x

Evaluasi Timnas U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2020: Indra Sjafri

Rabu, 27 Maret 2019 20:05 WIB
Editor: Coro Mountana
Evaluasi Timnas U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2020.

INDOSPORT.COM – Hiruk pikuk di Bandara Soekarno Hatta mendadak sepi bak suasana kuburan tatkala Timnas Indonesia U-23 pulang dari Vietnam. Timnas Indonesia pulang dari Vietnam dengan kabar buruk bahwa mereka telah tersingkir dari Piala Asia U-23 2020 di babak kualifikasi.

Padahal sekitar sebulan lalu, suasana di bandara sangatlah ramai dengan banyak suporter yang berbondong-bondong ingin sambut Timnas Indonesia U-22 yang baru juara Piala AFF. Kini hal itu menjadi anomali saat Timnas U-22 yang telah naik pangkat menjadi U-23 itu pulang.

Baca Juga

Alasan dari para suporter yang tidak lagi menyambut Timnas U-23 secara masif pun tertera pada fakta skuat asuhan Indra Sjafri telah tersingkir. Tak sekadar tersingkir, Timnas U-23 menjadi bahan lelucon oleh Thailand karena kalah 0-4, dan menang susah payah atas Brunei Darussalam.

Apapun itu kegagalan Timnas U-23 sudah terlanjur terjadi. Yang bisa dilakukan saat ini oleh Timnas adalah mengevaluasi segala kesalahan yang terjadi selama ajang kualifikasi Piala Asia U-23 2020.

Baca Juga

Dan salah satu pihak yang perlu mendapat evaluasi adalah pelatih Indra Sjafri yang dinilai oleh banyak suporter Indonesia melakukan sejumlah kesalahan yang berujung pada kegagalan Timnas Indonesia U-23 di kualifikasi Piala Asia U-23. Lantas evaluasi seperti apa yang perlu diperbaiki oleh Indra Sjafri?


1. Tidak Ada Chemistry

Indra Sjafri dan Ezra Walian

Satu faktor yang menjadi poin penting dari kegagalan Timnas U-23 bersama Indra Sjafri adalah dalam hal chemistry antar pemain. Hal tersebut pun diamini oleh General Manager Arema FC, Ruddy Widodo yang ikut memperhatikan sepak terjang Timnas U-23.

“Menurut saya ya itu, faktor chemistry. Seharusnya tim yang juara di Piala AFF dipertahankan karena Timnas Indonesia U-23 kan terbangun secara periodik, beda dengan klub sepak bola yang membangun chemistry dari aktivitas sehari-hari,” papar Ruddy kepada awak media berita olahraga.

General Manager Arema FC, Ruddy Widodo.

Baginya kehadiran Egy Maulana Vikri dan Saddil Ramdani justru secara tidak langsung mengurangi chemistry tim yang sudah terbentuk saat juara di Piala AFF. Terlebih pelatih Indra Sjafri mencoret Todd Rivaldo Ferre dan Billy Keraf yang sudah kadung membangun chemistry baik dengan Timnas U-23.

Terkhusus untuk Todd Ferre, menurut keterangan dari tim dokter, bahwa ‘mutiara’ asal Papua itu tidak dibawa karena sedang mengalami cedera. Sebagai informasi, Todd Ferre sempat mengalami cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) sebelum bertolak untuk pemusatan latihan.

Baca Juga

“Cedera yang dialami Todd merupakan cedera yang kira-kira satu minggu baru bisa pulih. Namun kita telah berikan terapi dan dia juga sudah mulai mengalami pemulihan,” ujar dokter Timnas, Syarif Alwi kepada INDOSPORT.

Dokter Timnas Indonesia, Syarif Alwi Maruapey siap akan melakukan arak-arakan menuju Istana Negara dari hotel sultan, Kamis (28/02/19).

Akan tetapi kontroversi muncul ketika Todd Ferre mengunggah sebuah pesan di Instagram kalau dirinya tidak cedera sama sekali. Perbedaan dari kabar mengenai kepastian cederanya Todd Ferre sempat menjadi kontroversi, tetapi apapun itu ia telah dicoret.

Instastory Rivaldo Todd Ferre, Senin (18/03/19).

Fakta yang bicara jika Timnas Indonesia U-23 tidak bermain secara tim dalam artian terlalu individualis ketika bertanding di kualifikasi Piala Asia U-23. Kehadiran Egy Maulana Vikri dan Saddil Ramdani yang dapat meningkatkan kualitas tim justru membuat chemistry atau kerja sama tim berkurang.

Sejarah juga yang membuktikan jika tim sepak bola yang bermain secara individualis tidak akan melangkah jauh dalam sebuah turnamen. Contoh paling nyata adalah ketika Belgia mentas di Piala Dunia 2014 di Brasil.

Baca Juga

Pada saat itu Belgia dihuni oleh sejumlah bintang seperti Thibaut Courtois, Vincent Kompany, Kevin de Bruyne, Eden Hazard, hingga Romelu Lukaku. Akan tetapi Belgia saat itu bermain secara individual sehingga harus tersingkir sejak babak 8 besar, padahal potensi mereka layak untuk main di final.

Justru negara seperti Prancis dan Kroasia yang tampil di final Piala Dunia 2018 lalu merupakan representasi tim yang bermain secara kolektif. Di mana Paul Pogba dan Luka Modric saat itu merupakan seorang bintang tapi sanggup bermain secara tim dengan rekan-rekannya.

Paul Pogba menghayati keberhasilan Prancis menjuarai Piala Dunia 2018.

Perjudian Indra Sjafri mencoret Billy Keraf dan Todd Ferre dengan Saddil Ramdani dan Egy Maulana Vikri membuat chemistry tim terganggu. Memang benar Egy dan Saddil merupakan anggota Timnas U-19 tahun lalu, tetapi chemistry akan lebih mudah terbentuk dengan anggota Timnas U-22 yang juara AFF.


2. Tanpa Rencana Cadangan

Pelatih Indra Sjafri sudah hadir kembali sejak Senin usai dari Spanyol.

Jika tadi sudah membicarakan soal chemistry yang merupakan soal faktor non teknis, maka secara teknis, pelatih Indra Sjafri juga perlu dievaluasi. Utamanya dalam rencana atau strategi cadangan jika timnya sedang mentok.

Seharusnya Indra Sjafri perlu mewaspadai Thailand dan Vietnam yang sudah mendeklarasikan bahwa mereka akan menampilkan skuat dan strategi yang berbeda. Dan ternyata benar saja, Thailand datang dengan sejumlah pemain baru di ajang ini, sementara Vietnam hadir dengan skuat finalis Piala Asia U-23 2018

Timnas U-23? Strategi yang dijalankan oleh Indra Sjafri terlihat nyaris sama tetapi bedanya adalah dengan kehadiran Egy Maulana Vikri dan Saddil Ramdani. Pada dasarnya menggunakan strategi yang sama dengan saat menjadi juara bukan sesuatu yang haram.

Osvaldo Haay mendapatkan hadangan dari pemain Vietnam.

Hanya saja rencana dari Indra Sjafri sangat jelas sudah terbaca oleh Thailand dan Vietnam sehingga Timnas U-23 dibuat tak berkutik untuk sekadar membuat peluang. Faktanya Timnas U-23 memang tidak mampu mencetak sebiji gol pun ke gawang Thailand dan Vietnam.

“Kami telah mempelajari gaya permainan lawan (Timnas Indonesia U-23) dan tahu bagaimana mereka akan bermain,” ujar pelatih Thailand, Alexandre Gama seperti yang dinukil dari Bongda.

Sementara itu pelatih Vietnam, Park Hang-seo ternyata sudah menyiapkan rencana cadangan untuk mengalahkan Timans U-23. Seperti yang terungkap dalam Sport5, Park Hang-seo dimenit ke-80 menitip secarik kertas untuk Nguyen Quang Hai.

Coretan formasi dari pemain Vietnam

Isi secarik kertas itu adalah pergantian strategi perubahan formasi ke 3-4-3 untuk menekan Timnas U-23 di menit-menit akhir. Alhasil, Vietnam berhasil mendapatkan sebiji gol di menit-menit akhir buah pergantian taktik dari Park Hang-seo, sedangkan Indra Sjafri tak ada pergantian strategi apapun.

Perubahan strategi oleh seorang pelatih merupakan hal minor tetapi sangat berarti, sudah banyak kasus sebuah tim mampu memenangkan pertandingan karena adanya pergantian strategi. Contohnya adalah di perempatfinal Piala Dunia 2018 kala Brasil bertemu Belgia.

Saat itu Brasil dengan pelatih Tite dibuat kaget dengan pergantian strategi Belgia oleh pelatih Roberto Martinez yang bermain dengan formasi 3-4-3. Hasilnya, Brasil saat itu dibuat kewalahan oleh formasi dadakan Belgia hingga akhirnya mereka harus kalah dan terdepak dari Piala Dunia 2018.

Skuat Brasil bersedih lantaran takluk dari Belgia di 8 besar Piala Dunia 2018.

Belajar dari pengalaman Tite dan dirinya sendiri di kualifikasi Piala Asia U-23 2020, tampaknya Indra Sjafri perlu menambah referensi taktik dan strategi lagi. Peristiwa Timnas U-23 kebingungan saat menghadapi Thailand dan Vietnam tidak boleh terulang lagi.

Jika Indra Sjafri mau belajar untuk membuat strategi dan taktik yang lebih beragam lagi, niscaya Timnas U-23 di ajang selanjutnya akan berkembang menjadi tim tangguh. Pasalnya setiap pelatih lawan mematikan cara main Timnas U-23, Indra Sjafri sudah punya formula lain yang lebih ampuh.

Pada akhirnya Indra Sjafri juga hanyalah manusia biasa, meski ia telah membawa dua gelar juara di Timnas U-19 dan U-22, belajar agar bisa lebih baik lagi itu sangat penting. Dan kali ini adalah kesempatan bagi Indra Sjafri untuk mengevaluasi dirinya sendiri agar tragedi Timnas U-23 di Vietnam tak terulang lagi.

Terus Ikuti Perkembangan Seputar Indra Sjafri dan Berita Olahraga Lainnya di INDOSPORT.COM.

BelgiaIndra SjafriVietnamThailandTimnas Indonesia U-23In Depth SportsPiala Asia U-23 2020Timnas Indonesia U-22Kualifikasi Piala Asia U-23 2020Bola Indonesia

Berita Terkini

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom