Yusuf Siregar, Legenda PSMS 1950-an Dijuluki 'Si Tendangan Meriam dari Medan'
INDOSPORT.COM - Selain nama kakak-beradik Ramli dan Ramlan Yatim, di era awal berdirinya pada 1950-an, PSMS Medan juga memiliki legenda yang tak kalah hebatnya saat itu. Sosok tersebut adalah Yusuf Siregar.
Sebab, pria kelahiran Sibolga, 8 Agustus 1928 silam ini adalah striker legendaris di Liga Indonesia yang dijuluki 'Si Tendangan Meriam dari Medan'. Tendangan kaki kanannya yang luar biasa keras membuatnya dijuluki seperti itu.
Yusuf Siregar mengawali kariernya dengan bergabung di sebuah klub di kota kelahirannya Sibolga, yang tak lama kemudian pada era 1950-an pindah ke Medan dan bergabung dengan PO Polisi yang merupakan anggota klub PSMS Medan yang selanjutnya berseragam klub yang kini di Liga 2 2020 itu.
"Selama berkarier sebagai pemain, prestasi terbaiknya hanya mengantarkan PSMS menjadi runner-up Perserikatan atau Kejurnas PSSI dua kali berturut-turut yakni edisi 1954 dan 1957 silam," kata pemerhati PSMS Medan, Indra Efendi Rangkuti, mengawali ceritanya kepada INDOSPORT.
Selain bersama PSMS, lanjut Indra, Yusuf bersama rekan-rekannya di PSMS turut berperan besar membawa tim sepak bola Sumatera Utara (Sumut) merebut medali emas pada PON III 1953 Medan dan PON IV 1957 Makassar.
Pada PON 1953 di Medan, kata Indra, Yusuf Siregar membuktikan ketajamannya dengan mencetak 7 gol ketika Sumut mengalahkan Sunda Kecil 9-1. Sementara di final ketika mengalahkan DKI Jakarta 3-1 yang seluruh pemainnya adalah pemain Persija, Yusuf mencetak 2 gol.
"Total selama di PON 1953 itu Yusuf Siregar mencetak 15 gol dan itu menjadi rekor pencetak terbanyak dalam putaran final PON yang terus bertahan dan belum terpecahkan hingga saat ini," ucap Indra.
"Selain itu di PON 1957, Yusuf Siregar sukses menghantarkan Sumut meraih emas setelah di final sukses mengalahkan Sumatera Tengah 2-1 yang mana kedua golnya itu dicetak oleh Yusuf Siregar," lanjutnya.
Karena kehebatan tendangan kaki kanannya yang keras yang berujung gol, berulang kali ia dipanggil untuk memperkuat Timnas Indonesia. Salah satu aksi hebatnya bersama Timnas adalah ketika membawa Timnas lolos ke Semifinal Asian Games 1954. Timnas pada akhirnya kalah dari Taiwan dan juga kandas dari Burma (sekarang Myanmar) dalam perebutan medali perunggu.
Dengan ketajaman Yusuf Siregar tersebut, sebut Indra, menjadi buah bibir hingga ke Eropa ketika PSMS beberapa kali bertanding dengan klub besar asal Asia dan Eropa yang bertandang ke Medan. Salah satu yang terkenal adalah ketika PSMS Medan mengalahkan klub Swedia, Kalmar dengan skor 3-1 di Stadion Teladan, Medan, pada 25 November 1954 silam.
"Di laga itu Yusuf Siregar mencetak dua gol untuk kemenangan PSMS 3-1. Selain laga itu, ia juga membobol gawang tim asing lainnya yakni seperti GAK Graz dan Grasshoppers Swiss," ungkap Indra.
Seusai pensiun sebagai pemain, sambung Indra, Yusuf Siregar melanjutkan kariernya menjadi pelatih PSMS. Pada Kejurnas PSSI 1967 Yusuf Siregar yang berdut dengan Ramli Yatim sebagai pelatih, sukses membawa PSMS untuk pertama kalinya menjadi kampiun.
"Kesuksesan menjadi juara Kejurnas PSSI ini tidak lepas dari kepiawaian Yusuf Siregar memadukan bintang-bintang muda saat itu yang sebelumnya sukses membawa PSMS Junior juara Piala Soeratin 1967 seperti Ronny Pasla, Tumsila, Sarman Panggabean, Wibosono dengan pemain-pemain senior seperti Yuswardi, Ipong Silalahi, Sukiman dan lainnya," ungkapnya.
Tak hanya itu, berkat tangan dinginnya tersebut membuat PSMS yang mewakili Indonesia menjadi juara di Agha Khan Gold Cup 1967 Bangladesh. Di mana di partai final PSMS mengalahkan klub tuan rumah Mohammaden 2-1 lewat gol yang dicetak oleh Tumsila.
"Selain pemain sepak bola, Yusuf Siregar juga seorang polisi dan pensiun dengan pangkat Letnan Kolonel. Ia meninggal dunia 11 tahun silam pada 12 Mei 2009 di Medan. Yusuf adalah legenda yang akan selalu dikenang dalam diri PSMS Medan," tutup Indra.