Membayangkan Kebangkitan AC Milan di Tangan Unai Emery
INDOSPORT.COM - Sejumlah perubahan penting diyakini bakal terjadi di tim AC Milan andai jadi ditangani oleh pelatih juara eks Arsenal dan PSG, Unai Emery.
Stefano Pioli kini tengah dilanda ketidakpastian karena raksasa Serie A Liga Italia, AC Milan, berencana untuk menggantikan dirinya. Terdapat beberapa nama kandidat pengganti termasuk Unai Emery.
Hingga pekan ke-26 Rossoneri hanya bisa berada di peringkat tujuh klasemen Serie A Liga Italia sementara.
Dilansir laman berita Sports Mole, mantan pelatih Arsenal, Unai Emery kini digadang-gadang bakal menjadi pelatih anyar AC Milan. Ivan Gazidis selaku CEO klub sempat ingin datangkan juru taktik asal Spanyol itu di tahun 2018 lalu.
Sayang hasrat Gazidis dibalas kekecewaan ketika pelatih asal Spanyol itu malah gabung Arsenal. Jadi suksesor Arsene Wenger selama semusim, nasib pelatih berusia 48 tahun itu harus berakhir pada November 2019 silam karena rentetan hasil mengecewakan.
Mengingat posisi lowong, Gazidis lantas yakin bisa dapatkan jasa Emery untuk melakoni Serie A Italia musim depan. Andai benar menukangi Milan musim depan, akan seperti apa Rossoneri di tangan Unai Emery?
Rekam Jejak Menjanjikan
Satu hal yang pasti Unai Emery merupakan pelatih berpengalaman. Tak cuma berpengalaman, ia juga dilabeli sebagai pelatih juara. Kedatangannya ke MIlan diyakini bakal mengangkat mental juara tim.
Kemampuan Unai Emery mulai dikenal luas saat membawa kejayaan kepada klub LaLiga Spanyol, Sevilla. Bersama klub dari Andalusia tersebut Emery mencetak rekor dengan menjuarai Liga Europa tiga musim beruntun (2013–14, 2014–15, 2015–16).
Tak cuma berpengalaman di level Eropa, ia juga mampu mempersembahkan gelar Ligue 1 untuk Paris Saint-Germain. Bersama PSG ia memenangkan tujuh dari delapan gelar domestik yang diikuti selama dua musim.
Walau tidak mempersembahkan trofi di Arsenal, yang jelas Unai Emery adalah pelatih paling elite yang bisa dimiliki AC Milan dalam satu dekade terakhir. Rekam jejak Emery yang pernah merengkuh trofi Eropa dan liga memberikan perbedaan mendasar antara dirinya dengan pelatih-pelatih AC Milan sebelumnya.
Sepak Bola Menyerang yang Menghibur
Unai Emery terkenal akan permainan sepak bola yang menghibur. Berbeda dengan Jose Mourinho yang pragmatis, Emery terbiasa memainkan sepak bola indah tak peduli sebesar dan sepenting apa laga yang dihadapi.
Gaya ini sudah ia terapkan kala melatih klub divisi dua Spanyol, Lorca musim 2006-2007 silam. Lorca dibawa Emery menjadi salah satu tim paling atraktif di kompetisi tersebut.
Filosofi ini pun terus terbawa saat menukangi Sevilla sampai terakhir berlabuh di Arsenal. Menghibur dalam artian di sini adalah permainan sepak bola yang menyerang.
Tentu ini kabar baik buat AC Milan. Pasalnya, di tangan Marco Giampaolo dan Stefano Pioli, AC Milan memiliki lini serang yang sangat buruk. Walau memiliki pemain-pemain seperti Ante Rebic, Krzysztof Piatek, dan teranyar Ibrahimovic, Milan cuma sanggup mencetak 28 gol dari 26 laga Serie A Italia musim ini.
Milan tertinggal jauh dari Napoli (41 gol), Atalanta (70), Roma (51), Lazio (60), Juventus (50), dan Inter (49) dalam periode pertandingan yang sama.
Dengan kedatangan Emery, Milan diharapkan mampu mendapatkan manfaat maksimal dari bomber-bomber mereka seperti Ante Rebic dan Zlatan Ibrahimovic.
Apalagi, saat ini AC Milan tengah dikait-kaitkan dengan tiga pemain bintang Eropa, yakni Mario Gotze (Dortmund), David Silva (Man City), dan Mauro Icardi (PSG). Andai bisa mendapatkan dua dari tiga pemain di atas, Milan sudah cukup mengerikan di lini depan.
Bukan Pelatih Cerewet
Hal berikutnya yang melekat pada diri Unai Emery adalah pribadinya yang tak banyak menuntut kepada manajemen. Di Arsenal pun ia hanya sebatas ditugasi sebagai pelatih, bukan merangkap manajer yang juga mengurusi bursa transfer.
Entah ini sebuah kelebihan atau kekurangan, yang jelas manajemen Milan akan senang memiliki pelatih seperti Emery. Konflik pun diyakini akan cukup minim terjadi sehingga tetap menjaga kondusifitas tim.
Namun, hal ini bisa saja menjadi bumerang apabila AC Milan merekrut pemain sembarangan ke dalam tim. Bisa-bisa Emery tidak mendapatkan kesempatan untuk memiliki pemain yang ia mau.
Bukan Orator Ulung
Namun, ada satu hal yang membebani pada diri Unai Emery. Emery dikritik habis-habisan saat menukangi PSG.
Alasan mengapa ia hanya dipertahankan selama dua musim saja tak lain adalah kegagalannya membawa PSG berprestasi di Liga Champions.
Di masa kepemimpinannya PSG mendatangkan pemain termahal dunia, Neymar Jr. PSG juga kala itu memiliki sederet bintang dunia seperti Edinson Cavani, Kylian Mbappe, Marco Veratti sampai Thiago Silva.
Akan tetapi, tetap saja PSG selalu gagal melewati babak perempatfinal Liga Champions. Setengah lusin lebih trofi domestik seakan tak cukup untuk memuaskan manajemen klub.
Selain itu, Unai Emery dikabarkan memiliki jiwa kepemimpinan yang kurang bagus. Walau mumpuni secara taktik, ia bukan tipe pelatih yang mampu menyatukan tim.
Tak heran ketika di Arsenal ia sering dicibir oleh fans dengan pernyataan-pernyataan kontroversialnya. Hal ini bisa jadi bumerang bagi AC Milan.
Meski begitu, masalah ini diyakini tidaklah jadi prioritas utama untuk dikhawatirkan. Biar bagaimanapun, yang dibutuhkan AC Milan saat ini adalah pelatih bagus yang sanggup mengangkat performa tim dan menularkan mental juara. Dan hal itu ada dalam diri Unai Emery.