Mengenang Musim Terbaik Gelora Dewata, Ungguli Arema Hingga Barito Putera
INDOSPORT.COM - Jauh sebelum Bali United hadir, Gelora Dewata pernah menjadi idola masyarakat Bali. Ida Bagus Mahayasa dkk. tampil ganas dengan mengungguli tim sekelas Arema Malang hingga Barito Putera.
Gelora Dewata berdiri pada 1989. Sejak awal lahir, klub mengakomodir para pemain-pemain muda. Mereka dikombinasikan dengan pemain-pemain senior yang punya nama besar di Tanah Air.
Ida Bagus Mahayasa menjadi salah satu putra daerah yang menonjol. Dia menjadi momok bagi pertahanan lawan, lalu ada pula Wayan Kana hingga Kadek Suartama.
Gelora Dewata mampu menempati posisi delapan kompetisi Galatama 1990-1992. Peningkatan prestasi diraih semusim berselang (1992-1993). Masih dengan putra daerah yang tak jauh beda, mereka mampu mengakhiri musim di posisi kelima.
Galatama 1993-1994 menjadi musim terbaik Gelora Dewata. Putra daerah yang semakin matang, ditambah Erick Ibrahim, Nusyadera, Kas Hartadi, Freddy Muli, hingga Misnadi Amrizal, membuat mereka sulit dikalahkan.
Pada fase grup, Gelora Dewata mengakhiri musim dengan 33 poin. Skuat besutan Suharno dan Sutrisno berada di peringkat kedua, di bawah Pupuk Kaltim dan mengungguli Assyabaab Salim Group, Mitra Surabaya, Barito Putera, hingga Arema Malang.
Kejayaan berlanjut saat dua wakil grup timur dipertemukan dua wakil grup barat. Gelora Dewata mengakhiri grup di posisi kedua, di bawah Pelita Jaya. Sayang, pada partai final di Stadion Sriwedari Solo, 8 Juli 1994, Gelora Dewata takluk 0-1 lewat gol Buyung Ismu.
Kegagalan itu sedikit terobati dengan prestasi di Piala Galatama 1993 setelah mengalahkan Mitra Surabaya 1-0 dalam partai final di Stadion Gelora 10 November, Tambah Sari. Gol tunggal kemenangan disumbangkan Misnadi Amrizal Pribadi.
Formasi Final Piala Galatama 1993:
Yanuar Hemansyah, Yanto, Ashari, Kadek Suartama, Freddy Muli, Cholidin, I Wayan Sukadana, Nusyadera, Ida Bagus Mahayasa, Agus Suryanto (Arizona Hamadi), Misnadi Amrizal Pribadi
Formasi final Galatama 1993/94:
Erick Ibrahim, Yanto, Wayan Terima (Rusman Paransi), Wayan Sukadana, Kadek Suartana, Nusyadera, Agus Suryanto, Agus Lakaro (Ida Bagus Mahayasa), Wayan Kana (Kas Hartadi), Misnadi Amrizal Pribadi.