Ruud Gullit dan Luis Milla Bersaing ke Timnas Indonesia, Siapa yang Cocok?
INDOSPORT.COM – PSSI telah memasukkan nama legenda sepak bola Belanda Ruud Gullit sebagai kandidat pelatih Timnas Indonesia pada 2020 mendatang.
Kabar itu muncul setelah Ketua Umum PSSI Komjen Pol. Mochamad Iriawan atau yang lebih dikenal Iwan Bule secara terang-terangan mengaku sudah menghubungi Ruud Gullit.
Otoritas tertinggi sepak bola Indonesia tersebut pun masih menanti respons dari Ruud Gullit. Sampai artikel ini dipublikasikan, Ruud Gullit belum menjawab panggilan PSSI.
"Kami sudah mengontak Ruud Gullit sejak seminggu yang lalu. Namun, belum ada respons dari dirinya. Mudah-mudahan ada kabar," ungkap Iwan Bule seperti dilansir dari Antara.
Situasi ini membuat Ruud Gullit harus bersaing dengan kandidat terkuat lainnya, yakni Luis Milla, untuk menempati kursi kepelatihan Timnas Indonesia pada tahun depan.
Persaingan itu tentunya cukup sulit, mengingat sebagian besar pecinta sepak bola nasional lebih mendambakan Luis Milla kembali menjadi pelatih Timnas Indonesia.
Seperti yang diketahui, pelatih berkebangsaan Spanyol tersebut terakhir kali menukangi Timnas Indonesia di Asian Games 2018 lalu. Sayangnya, ia gagal mencapai target yang dipasang PSSI.
Kendati demikian, kebanyakan penikmat sepak bola Indonesia masih berharap agar Luis Milla kembali. Karena penampilan Timnas Indonesia dianggap lebih percaya diri dalam memegang dan menguasai bola saat diasuh Luis Milla.
Meski mendapat desakan dari banyak pihak untuk mengembalikan Luis Milla, PSSI tetap berhati-hati dalam memilih pelatih yang tepat untuk Timnas Indonesia.
Lalu siapakah yang lebih tepat menangani Timnas Indonesia? Ruud Gullit atau Luis Milla? Berikut INDOSPORT menyajikan perbandingan Gullit dengan Luis Milla.
Statistik Kandidat Pelatih Timnas Indonesia Ruud Gullit
Ruud Gullit sukses membantu Chelsea meraih trofi yang cukup prestisius di Inggris, yakni Piala FA 1997/98. Itu ia torehkan setelah mengalahkan Middlesbrough dengan skor 2-0.
Sayangnya, itu menjadi trofi pertama dan terakhir (hingga 2019) Ruud Gullit sebagai pelatih. Dirinya gagal mengulang kejayaannya saat melatih empat klub lainnya.
Setelah tak melanjutkan kerja sama dengan Chelsea, Gullit memilih untuk menahkodai Newcastle United pada musim 1998/98. Catatannya pun terbilang tak begitu fantastis, di mana ia hanya mampu meraih 12 kemenangan, 13 imbang dan 20 kali kalah dari 45 laga.
Tak bisa berbuat banyak bersama Newcastle, Gullit sempat vakum lama dari dunia kepelatihan. Barulah pada Juli 2004, klub legendaris Belanda, Feyenoord menunjuknya sebagai manajer.
Namun, lagi-lagi hanya semusim, pria berkewarganegaraan Belanda-Suriname itu akhirnya harus angkat koper. Dalam catatan rata-rata 1,81 poin dari 43 pertandingan.
Kembali menganggur selama sekitar dua tahun, Gullit mencoba peruntungan di klub MLS, LA Galaxy. Tetapi bukannya lebih baik, catatan mengecewakan didapat Gullit.
Sehingga hanya mampu bertahan selama 19 pertandingan, sebelum akhirnya kembali menganggur kurang lebih tiga tahun.
Pada musim 2010/11 klub kasta teratas Liga Rusia Akhmat Grozny mempercayakan dirinya menjadi manajer. Tetapi, itu juga hanya selama sekitar lima bulan atau dalam 13 pertandingan.
Terakhir, ia sempat dipercaya untuk menjadi asisten pelatih Dick Advocaat di Timnas Belanda. Dari 7 laga, Gullit dan Advocaat mampu meraih enam kemenangan dan satu kali kalah.
Sayangnya, keduanya gagal membantu Timnas Belanda melaju ke Piala Dunia 2018. Padahal dalam Kualifikasi Piala Dunia 2018 itu, Gullit dan Advocaat hanya kalah satu kali dari lima laga (sisanya menang).
1. Perjalanan Calon Pelatih Timnas Indonesia Luis Milla
Sama seperti Ruud Gullit, Luis Milla juga hanya mampu meraih satu trofi prestisius dalam karier kepelatihannya. Itu ia torehkan saat membantu Timnas Spanyol U-23 menjuarai Euro U-21 2011.
Sebelumnya, Luis Milla sempat gagal membantu Spanyol U-20 pada ajang Piala Dunia U-20 2009. Saat itu, Timnas Spanyol U-20 harus tersingkir di babak 16 besar usai kalah 1-3 dari Italia.
Kegagalan itu justru tak membuat Luis Milla terdepak dari kursi kepelatihan. Dirinya kembali dipercaya menukangi Spanyol di Euro U-21 2011 dan mampu mempersembahkan gelar.
Namun dirinya kembali gagal saat menemani Timnas Spanyol di ajang Olimpiade 2012 lalu. Luis Milla gagal memberikan kemenangan di fase grup usai tumbang dua kali (dari Honduras dan Jepang) serta imbang satu kali (lawan Maroko).
Setelah itu, Luis Milla bisa menambah koleksi gelarnya saat menukangi klub Uni Emirate Arab Al-Jazira. Sayangnya, ia tumbang 1-2 di partai final Piala Liga UEA 2012/13 dari Ajman.
Pada musim 2015/16, ia melatih klub kasta bawah Spanyol CD Lugo dan hanya membantu klub tersebut finis di peringkat ke-14 klasemen akhir.
Kariernya juga tidak mentereng saat menukangi Real Zaragoza. Ia hanya diberi kesempatan melatih klub selama 12 laga dengan rincian 3 kali menang, 4 imbang dan 5 kali kalah.
Catatan tersebut menunjukkan bahwa Gullit dan Luis Milla sama-sama pernah Berjaya dan terpuruk bersama timnya masing-masing. Siapapun pilihan PSSI, tentunya pecinta sepak bola nasional berharap yang terbaik untuk Timnas Indonesia.