Perkesa 78, Klub Papua Jakarta Selatan yang Hancur karena Suap
INDOSPORT.COM – Perkesa 78 pernah menghiasi sepak bola Indonesia dengan ciri khasnya bermaterikan pemain Papua meski dibentuk di Jakarta Selatan. Namun akibat suap, klub yang berlaga di Galatama itu pun hancur.
Selain Persija, pada akhir tahun 1970-an hingga 80-an awal di Jakarta juga ada klub lain yang bermain di kompetisi nasional sepak bola Indonesia, bernama Perkesa 78.
Dengan nama Pekesa atau singkatan dari Persatuan Sepakbola Kebayoran dan Sekitarnya, klub yang didirikan Mayjen TNI (Purn.) Acub Zaenal itu bermain di kompetisi semiprofesional, Galatama. Berbeda dengan Persija yang ada di kompetisi Perserikatan.
Selain itu meski berbasis di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Perkesa 78 memiliki ciri khas tersendiri. Di mana meteri pemain mereka berisikan bibit-bibit sepak bola asal Papua, yang dikumpulkan langsung oleh sang pendiri klub, Acub Zaenal yang juga menjabat sebagai Gubernur Papua periode 1973-1975.
Latar belakang Acub Zaenal yang merupakan mantan Gubernur Irian Jaya 1973-1975 (nama Provinis Papua saat itu) memang tak bisa dilepaskan dalam berdirinya Perkesa 78.
Latar belakang itu ditambah kecintaan Acub Zaenal kepada sepak bola, membuatnya kemudian membentuk Perkesa 78 untuk menampung bakat-bakat sepak bola asal Papua. Mulai dari masih berstatus tim amatir, hingga menjadi Perseroan Terbatas (PT) pada bulan November 1978.
Meski berawal dari Kebayoran Baru, di kompetisi Galatama pertama 1979-80, Perkesa 78 tercatat sebagai tim asal Bogor, tepatnya di daerah Cipaku. Tempat para pemain yang kapteni Jafeth Sibi itu ditempa ala militer.
Di kompetisi Galatama 1979/80 itu Perkesa 78 terhitung tampil cukup baik. Dari 25 pertandingan yang dijalani, mereka bisa mendapatkan 10 kemenangan dan bertengger di peringkat tujuh klasemen akhir.
Namun di tahun itu juga, skandal suap merubah jalan Perkesa 78 di sepak bola tanah air. Jelang pertandingan melawan klub Cahaya Kita di Stadion Menteng, Jakarta pada 5 Juni 1979.
Lewat perantara sang kapten Jafeth Sibi, para pemain Pekesa 78 mendapatkan suap sebesar Rp 1,5 juta dari orang bernama Jeffry Suganda Gunawan, agar bermain kalah melawan Cahaya Kita saat itu.
Dengan rata-rata pemain mendapatkan Rp 80 ribu, skandal suap Perkesa 78 saat itu terbongkar setelah ada orang berinisial Mister X yang melaporkan kejadian suap kepada Acub Zaenal, lewat sepucuk surat.
Setelah memeriksa kebenaran surat tersebut, Acub Zaenal kemudian menindaklanjuti dengan melaporkan kasus tersebut ke pengurus Galatama.
Menjadi orang yang membentuk klub, mencari langsung bakat-bakat di Papua dan mendidiknya hingga menjadi pemain hingga berkembang, Acub Zaenal begitu terpukul akan kasus suap yang menimpa Perkesa 78 saat itu.
Saking kecewanya, setelah memecat kapten Jafeth Sibi dan memberikan sanksi pemain lain yang menerima suap, Acub Zaenal bahkan berniat membubarkan Perkesa 78 saat itu.
Namun setelah muncul desakan dari banyak masyarakat Papua yang berharap Perkesa 78 dipertahankan Acub Zaenal yang kemudian mengurungkan niatnya.
Meski akhirnya nasib Perkesa 78 menjadi tidak jelas, dengan beberapa kali berpindah kota. Mulai dari sejak tahun 1980 menjadi Perkesa Sidoarjo, kemudian pindah ke Yogyakarta pada tahun 1987 menjadi Perkesa Mataram, sebelum akhirnya benar-benar bubar seiring juga bubarnya kompetisi Galatama di tahun 1994.