Kisah Fisioterapis Cantik Timnas Indonesia Lulu Indah Prawira, Coba-coba Lalu Jatuh Cinta
INDOSPORT.COM - Gesit dan cekatan. Dua kata itu menggambarkan sosok Lulu Indah Prawira, fisioterapis timnas Indonesia putri. Kebetulan, INDOSPORT pernah bertemu dan melihat aksi perempuan berparas cantik itu di SEA Games Filipina, akhir tahun lalu.
Sekitar dua tahun menggeluti dunia penanganan cedera, tentu banyak cerita yang sudah dijalani sosok berusia 23 tahun tersebut. Namun siapa sangka, awal mula Lulu bergelut dengan profesi fisioterapis dimulai dari coba-coba.
"Kebetulan 2014 ada jalur undangan jurusan fisioterapis dari Poltekkes Jakarta 3. Karena jarang yang ambil, akhirnya coba daftar dan masukkan nilai raport. Alhamdulillah lolos," ungkap Lulu mengawali perbincangan dengan redaksi berita olahraga INDOSPORT, Rabu (8/4/20).
Diakuinya, awal-awal perkuliahan berjalan cukup berat. Apalagi ilmu yang banyak membahas anatomi tubuh dan berbagai cedera jadi hal baru bagi Lulu.
Baginya, anatomi tubuh dan fisik manusia bukan sesuatu yang mudah dipelajari. Namun lambat laun, perempuan asal Jatiwarna, Bekasi, tersebut mulai memahami dan malah semakin jatuh cinta.
"Sempat bingung dan stres juga karena tak gampang menghafalkan anatomi tubuh manusia. Ilmu fisioterapis itu kan berhubungan langsung dengan pasien, jadi harus benar-benar paham," ujar dia.
"Saat kuliah ada mata kuliah cedera olahraga. Ada tugas dari kampus observasi dan saat semester akhir ada praktek kerja di klinik Universitas Esa Unggul. Di sana saya mulai mengenal penanganan cedera olahraga dan semakin tertarik. Tak hanya penanganan cedera, tapi juga peranan psioterapis terhadap kesehatan wanita," tambah Lulu.
Lulus kuliah sekitar 2018 membuat wanita kelahiran Jakarta 8 November 1996 itu sudah berbagai event. Ajang yang tidak bisa dilupakan adalah menjadi sport fisioterapis timnas Indonesia Asian Games di Jakarta dua tahun lalu.
Saat itu, Lulu mendapat ajakan dari fisioterapis senior timnas U-23, Asep Aziz. Harus bersiaga di Wisma Atlet Kemayoran membuatnya banyak berhubungan langsung dengan atlet dari berbagai negara yang mengalami cedera.
"Jadi bersiaga di Wisma Atlet. Jadi kalau ada atlet yang membutuhkan fisioterapis tinggal datang saja. Kebetulan saat itu saya paling junior," paparnya.
"Karena di sana banyak sekali atlet dari berbagai negara, terkadang tingkah laku bule-bule itu lucu. Itu jadi pengalaman paling berkesan selama ini," ucap dia.
Setelah dari Asian Games, Lulu sempat bergabung dengan klinik Asep Azis di kawasan WTC Sudirman. Namun, dia akhirnya memutuskan keluar dan bekerja di Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar Ragunan, Jakarta.