Ajax Amsterdam vs Tottenham Hotspur, Duel Tim Berlabel 'Yahudi' di Liga Champions
INDOSPORT.COM - Jelang laga Ajax Amsterdam vs Tottenham Hotspur ternyata memiliki cerita unik di mana ada duel dua tim Yahudi di babak semifinal Liga Champions 2018/19.
Laga leg kedua Ajax vs Tottenham Hotspur di Amsterdam Arena, Belanda, Kamis (09/05/19), pukul 02.00 dini hari WIB. Pertemuan pertama kedua tim berakhir 0-1 bagi Ajax.
Pertemuan kedua ini diprediksi akan membuat Ajax maupun Tottenham Hotspur bermain habis-habisan agar bisa lolos ke babak final dan berjumpa Liverpool.
Meski demikian tak banyak yang tahu akan rumor yang beredar kalau Ajax Amsterdam dan Tottenham Hotspur merupakan klub beraliran 'Yahudi'.
Julukan itu kebanyakan lahir dari tribun penonton atau suporter setia klub yang datang langsung ke stadion dengan atribut mencolok dan menciptakan citra tersebut.
Ajax Amsterdam Enggan Akui
Nama Ajax Amsterdam dan Yahudi melekat sudah beberapa dekade terakhir. Meski begitu sejarah menunjukan sedikit sekali latar belakang Yahudi dalam Ajax.
Menurut Ketua Harian Ajax (pemeluk Yahudi) Uri Coronel, Ajax sama sekali bukan klub Yahudi. Bahkan bisa dibilang sedikit sekali pemain dan suporter pemeluk agama tersebut.
"Memang Ajax mempunyai gambar Yahudi dan banyak sekali fans yang meneriakkan Yahudi, Yahudi, tapi bisa saja mereka sama sekali bukan orang Yahudi," kata Coronel dikutip dari The New York Time.
Selain itu jurnalis olahraga Simon Kuper pernah melakukan penelitian terkait hubungan dalam bukunya 'Ajax, De Joden, Nederland' (Ajax, Yahudi, Belanda). Hasilnya ia tak menemukan keterikatan apapun.
"Sebelum Perang Dunia 2, Ajax merupakan milik kelas menengah, miliknya para administrator, dan orang-orang yang mempunyai perusahaan sendiri. Kebanyakan orang Yahudi terlalu miskin untuk menjadi anggota Ajax,” ujar Simon.
Pada Perang Dunia II, sekitar 75 persen populasi kaum Yahudi di Amsterdam dibasmi oleh Nazi. Setelah perang usai hanya beberapa orang Yahudi yang terlihat di tribune Ajax.
“Saya memiliki kesan bahwa orang-orang Yahudi yang tersisa saling bertemu kembali di Ajax. Dari presiden, tukang pijat, hingga investor merupakan setengah Yahudi," tambah Kuper.
Temuan lainnya juga dikemukakan oleh wartawan dunia Franklin Foer dalam bukunya yang berjudul 'Memahami Dunia Lewat Sepak Bola' yang terbit pada 2004.
Dalam sejarahnya pada 1960-1970-an, Ajax Amsterdam akrab dengan tradisi Yahudi. Buku tersebut juga mencatat bagaimana etos kerja dan kultur Yahudi menyebar di ruang ganti pemain Ajax di Stadion Johan Cruyff Arena.
Meski begitu Presiden Ajax Coronel mengingatkan kalau nuansa Yahudi pada 70-an lalu itu jangan diinterpretasi berlebihan. Sebab tahun tersbeut memang banyak dihuni orang Yahudi.
Tottenham Hotspur Akrab dengan Yahudi
Di sisi lain Tottenham Hotspur diketahui memiliki sejarah keakraban dengan sederet tokoh Yahudi di masa lalu. Lantaran wilayah tersebut begitu terkenal di kalangan imigran Yahudi.
Pemukiman Yahudi di London Utara menyisir wilayah East End, Barnet, Hackney, hingga Harrow sejak abad akhir ke-19 dan awal ke-20.
Sehingga kebanyakan pendukung Spurs berasal dari kalangan Yahudi yang dikenal dengan sebutan Yid Army. Sementara para pemainnya dijuluki dengan julukan Yiddos.
Gambar Ayam Jantan yang terpampang sebagai logo klub disinyalir mengadopsi simbol-simbol zionis. Bahkan ketika bersua rival utama, yakni Arsenal, para suporter terlibat ejekan.
Ejekannya berupa meniru desis bunyi asap "ssstttt...." merujuk pada kasus pembantaian kaum Yahudi oleh Nazi saat Perang Dunia 2 puluhan tahun lalu.
Menurut pendukung Tottenham Hotspur dalam wawancara yang dilakukan spiegel.de kalau mereka begitu bergairah dalam menunjukan identitas Yahudi.
"Kami menyanyikannya dengna kebanggaan, sebagai tanda sebuah indetitas," jelas salah satu suporter Tottenham Hotspur yang enggan disebutkan namanya.
Meski demikian baik Ajax maupun Tottenham Hotspur enggan dikaitkan dengan Yahudi dan membuat tidak nyaman hingga saat ini.
Singkatnya, Yahudi sudah menjadi identitas dan kebangggan bagi suporter Ajax Amsterdam dan juga Tottenham Hotspur sejak dari dulu.
Kendati begitu menurut seorang filsuf politik dari Inggris Michael Sandel mengutarakan kalau ada fakta menarik terkait fenomena kedua klub ini.
“Kesenangan dalam olahraga di era modern telah berkurang karena komersialitas," beber Sandel.
Senang-senang Bareng The Jakmania
Terus Ikuti Update Liga Champions 2018/2019 dan Berita Sepak Bola Internasional Lainnya Hanya di INDOSPORT.COM.