4 Dosa dari Ditundanya Final Kratingdaeng Piala Indonesia PSM Makassar vs Persija Jakarta
INDOSPORT.COM – Kabar mengejutkan datang dari ditundanya leg kedua final Kratingdaeng Piala Indonesia antara PSM Makassar vs Persija Jakarta yang meninggalkan sejumlah dosa.
Seyogyanya pecinta sepak bola Indonesia pada Minggu (28/07/19) kemarin sore disuguhi sebuah pertandingan final Kratingdaeng Piala Indonesia yang sangat menghibur antara PSM Makassar vs Persija Jakarta. Tapi realitasnya adalah laga tersebut ditunda.
“Leg kedua final Kratingdaeng Piala Indonesia 2018/19 ditunda setelah Persija Jakarta tak ingin ke Stadion Andi Mattalata, Makassar, akibat teror suporter,” ungkap Ali Gauli selaku Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan PSM kepada wartawan.
Tak ayal penundaan dari babak final Kratingdaeng Piala Indonesia itu menjadi berita utama di sejumlah media olahraga. Semua orang pun memberikan pandangannya termasuk koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali yang menyebut ada 4 dosa atas kejadian kemarin sore.
1. Format Final Kratingdaeng Piala Indonesia Berubah
Dosa pertama menurut Akmal Marhali dibuat oleh PSSI selaku regulator ajang Kratingdaeng Piala Indonesia yang mengubah regulasi tanpa pikir panjang.
Berdasarkan pasal 16 ayat 2, disebutkan format final adalah single match, tapi dengan ajaib diubah menjadi home and away.
“Padahal bola kita belum siap menggelar partai puncak dengan model tersebut. Sangat rawan terjadinya gesekan yang berujung pada chaos,” tulis Akmal Marhali dalam akun Instagram pribadinya.
Benar saja dengan format home and away, terjadi gesekan yang tak terhindarkan sehingga membuat bus Persija Jakarta dilempari oleh oknum suporter di Makassar.
Sejatinya dalam sejarah Final Piala Indonesia 2010, sempat terjadi rusuh dalam laga Arema Indonesia vs Sriwijaya FC.
Dalam laga yang berlangsung di Stadion Manahan, Solo dengan format single match, terjadi sejumlah aksi pelemparan yang membuat situasi chaos tak terhindarkan. Berkaca dari pengalaman itu, format single match saja rentan rusuh, apalagi home and away?
PSM Makassar Gagal Menjamin Keamanan Bagi Persija Jakarta
Selanjutnya ada pada oknum suporter yang melempari bus Persija Jakarta sehari sebelum laga digelar. Padahal pada pasal 3 dalam regulasi Piala Indonesia, disebutkan klub tuan rumah wajib bertanggung jawab untuk menjamin keamanan bagi tim tamu.
Dalam hal ini, PSM Makassar gagal menjamin keamanan bagi Persija Jakarta karena ternyata ada oknum yang sukses memprovokasi kerusuhan tersebut. Seharusnya tindakan lebih tegas perlu ditegakkan agar pertandingan final berlangsung dengan kondusif.
Akibat adanya aksi tak bertanggung jawab dari oknum suporter yang meresahkan itu, Persija Jakarta pun menolak untuk bertanding karena merasa tidak aman.
2. Final Kratingdaeng Piala Indonesia Ditunda Secara Mendadak
Berdasarkan regulasi pasal 8 disebutkan penundaan laga di Piala Indonesia hanya bisa dilakukan selambat-lambatnya 5 hari dengan alasan seperti keamanan. Dalam kasus final kemarin, Persija mempermasalahkan keamanan tim.
Sehingga seharusnya laga baru bisa ditunda 5 hari sebelum final berlangsung. Dalam regulasi tersebut, lebih lanjut dijabarkan juga bahwa penundaan laga bisa terjadi kurang dari 5 hari pra laga andai terjadi kondisi force majeure.
Maksudnya adalah keadaan mendadak seperti adanya perang, gempa bumi, banjir besar atau bencana alam lainnya. Sedangkan dalam duel PSM Makassar vs Persija Jakarta, tak terjadi perang ataupun bencana alam.
Sanksi Bagi Tim yang Tidak Hadir dalam Pertandingan
Dalam kode disiplin pasal 58, disebutkan sanksi bagi mereka yang tidak hadir dalam pertandingan di Piala Indonesia atau walk out. Berdasarkan regulasi itu, tim yang menolak untuk hadir akan diberi kekalahan 0-3 dengan pengurangan poin dan denda yang sudah menanti.
Persoalan Persija Jakarta yang tidak hadir dalam pertandingan final memunculkan spekulasi kalau Macan Kemayoran akan dikenai sanksi.
Tapi di satu sisi sudah ada surat resmi PSSI untuk menunda laga sehingga bisa jadi itu bakal jadi argumen untuk mematahkan ancaman sanksi.
Bagi Akmal Marhali, itu adalah dosa yang merupakan wajah sepak bola kita, tapi tentu perlu dijadikan pelajaran agar tak terulang lagi di masa depan.