x

Kisah Kutukan Maradona yang Meneror Ronaldo di Juventus

Selasa, 30 Juni 2020 20:04 WIB
Penulis: I Made Dwi Kardiasa | Editor: Lanjar Wiratri
Kutukan Diego Maradona saat di Napoli dipercaya sebagai bukti jika Cristiano Ronaldo tak akan pernah jaya di Juventus.

INDOSPORT.COM - Tak bisa dipungkiri jika masa kehebatan seorang Cristiano Ronaldo sudah habis bersama raksasa Serie A Liga Italia, Juventus. Usut punya usut, kesialan CR7 itu disebabkan oleh kutukan Diego Maradona saat di Napoli.

Bagi para pecinta sepak bola nama Maradona mungkin bukan merupakan suatu hal yang asing. Mantan pemain yang pernah gemparkan dunia dengan gol Tangan Tuhan ini bisa dibilang sebagai pemain terbaik pada masa keemasannya.

Gabung bersama Barcelona, ia sempat membuat banyak kalangan merasa terkesima dengan kepiawaiannya memainkan si kulit bundar. Meski belum pernah menjuarai liga Spanyol, Maradona terkesan sukses menutupi dengan trofi Copa del Rey, Copa de la Liga, dan Supercopa de Espana.

Setelah potensinya kian meredup, Maradona sempat alami nasib terombang ambing hingga membuat Blaugrana merasa muak akan kehadirannya. Menurut buku bertajuk Maradona:The Hand of God karya Jimmy Burns, hubungan sang bintang dengan presiden klub, Josep Lluis Nunez kian buruk.

Tak heran hanya selang beberapa waktu Maradona harus terasingkan ke klub Serie A Liga Italia kecil, Napoli. Melansir laman berita Sportskeeda, disinilah awal mula kisah kutukan yang menyertai Ronaldo saat bermain di Juventus.

Baca Juga
Baca Juga

Ikrar Pernikahan antara Maradona dan Napoli

Juli 1984 tepat di San Paolo Stadium, euforia para fans Napoli membludak karena klub kecil mereka saat itu kedatangan salah satu bintang terbaik pada masanya. Maradona dibeli dengan harga transfer 12 juta euro (Rp193 miliar) yang jika dikonversikan saat ini senilai 168 juta euro (Rp2,7 triliun).

Sekedar informasi tambahan, saat itu Napoli menjadi tim paling miskin seantero Serie A Liga Italia dan kalah saing dengan berberapa nama tenar seperti AS Roma, duo Milan, dan sebagainya. Kedatangan Maradona dipercaya para fans awal mula kebangkitan tim.

Tak heran Neapolitan julukan penghuni Naples mengagung-agungkan Maradona dan membuat sosoknya dipercaya sebagai manusia setengah dewa. Impian mereka tak muluk-muluk apalagi setelah melihat performa bintang Argentina itu saat masih muda.

Ditengah kebahagian para fans tersebut, ada juga yang merasa dengki dan mereka tak lain ialah Juventus. Pada pertandingan di Stadio San Paolo 1985 silam, Maradona yang baru 25 tahun mendapat serangan berupa spanduk fans Bianconeri yang menyerang dirinya dan para penduduk Naples.

Dalam sebuah video dokumenter oleh Asif Kapadia berjudul Diego Maradona nampak para fans Juventus meneriakan jika sosok Maradona bak anjing liar setelah terusir dari Barcelona. Maradona dianggap hinggap ke Napoli yang jeleknya tak karuan.

Maklum, saat itu Partenopei kalah kelas dari tim asal Turin tersebut dimuali dari tingkat kemiskinan, kesialan dan ciri kahas para fans yang terkesan kotor. Sejak saat itu terdapat ikatan penuh kebencian dari dua klub Serie A Liga Italia itu.

Baca Juga
Baca Juga

Pembalasan Dendam Berujung Manis

Merasa jika tim yang sudah menerimanya dan para fans mendapat perlakuan tak setimpal, Maradona langsung menjadi sosok Mesias yang hingga kini masih lengket dengan kepercayaan Napoli. Striker ini langsung merencanakan pembalasan paling epik bagi Si Nyonya Tua.

Pada suatu kesempatan, Napoli sukses menang tipis 1-0 lawan Juventus dan gol ini secara apik dikemas oleh Maradona seorang diri. Saat ditanya jurnalis, ia lantas bertanya dengan maksud sarkas, "Apa warna gol hari ini?" merujuk ke simbol biru bagi Napoli.

Keperkasaan Maradona juga berujung gelar Scudetto yang menjadi salah satu kebanggan Napoli pada masanya. Kejayaan Gli Azzurri sendiri sempat bertahan sebelum akhinya bintang ikoniknya pilih hengkang ke Sevilla pada 1992.


1. Kutukan mulai Berlangsung dengan Berbagai Kegagalan Juventus

Cristiano Ronaldo di final Coppa Italia, antara Napoli vs Juventus.

Serupa tapi Tak Sama: Ronaldo Gabung Juventus

Beralih ke era modern, Cristiano Ronaldo sukses digaet oleh Juventus dengan mahar 112 juta euro (Rp1,8 triliun) dari Real Madrid. Pemain asal Portugal ini digadang-gadang bakal menjadi penyerang yang akan menguasai Italia, dilihat dari jumlah lima Balon d'Or-nya.

Dalam buku Jimmy Burns, sekali diungkapkan jika Ronaldo dan Maradona memiliki kesamaan dalam hal predikat pemain terbaik dunia dan punya visi jelas, haus akan gelar juara. Akan tetapi, keduanya juga memiliki perbedaan besar yang bisa dilihat dengan mudah.

Jika Maradona bergabung dengan alasan untuk membangun Napoli yang tanpa gelar, lain halnya dengan Ronaldo yang malah main untuk tim langganan juara Serie A Liga Italia. Di sini terkesan jika pemain ikonik bernomor punggung tujuh itu tengah main aman.

Ronaldo pada 2018 lalu sedang berada dalam punya ketenarannya usai mampu menguasai Spanyol dan sukses gaet gelar juara Eropa 2016 bersama Portugal. Akan tetapi setelah gabung Juventus, prestasi yang didapatnya malah hanya gelar domestik saja.

Pada musim perdana di Turin, Ronaldo terkesan gagal menyumbangkan gelar Liga Champions yang notebene merupakan salah satu bidang spesialisnya. Benar saja Juventus keok di perempatfinal saat menjamu Ajax Amterdam yang tergolong tim baru.

Setelah kedatangan Ronaldo, Juventus seolah-olah mulai seret gelar dan hanya bisa  memenangkan Serie A Liga Italia saja. Berbeda dengan Napoli yang sedikit demi sedikit mulai menunjukkan taji sebagai klub berbahaya meski mengalami penggantian pelatih dari Carlo Ancelotti ke Gennaro Gattuso.

Puncaknya pun terjadi pada 18 Juni 2020 ketika Napoli berhadapan lawan musuh bebuyutan mereka, Juventus yang sempat menjelek-jelekan mereka di Coppa Italia. Bukannya bisa menang mudah, Si Nyonya Tua malah terpuruk dan penyebab kekalahan mereka ialah Ronaldo.

Ronaldo saat itu seolah-olah tenggelam dalam masa kegelapan Juventus tanpa meninggalkan nama besarnya. Terbukti pada babak penalti, ia tak masuk hitungan sebagai salah satu algojo.

Kondisi ini seolah membuka lagi lembaran lama saat Juventus berlaku sebagai pihak antagonis. Berkah dari Maradona yang dipercaya sebagai dewa sepak bola seolah mengisyaratkan jika Napoli akan selalu sukses membalikkan keadaan lawan rival Serie A Liga Italia tersebut.

Juventus seolah-olah mendapat karma akan kesombongan mereka selepas memboyong Ronaldo yang katanya pemain terbaik dunia tapi malah hasilkan prestasi nihil. Berbeda dengan Napoli yang justru mulai tunjukkan tajinya di kompetisi kasta atas Negeri Pizza.

Real MadridCristiano RonaldoBarcelonaSerie A ItaliaDiego MaradonaJuventusNapoliLiga ItaliaSepak Bola
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom