan. Dan, salah satu sosok yang memberi kontribusi atas perpecahan di ruang ganti Barcelona adalah Lionel Messi.
Berawal dari menjadi pahlawan Barcelona hingga, saat ini seakan seperti sudah menjadi racun duri dalam daging internal tim, Messi tampaknya sudah berubah. Bagaimana bisa dewa sepak bola yang sudah jadi legenda Barcelona, malah menjadi racun dan merusak internal klub?
1. Messi Itu Madu yang Sudah Jadi Racun Barcelona
Tak mungkin ada pihak yang berani menyangkal jika Messi sudah memberikan banyak madu bagi Barcelona. Oleh karena itu, peran Messi di Barcelona sangatlah penting, bahkan hingga beberapa pengamat sepak bola menyebut jika ada 2 pelatih di klub asal Catalan itu.
Pelatih dalam arti sebenarnya dan Lionel Messi yang sedikit banyak memengaruhi bagaimana gaya main Barcelona. Siapa sangka, pengaruh yang begitu besar dari Messi sepertinya menjadi back fire bagi Barcelona.
Dimulai dari pemecatan Ernesto Valverde pada awal tahun ini yang menyisakan drama ketika direktur olahraga, Eric Abidal memberi komentar pedas. Ia mengklaim jika pemecatan Valverde menjadi tanggung jawab seluruh skuat Barcelona.
Merasa tersinggung, Messi justru mengajak debat Abidal di lini masa media sosial. Tindakan yang diambil Messi sebagai kapten Barcelona jelas demi melindungi teman-temannya atas tudahan Abidal yang menyebut jika mereka adalah biang kerok pemecatan Valverde.
Sejatinya apa yang dilakukan oleh Messi sah-sah saja, hanya jika itu dilakukan di media sosial, maka itu menjadi tidak etis. Soalnya itu tidak akan menyelesaikan masalah dan hanya memenuhi ego pribadi dari Messi saja.
Belum selesai masalah Abidal, Messi disebut tidak menyukai kedatangan Antoine Griezmann ke Barcelona. Oleh karena itu, sering kali kita melihat Messi sangat jarang mengoper bola pada Griezmann meski pemain Prancis itu sudah berada posisi kosong.
Puncaknya, seperti yang diberitakan Sport Bible, Messi dan Griezmann sempat terlibat pertengkaran hebat sebelum bisa dilerai para pemain dan pelatih. Griezmann mempertanyakan alasan Messi tak memberinya bola dalam laga pada Rabu (17/06/20) melawan Leganes.
Sudah menjadi rahasia umum jika Messi itu bertindak sesuai mood-nya di mana ia hanya akan bertindak baik pada orang yang ia suka seperti Luis Suarez dan Neymar. Sedangkan Griezmann, kabarnya, Messi pun sangat jarang berbicara dengannya.
Padahal dengan ban kapten melingkar di lengannya, seyogyanya jika Messi mengayomi Griezmann yang notabene-nya adalah anak baru di Barcelona. Meski Messi dan Griezmann sama-sama introvert, rasanya itu bukan jadi alasan jika ada tindakan pilih kasih dalam internal tim.
Teranyar, Messi tertangkap dalam video seperti mengabaikan instruksi Eder Sarabia, asisten pelatih Barcelona, Quique Setien dalam pertandingan kontra Celta Vigo. Tindakan yang tidak respek terhadap pelatih pun menjadi perbincangan hangat di media massa.
Sejatinya kita semua mungkin sudah tahu jika Messi tidak menyukai Setien, tetapi mengacuhkannya saat sedang memberi instruksi bukanlah tindakan patut dilakukan seorang pria dengan jabatan kapten Barcelona. Ini juga menjadi bukti kalau ada perpecahan antara Setien dengan Messi.
Sebagai seorang pemain Barcelona, pasti bakal terjadi dilema antara mendengarkan Messi atau Setien. Sepertinya dalam waktu dekat, jangan heran jika pada akhirnya Messi berhasil membuat Barcelona memecat Setien.
Namun terlepas dari ketidaksukaan Messi terhadap Setien, rasanya tetap menjadi tanggung jawabnya menjaga mental dan moral tim Barcelona untuk tetap meraih kemenangan. Suka atau tidak, kini Messi terlihat seperti lebih besar dari Barcelona itu sendiri.
Dengan kata lain, Barcelona saat ini seperti harus menuruti apa yang diinginkan Messi demi memuaskan egonya dengan mendatangkan pemain dan pelatih yang disukainya. Jika begitu, bukankah Messi sudah menjadi racun bagi Barcelona dengan merusak internal hanya gara-gara tidak suka dengan orang tertentu?