Jadi Pesaing Luis Milla, Ini Alasan Ruud Gullit Cocok Latih Timnas Indonesia
INDOSPORT.COM – Baru-baru ini muncul nama legenda sepak bola Belanda, Ruud Gullit, sebagai kandidat pelatih Timnas Indonesia untuk menghadapi Piala AFF 2020 mendatang.
Ruud Gullit pun akan bersaing dengan Luis Milla untuk memperebutkan kursi kepelatihan Tim Garuda. Seperti yang diketahui, Luis Milla merupakan kandidat terkuat dalam bursa calon pelatih Timnas Indonesia.
Otoritas tertinggi sepak bola Indonesia tersebut pun masih menunggu jawaban dari Ruud Gullit. Sampai artikel ini dipublikasikan, Ruud Gullit belum merespons panggilan PSSI.
"Kami sudah mengontak Ruud Gullit sejak seminggu yang lalu. Namun, belum ada respons dari dirinya. Mudah-mudahan ada kabar," ungkap Iwan Bule seperti dilansir dari Antara.
Ruud Gullit sendiri sudah menggeluti karier kepelatihan setelah memutuskan pensiun sebagai pemain Chelsea pada pertengahan musim 1997/98 silam. Dirinya pun langsung diangkat sebagai manajer Chelsea sesaat setelah gantung sepatu.
Bersama Chelsea, Ruud Gullit sukses menyabet gelar yang cukup prestisius di Inggris, yakni Piala FA 1997/98. Itu ia torehkan usai membantu Chelsea mengalahkan Middlesbrough FC dengan skor 2-0.
Sayangnya, itu menjadi trofi pertama dan terakhir (hingga 2019) Ruud Gullit sebagai pelatih. Namun bukan tidak mungkin bila koleksi gelarnya akan bertambah jika ia benar-benar akan melatih Timnas Indonesia.
Ruud Gullit Cocok untuk Timnas Indonesia
Ruud Gullit sendiri memiliki kecocokan untuk melatih Timnas Indonesia. Itu berdasarkan dari formasi terakhir yang ia gunakan saat menjadi pelatih klub Rusia, Akhmat Grozny.
Sekedar informasi, juru taktik yang saat ini usianya sudah menginjak 57 tahun tersebut menukangi Akhmat Grozny pada 2011 lalu. Setelah itu, Gullit belum lagi melatih tim manapun.
Saat membela klub kasta teratas Liga Rusia, Gullit cukup sering menggunakan skema 4-5-1. Selama 6 bulan melatih, dirinya menggunakan formasi itu sebanyak 8 kali dari 13 pertandingan.
Formasi yang digunakan Gullit tersebut nyatanya cocok untuk Timnas Indonesia. Mengingat, dalam beberapa tahun terakhir Timnas Indonesia hanya bergantung pada satu striker.
Terlepas dari krisisnya penyerang berkualitas, secara tidak langsung Timnas Indonesia sudah terbiasa bermain dengan satu penyerang, setidaknya sejak era Alfred Riedl (2014).
Situasi ini kemungkinan bisa mempermudah Ruud Gullit dalam menangani Timnas Indonesia. Karena dirinya bisa memainkan formasi terakhir favoritnya di Tim Garuda.
Gullit bisa memanfaatkan ketajaman yang dimiliki Beto Goncalves, Osas Saha, atau Greg Nwokolo untuk mengisi posisi satu striker. Atau ia punya pilihan lain dengan menurunkan striker muda asli Indonesia.
Kecocokan formasi Gullit itu nyatanya memang tidak cukup untuk membangkitkan kejayaan Timnas Indonesia. Namun cocok atau tidaknya hanya bisa terjawab ketika Gullit benar-benar akan melatih Timnas Indonesia.